Saturday, January 3, 2015

REVIEW NOVEL MEI HWA & SANG PELINTAS ZAMAN

REVIEW NOVEL MEI HWA & SANG PELINTAS ZAMAN


Judul : Me Hwa dan sang pelintas zaman
Author : Afifah Afra
ISBN : 978-602-1614-11-2
Tebal : 364 hlm
Cetakan pertama :  january 2014
Penerbit : Indiva Media kreasi

Sinopsis/blurb
“Dia korban pemerkosaan,” bisikan seorang lelaki berjas putih itu menyakiti hatiku.
          Korban pemerkosaan. Aku mengerang. Meradang. Seakan ingin memapas sosok-sosok beringas yang semalam menghempaskan aku kepada jurang kenistaan.
          “Kasihan dia,” ujar lelaki itu lagi, samar-samar kutangkap, meski gumpalan salju itu menghalangi seluruh organ tubuhku untuk bekerja normal seperti sediakala.
          Kenapa?”tanya seorang wanita, juga berpakaian serba putih.
          “Rumahnya dibakar. Tokonya dijarah. Ayahnya stres, masuk rumah sakit jiwa. Dan ibunya bunuh diri, tak kuat menahan kesedihan.”

Huru hara 1998 tak sekedar telah menimbulkan perubahan besar di negeri ini. Sebongkah luka yg dalampun menyeruak di hati para pelakunya. Mei Hwa gadis keturunan tionghoa adalah salah satunya.

Dalam ketertatihan, mei Hwa berusaha menemukan kembali kehidupannya. Beruntung, pada keterpurukannya, di abertemu dengan Sekar Ayu perempuan pelintas zaman yang telah terbantig-banting sekian lamanya akibat silih bergantinya penguasa, muali dari hindaia belanda jepanghingga peristiwa G30S PKI. Sekar Ayu yg telah makan asam gaarm kehidupan, mencoba menyemaikan semangat pada hati Mei Hwa nan rapuh.
Dalam rencah badai kehidupan, berbagai kisah indah terlantung : persahabatan, ketulusan, pengorbanan dan juga cinta.

Review
Novel ini menceritakan  tentang seorang gadis yang memiliki kecerdasan dan duduk di bangku kuliah di salah satu universitas terkemuka di Jakarta. Gadis ini berasal dari keturunan Tionghoa. Ia memiliki nama Ong mei Hwa harus kehilangan separuh kewarasannya karena pasca kerusuhan yang terjadi. Keluarganya sangat menderita dengan mamanya yg tewas akibat bunuh diri, ayahnya lemah tak berdaya di rumahs akit serta kedua kakak laki-lakinyatidak tahu keberadaannya yg entah dimana.

Dalam kerasnya hidup yg dijalani, takdir mempertemukannya dengan sang perempuan zaman, manusia separuh kayu yg bernama Sekar Ayu yg telah merasakan asa garam akibat silih bergantinya penguasa negri. Berbagai adanya kesamaan latar belakan atau kisah hidup membuat keduanya berteman hingga bersahabat. Dengan hal itu keduanya dapat mengajarkan arti ketulusan, cinta dan juga pengorbanan melalu kisah persahabatan mereka.

Kelemahan/kelebihan.
Menarik, asik, berbeda. Tiga kata yg menggambarkan novel ini. Ceritanya seru berbeda dengan cerita novel yg berisi tentang cinta. Novel ini mengambil tema tentang bagian penting dari sejana  tanah air yg pernah terjadi.

Sudut pandang yg digunakan menggunakan sudut pandang aku sebagai pelaku utama saat menceritakan kisah Me Hwa. Pemaparan tokoh serta setting cukup unik. Apalagi saat mengisahkan persahabatan Mei hwa. Terlihat cerita ini begitu menceritakan Mei Hwa saat kerusuhan terjadi. Jadi untuk tragedi itu sendiri kurang di bahas. Bagi org-org yg tidak tahu akan tragedi itu pasti kebingungan saat membaca ceritanya. Tapi novel ini mampu membuat saya membaca maraton untuk setiap lembar kisahnya.


Cerita ini memiliki pesan moral tersendiri bagi setiap pembacanya. Desain cover nya cukup membuat mata melirik untuk mebacanya. Alur cerita yg bersetting sejarah ini sedikit banyak menambah pengetahuan akan masa-masa sulit di tanah air.

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa