Monday, March 4, 2019

KOREAN WAVES? - Obrolan Patjar Merah


KOREAN WAVES?

[03 Maret 2019] – KOREAN WAVES?


pict by @patjarmerah_id


Pembicara :
Cahyo Satria (pemred Shira Media)
Syafial Rustama (pemred bukune)
Shifra Luska (Penulis BTs- Today we fight)
Asabell audida (penulis eufloria)

Assalamualaikum wr.wb. kali ini bukan post review yaa,, tapi aku ingin berbagi dari apa yang ku ikuti pada hari minggu lalu. Ceritanya biar minggunya berfaedah gitu, nah ada hal yang kubawa pulang setelah menghadiri acara tersebut.
.
Membicarakan soal Korea, pasti yang terlintas adalah Kpop, cewek-cewek yang teriak-teriak alay sampai cowok-cowok yang kemayu ‘katanya’, dan lagu-lagu korea yang jingkrak-jingkrak hingga drama koreanya. Alright? Aku memang tidak menggandrungi budaya Korea hingga mendarah daging, tidak mengikuti idol bahkan lagu-lagunya, tidak mengikuti budayanya yang terlalu gimana-gimana yang paling sering ku ikuti adalah Dramanya. Bukan karena oppa-oppa korea, aku pribadi lebih kepada bagaimana penulsi korea yg menulis cerita dengan super sekali.
.
Bahkan jika ditanya judul drakor sama peaminnya aku lebih ingat judul dan alur ceritanya drpd pemainnya. Aku suka drakor karena penulis korea begitu cerdas bagiku. Menceritakan seorang jaksa bukan bagaimana ia menjadi jaksa atau statusnya sbagai jaksa tapi juga bagaiman pekerjaan seorang jaksa hingga problematikanya.
.
Nah di acara Obrolan Patjar Merah yang diselenggaraka di Gedong Kuning ini membahas soal Korean Waves. Awalnya aku tidak tertarik karena yang terlintas diotakku pasti tentang Idol yang di mana aku tidak paham mengenai hal tersebut. So, kalau aku ada salah penyebutan nama, kata, atau apapun itu yang berhubungan dengan idol dan aku nggak salah, mohon dimaklumi, pun aku menulis ini sampai riset tentang BTS. Karena di acara tersebut lebih membiacarakn soal BTS. Yang baru ku ketahui bahwa itu adalah nama grup Idol Korea atau boy band ya sebutannyaa? Bangtan Boys, adalah sebuah boy band beranggotakan tujuh orang asal Korea Selatan yang dibentuk oleh Big Hit Entertainment. Nama tersebut kemudian berakronim menjadi Beyond the Scene pada bulan Juli 2017-Wikipedia.
.
Awalnya aku hanya duduk diam sembari mengeluarkan catatan kecil kalau-kalau ada hal menarik yang aku dapat. Nyatanya banyak hal menarik yang aku dapat dan ga pernah aku tahu, karena mungkin selama ini aku selalu menghindar soal hal yang tak ku suka. Ada perspektif baru mengenai Korea bagiku. Seperti bagaimana kau melihat Drakor, meski orang lain bilang aku alay, orang lain bialng aku kurang kerjaan. Tapi mereka gatau bahwa dari drakor itu aku belajar menulsi cerita yang berkualitas, menulis cerita yang bagus, yang orang sampai di luar negaranya ja tergila-gila. Sekali lagi aku nonton drakor bukan karena pemainnya, melainkan karena jalan ceritanya dan  bagaimana cerita itu dikemas dalam sebuah drama.
.
Begitulah pandangan Shifra Luska seorang penulis buku BTS-Today We Fight, serta Asabell Audida penulis buku Eufloria.

Menurut Syifa, mengapa ia memilih menulis buku Kora karena basisnya Syifa adalah ketua dari komunitas BTS indonesia. Buku yang ia tulis memuat intrepretasi anggota komunitas BTS terhadap lirik lagu BTS sepertihalnya lirik lagu Dope. Baginya, lirik lagu BTS perihal memberikan kritik terhadap korea. Liriknya berani, filosofi dan bisa di explore. Di luar lirik lagu, dalam MV.nya juga dapat banyak hal yang bisa diintrepretasi dan menimbulkan makna-makna baru.

Ketika Syifa mengungkapkan hal tersebut aku merasa terlempar di mana saat aku menonton drama korea. Dan banyak hal yang dapat dimaknai di dalam setiap scene di drakor (drama korea) yang jika sutradara maupun penulis tidak jeli hal itu sangat akan mengganggu jalannya cerita.
.
Biasanya aku selalu acuh tak acuh terhadap sebuah diskusi, kali ini aku terdiam dan mengamini apa yang mereka katakan. Ternyata Kpop itu tidak melulu yang suak teriak-teriak ga jelas, nangis-nangis ga jelas sambil nonton MV, buakns ekedar itu. Syifa dan Asa membuktikannya, bahwa seorang fangirl itu bisa berkarya, dan dari apa yang mereka idolakan itu bisa memuat sebuah pembelajaran tersendiri.

“Tunjukkan bahwa kalian itu intelek, kalian itu berwawasan. Kita bukan hanya sekedar fangirl yang hanya teriak-teriak dan suka war” Syifa penulis BTS.

“Bahwa ga akan semua orang suka sama kita, cuek aja, dari KPOP aku bisa menghasilkan something yang orang lain belum tentu capai. Kita ga bisa maksa orang untuk suka selera kita. love your self.” Asa Penulis Eufloria

Asa menuturkan bahwa apa yang ia tulis berusaha membaut pembaca mendapat nilai atau kebermanfaatan sendiri. Asa berusaha dalam setiap tulisannya untuk memuat pesan seperti project buku selanjutnya yaitu yang mengungkapkan informasi-informasi mengenai kesehatan seorang wanita. Ia berharap dalam sebuah cerita informasi itu dapat tersampaikan.

Tidak hanya berbicara tentang Korea, diskusi Patjar kali ini juga membicarakan tentang penerbitan. Seperti saat seorang penanya bertanya soal kriteria buku yang diterbitkan. Cahyo Satria (pemred Shira Media) dan Syafial Rustama (pemred bukune) menjawabnya.

#kriteria buku (bukune) : Persyaratan-persyaratan, survey pasar, harus punya nilai-nilai kebermanfaatan. Berusaha mendekatkan literasi, berupaya meningkatkan literasi dan buku ke semua generasi.

Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang bagaimana memiliki konten untuk dipublish untuk semua generasi/umur?
~menurut syifa, menyesuaikan selama memimpin di BTS Indoneisa, Army. Lempar ke anggota tentang apa yang ingin ditulis”
~menurut Asa, balik lagi ke selera pasar, kontennya yang tidak ada adegan yang di luar batasan.

Jadi intinya, bahwa apa yang kalian suka, apa yang menjadi hobi kalian jangan membuat hal itu merusak atau merugikan kalian. Tapi jadikanlah hal itu sebuah karya yang membaut prestasimu semakin banyak. So, dalam pembahasan ini lagi-lagi kata don’t judge a book from the cover karena itulah, ga semua fangirl itu alay kok. Buktinya Syifa dan Asa bisa berkarya. Tetap semangaattt.
04 maret 2019



No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa