REVIEW NOVEL MEI HWA & SANG PELINTAS
ZAMAN
Judul :
Me Hwa dan sang pelintas zaman
Author :
Afifah Afra
ISBN :
978-602-1614-11-2
Tebal :
364 hlm
Cetakan
pertama : january 2014
Penerbit
: Indiva Media kreasi
Sinopsis/blurb
“Dia korban pemerkosaan,” bisikan seorang lelaki
berjas putih itu menyakiti hatiku.
Korban
pemerkosaan. Aku mengerang. Meradang. Seakan ingin memapas sosok-sosok beringas
yang semalam menghempaskan aku kepada jurang kenistaan.
“Kasihan
dia,” ujar lelaki itu lagi, samar-samar kutangkap, meski gumpalan salju itu
menghalangi seluruh organ tubuhku untuk bekerja normal seperti sediakala.
Kenapa?”tanya
seorang wanita, juga berpakaian serba putih.
“Rumahnya
dibakar. Tokonya dijarah. Ayahnya stres, masuk rumah sakit jiwa. Dan ibunya
bunuh diri, tak kuat menahan kesedihan.”
Huru
hara 1998 tak sekedar telah menimbulkan perubahan besar di negeri ini.
Sebongkah luka yg dalampun menyeruak di hati para pelakunya. Mei Hwa gadis
keturunan tionghoa adalah salah satunya.
Dalam
ketertatihan, mei Hwa berusaha menemukan kembali kehidupannya. Beruntung, pada
keterpurukannya, di abertemu dengan Sekar Ayu perempuan pelintas zaman yang
telah terbantig-banting sekian lamanya akibat silih bergantinya penguasa, muali
dari hindaia belanda jepanghingga peristiwa G30S PKI. Sekar Ayu yg telah makan
asam gaarm kehidupan, mencoba menyemaikan semangat pada hati Mei Hwa nan rapuh.
Dalam
rencah badai kehidupan, berbagai kisah indah terlantung : persahabatan,
ketulusan, pengorbanan dan juga cinta.
Review
Novel
ini menceritakan tentang seorang gadis
yang memiliki kecerdasan dan duduk di bangku kuliah di salah satu universitas
terkemuka di Jakarta. Gadis ini berasal dari keturunan Tionghoa. Ia memiliki
nama Ong mei Hwa harus kehilangan separuh kewarasannya karena pasca kerusuhan
yang terjadi. Keluarganya sangat menderita dengan mamanya yg tewas akibat bunuh
diri, ayahnya lemah tak berdaya di rumahs akit serta kedua kakak
laki-lakinyatidak tahu keberadaannya yg entah dimana.
Dalam
kerasnya hidup yg dijalani, takdir mempertemukannya dengan sang perempuan
zaman, manusia separuh kayu yg bernama Sekar Ayu yg telah merasakan asa garam
akibat silih bergantinya penguasa negri. Berbagai adanya kesamaan latar belakan
atau kisah hidup membuat keduanya berteman hingga bersahabat. Dengan hal itu
keduanya dapat mengajarkan arti ketulusan, cinta dan juga pengorbanan melalu
kisah persahabatan mereka.
Kelemahan/kelebihan.
Menarik,
asik, berbeda. Tiga kata yg menggambarkan novel ini. Ceritanya seru berbeda
dengan cerita novel yg berisi tentang cinta. Novel ini mengambil tema tentang
bagian penting dari sejana tanah air yg
pernah terjadi.
Sudut
pandang yg digunakan menggunakan sudut pandang aku sebagai pelaku utama saat
menceritakan kisah Me Hwa. Pemaparan tokoh serta setting cukup unik. Apalagi
saat mengisahkan persahabatan Mei hwa. Terlihat cerita ini begitu menceritakan
Mei Hwa saat kerusuhan terjadi. Jadi untuk tragedi itu sendiri kurang di bahas.
Bagi org-org yg tidak tahu akan tragedi itu pasti kebingungan saat membaca
ceritanya. Tapi novel ini mampu membuat saya membaca maraton untuk setiap
lembar kisahnya.
Cerita
ini memiliki pesan moral tersendiri bagi setiap pembacanya. Desain cover nya
cukup membuat mata melirik untuk mebacanya. Alur cerita yg bersetting sejarah
ini sedikit banyak menambah pengetahuan akan masa-masa sulit di tanah air.
No comments:
Post a Comment