Judul : Silver Girl Penulis : Christina Juzwar ISBN : 978-602-03-2582-8 Tahun Terbit : 2016 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Halaman : 232 |
^_^ ^_^ ^_^
Sinopsis
Tidak mudah menjadi Kei. Vitiligo membuatnya tidak percaya diri. Karna kulitnya tidak sama dan beberapa helai rambutnya tampak keperakan, dia sering dipandang aneh dan di-bully teman-teman. Jadi, dia memilih untuk bersahabat hanya dengan cello kesayangannya.
Beruntung Kei berkenalan dengan Domi, cowok berkacamata yang kurang-lebih senasib dengannya, dan suatu hari, mereka sepakat membuat wishlist dan berusaha mewujudkannya bersama-sama.
Tetapi, apakah Kei dan Domi berhasil melakukannya? ataukah semuanya jadi berantakan karena tanpa sadar ada hati yang terlibat di dalamnya?
^_^ ^_^ ^_^
Review
Hari pertama masuk sekolah, siapa yang tidak ingin memiliki
hari yang baik? Tapi hal itu tidak di dapat Kei di hari pertama sekolahnya. Ia terlambat
masuk sekolah barunya karena sempat sakit, ketika hari pertamanya sekolah ia
terkena Bully. Its very damn!
Evelyn dan antek-anteknya
mengerjai Kei, lewat keresek-an Evelyn lah ia bertemu dengan seorang laki-laki
yang juga terkena bully. Namanya Domi. Laki-laki yang juga resek karena
dimana-dimana selalu bertemu Domi. Serta satu-satunya orang yang mau menjadi
temannya.
Why? Karena Kei berbeda. Di sekolah
ia selalu menggunakan sarung tangan berwarna kulit di tangan kirinya. Bukan untuk
gaya-gayaan atau cari perhatian seperti kata Evelyn. Melainkan karena ia “berbeda”
ia memiliki penyakit yang bernama Vitiligo. Kelainan kulit yang membuat pigmen
kulitnya tidak rata. Beberapa bagian rambutnya juga berwarna silver. Hal itu
membuat ia menutup diri, hanya bertemankan cello
kesayangannya.
“Sebenarnya sih gue nggak punya alasan, Kei. Lagian, gue nggak suka
kalau berteman itu mesti pake alasan...” – Hal 70
Bertemu dengan Domi bagi Kei
adalah suatu keberuntungan. Meski awalnya mereka cekcok, mereka berteman baik. Karena
merasa mereka senasib, Domi mengajak Kei untuk membuat Wishlist dan mengabulkannya
bersama-sama. Perjalanan kisah mereka dimulai dari sana. Saat Kei bertemu
dengan kakak kelas yang bernama Ethan, saat satu persatu wishlist mereka tercapai, hingga masalah hati yang Kei tidak pernah
pahami.
Semenjak Papa-nya meninggal. Hubungannya
dengan sang Mama tidak sedekat dulu. Hampir tidak ada kata “Kita” untuk
keduanya. Yang ada adalah kata Anak dan Ibu, Mama dan Kei. Mereka selalu
berselilsih paham mengenai pengobatan kulit Kei. Juga terkadang membuat Kei
frustasi akan penyakitnya. Namun, berkat Domi. Lagi-lagi Kei bisa mengerti.
**
Christina Juzwar, siapa yang tidak
tahu beliau?penulis yang telah menerbitkan beberapa novel sebelumnya ini memang
patut diacungi jempol. Karyanya yang berjudul “Silver Girl” ini memang cocok
untuk dibaca di saat santai sambil menikmati cappucino hangat di teras rumah.
Konfliknya tidak berat, kisah Kei
dan Domi menunjukkan arti sahabat yang sesungguhnya. Silver Girl juga
menceritakan hubungan antara ibu dan anak. Persahabatan yang tidak luput dari
percintaan.
“Selama ini memang kita berdua menjalani hdup yang berat karena kita menjalaninya masing-masing. Sekarang, Bunda sadar, Kei, kita harus bersatu” –Hal
202
Novel ini juga cocok untuk
motivasi diri, apalagi untuk mereka yang memiliki perbedaan dengan orang lain. Dalam
hal ini Domi ingin mengajak bahwa perbedaan bukan untuk ditutupi, bahwa
kesempurnaan bukanlah milik semua orang. Tidak perlu minder atas apa yang telah
Tuhan berikan kepada kita. Sebaiknya kita mensyukuri dan bukannya menutupi.
Karakter Domi yang optimis
membuatku sebagai pembaca semangat. Membuatku sebagai pembaca mengerti bahwa
segala yang ada di hidup ini kita harus optimis. Kita harus yakin bahwa semua
itu bisa terjadi.
Silver Girl membawa angin segar untuk mereka yang takut akan
perbedaan. Silver Girl yang
berlatarkan SMA, segala seluk beluk kisah di SMA terasa di dalamnya.
Karakter Ethan sebenarnya
membuatku jatuh cinta haha. Tapi ya sudahlah, seperti untuk Kei, Ethan hanyalah
masalalu. Meski si Domi cerewet dan suka bikin kesel. Novel ini
bersudutpandangkan Kei, yang membuat kalian merasakan bagaimana menjadi Kei.
“Lo nggak berhak mendapat perlakuan buruk seperti itu, tapi bukan
berarti lo harus menutup diri. Lo harus tunjukkan bawa perlakuan buruk tu nggak
membuat lo tenggelam. Kasih lihat ke mereka bahwa penyakit lo nggak berbahaya,
bahwa penyakit lo nggak menjadikan lo orang jahat. Justru penyakit lo bikin lo
unik, in a good way. Dan lo juga cantik” – Hal 55
Nah, untuk Sobat Nuri yang mau baca boleh banget kok. Bisa di dapetin di Toko
Buku yang ada pastinya hehe. Bacalah sesuatu yang membuatmu berpikir. Berpikir untuk
menjadi lebih baik, atau berpikir untuk membuatmu berubah. So, novel ini
bermakna sekaligus membuat kita menjadi optimis!
No comments:
Post a Comment