Thursday, August 3, 2017

Book Review On August - Hujan by Tere Liye


Judul : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan kedua - Januari 2016
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-602-03-2478-4



Hujan
~Tentang Persahabatan
~Tentang Cinta
~Tentang Perpisahan
~Tentang Melupakan
~Tentang Hujan

Review

Lail selalu suka hujan, sejak kecil. Tapi hujan kali ini menyakitkan –Hal 30

“Tapi kamu tidah usah cemas, Lail. Teknologi selalu bisa mengatasi masalah apapun. Ilmuwan-ilmuwan terkemuka di dunia sedang menyiapkan banyak rencana alternatif. Kita pasti bisa menaklukan semua maaslah yang datang, sepanjang kitat erus bekerja keras, seperti pengorbanan yang kamu lakukan untuk satu kota. Itu sangat menginspirasi” - Esok

Saat itu Lail berusia 13 tahun, pagi dengan hujan yang membuatnya kehilangan. Bencana alam yang super dahsyat itu membuatnya menjadi yatim piatu. Ayah sekaligus ibunya pergi menyisakan dirinya sendiri.

Di tengah kehancuran karena kehilangan, hujan turun. Seakan menangisi apa yang terjadi pada hari itu,  21 Mei 2042. Sebuah gunung purba meletus memporak-porandakan seisi kotanya. Di tengah Hujan itulah ia mulai sendiri. Meratapi kepergian ibunya yang turut terkubur di dalam tanah.

Di saat yang bersamaan, ia bertemu dengan seorang laki-laki. Berusia 15 tahun yang juga sedang menyelamatkan ibunya dari bencana tersebut. Lail mengenalnya dengan nama Esok. Harinya berlalu bersama Esok. Melewati hari berat nan sulit bersama Esok.

Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan....” – Maryam

Namun, satu tahun semenjak kejadian itu berlangsung, kebersamaan mereka tak berlangsung lama. Pemerintah yagn berusaha untuk memperbaiki kota kini berangsur baik. Sebuah panti sosial untuk mereka yang tidak memiliki tempat tinggal ataupun keluarga dibangun. Mau tidak mau, Lail harus ikut kesana. Dan ia harus berpisah dengan Esok, ada orang tua yang mau mengadopsi Esok dan merawat ibu Esok yang tidak bisa berjalan. Lail tidak bisa berbuat apa-apa, Esok memang anak yang cerdas hingga tak ada salahnya jika ada yang menginginkannya menjadi anak.

Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa” -Lail 

Saat itulah, Lail dan Esok harus berpisah. Menjalani jalan mereka masing-masing, jalan yang sejak awal memang tak harus sejalan. Kini jalan mereka berbeda, hanya takdir yang akan membawa mereka ke jalan yang sama.
(^_^)

Ini adalah karya Tere Liye yang pertama aku baca. Meski Tere Liye sudah berkiprah lama dan banyak yan gmengelu-elukan namanya, baru kali ini saya membaca karyanya. Dan surprise banget and im excited now! Membaca karyanya yang memang tak ada duanya.

Awalnya aku sempat ragu saat membaca Blurb novel ini yang hanya berupa beberapa kata, apalgi di covernya hanya bertuliskan Judul. Namun kata-kata itulah yang membuat aku akhirnya membeli novel ini. 

Saat membelinya aku berpikir ini akan bercerita romance, atau kisah-kisa percintaan yang harus berpisah saat hujan ataupun maslah kenangan dengan hujan. Specially, judul yang terpampang itu tak jauh dari soal kenangan akan hujan, entah itu masallau yang mneyakitkan ataupun kenangan indah saat hujan.

Setelah dari toko buku saya langsung membuka plastik dan membacanya. Tidak butuh waktu sehari saya menuntaskan membaca Hujan karena rasa penasaran yang menggebu. Ini jauh dari ekspektasi yang saya jelaskan. Karena apa? Novel ini benar-benar tidak bisa ditebak isinya. It is very nice a novel. You must read it and you can find your isnpiration in here.

Tere Liye membawa kesan yang tak terduga dalam Hujan. Karakter yang bernama Lail memiliki kesan tersendiri. Apalagi karakter Maryam yang menjadi sahabat Lail yang membuatku ingin memiliki sahabat seperti dirinya. Sahabat yang selalu ada si segala kisah hidupku. Sahabat yang benar-benar sahabat dan pantas untuk dijadikan sahabat.

Novel ini berlatarkan tahun 2042 dengan segala macam kecanggihan yang ada di jaman itu. Menceritakan tentang hal yang berbeda, yang membuatku mengerti akan arti perpisahan, persahabatan, cinta, perpisahan dan juga melupakan.

Novel yang bercerita dengan sudut pandang Lail. Lail yang sedang berusaha nelakukan sesuatu kemudian menceritakan semua kenangannya delapan tahun yang lalu. Membuat ia kembali berada di jalan yang sama dengan orang yang ia cintai. 

Ending novel ini cukup menguras emosi, air mata ku mengalir begitu saja saat mencapai ending.

 Bukan melupakan yang jadi maslahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.
(^_^)
 
So, untuk kalian yang memang suka dengan Tere Liye ataupun belum pernah membaca karya dari Tere Liye. Kalian akan terkejut dengan cerita di dalam novel ini. Sungguh, ini tidak akan mengecewakan.
Untuk itu sobat Nuri, pesan yang dapat Nuri ambil dari kisah ini adalah lakukan sesuatu hal dengan berpikir terlebih dulu, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Karena penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Lakukanlah segala sesuatunya seperti Hujan, biarlan ia terus turun dan tunggu hingga ia berhenti. Karena, siapapun tidak akan ada yang bisa menghentikan turunnya hujan.

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa