KOREAN WAVES?
[03
Maret 2019] – KOREAN WAVES?
pict by @patjarmerah_id
Pembicara :
Cahyo
Satria (pemred Shira Media)
Syafial
Rustama (pemred bukune)
Shifra
Luska (Penulis BTs- Today we fight)
Asabell
audida (penulis eufloria)
Assalamualaikum wr.wb. kali ini bukan
post review yaa,, tapi aku ingin berbagi dari apa yang ku ikuti pada hari
minggu lalu. Ceritanya biar minggunya berfaedah gitu, nah ada hal yang kubawa
pulang setelah menghadiri acara tersebut.
.
Membicarakan soal Korea, pasti yang
terlintas adalah Kpop, cewek-cewek yang teriak-teriak alay sampai cowok-cowok
yang kemayu ‘katanya’, dan lagu-lagu korea yang jingkrak-jingkrak hingga drama
koreanya. Alright? Aku memang tidak menggandrungi budaya Korea hingga mendarah
daging, tidak mengikuti idol bahkan lagu-lagunya, tidak mengikuti budayanya
yang terlalu gimana-gimana yang paling sering ku ikuti adalah Dramanya. Bukan karena
oppa-oppa korea, aku pribadi lebih kepada bagaimana penulsi korea yg menulis cerita
dengan super sekali.
.
Bahkan jika ditanya judul drakor sama
peaminnya aku lebih ingat judul dan alur ceritanya drpd pemainnya. Aku suka
drakor karena penulis korea begitu cerdas bagiku. Menceritakan seorang jaksa
bukan bagaimana ia menjadi jaksa atau statusnya sbagai jaksa tapi juga bagaiman
pekerjaan seorang jaksa hingga problematikanya.
.
Nah di acara Obrolan Patjar Merah yang
diselenggaraka di Gedong Kuning ini membahas soal Korean Waves. Awalnya aku
tidak tertarik karena yang terlintas diotakku pasti tentang Idol yang di mana
aku tidak paham mengenai hal tersebut. So, kalau aku ada salah penyebutan nama,
kata, atau apapun itu yang berhubungan dengan idol dan aku nggak salah, mohon
dimaklumi, pun aku menulis ini sampai riset tentang BTS. Karena di acara
tersebut lebih membiacarakn soal BTS. Yang baru ku ketahui bahwa itu adalah
nama grup Idol Korea atau boy band ya sebutannyaa? Bangtan Boys, adalah sebuah boy
band beranggotakan
tujuh orang asal Korea Selatan yang dibentuk oleh Big Hit Entertainment. Nama tersebut kemudian berakronim menjadi Beyond the Scene pada bulan
Juli 2017-Wikipedia.
.
Awalnya aku
hanya duduk diam sembari mengeluarkan catatan kecil kalau-kalau ada hal menarik
yang aku dapat. Nyatanya banyak hal menarik yang aku dapat dan ga pernah aku
tahu, karena mungkin selama ini aku selalu menghindar soal hal yang tak ku
suka. Ada perspektif baru mengenai Korea bagiku. Seperti bagaimana kau melihat
Drakor, meski orang lain bilang aku alay, orang lain bialng aku kurang kerjaan.
Tapi mereka gatau bahwa dari drakor itu aku belajar menulsi cerita yang
berkualitas, menulis cerita yang bagus, yang orang sampai di luar negaranya ja
tergila-gila. Sekali lagi aku nonton drakor bukan karena pemainnya, melainkan
karena jalan ceritanya dan bagaimana
cerita itu dikemas dalam sebuah drama.
.
Begitulah
pandangan Shifra Luska seorang penulis buku BTS-Today
We Fight, serta Asabell Audida penulis buku Eufloria.
Menurut Syifa,
mengapa ia memilih menulis buku Kora karena basisnya Syifa adalah ketua dari
komunitas BTS indonesia. Buku yang ia tulis memuat intrepretasi anggota
komunitas BTS terhadap lirik lagu BTS sepertihalnya lirik lagu Dope. Baginya, lirik lagu BTS perihal
memberikan kritik terhadap korea. Liriknya berani, filosofi dan bisa di
explore. Di luar lirik lagu, dalam MV.nya juga dapat banyak hal yang bisa
diintrepretasi dan menimbulkan makna-makna baru.
Ketika Syifa
mengungkapkan hal tersebut aku merasa terlempar di mana saat aku menonton drama
korea. Dan banyak hal yang dapat dimaknai di dalam setiap scene di drakor
(drama korea) yang jika sutradara maupun penulis tidak jeli hal itu sangat akan
mengganggu jalannya cerita.
.
Biasanya
aku selalu acuh tak acuh terhadap sebuah diskusi, kali ini aku terdiam dan
mengamini apa yang mereka katakan. Ternyata Kpop itu tidak melulu yang suak
teriak-teriak ga jelas, nangis-nangis ga jelas sambil nonton MV, buakns ekedar
itu. Syifa dan Asa membuktikannya, bahwa seorang fangirl itu bisa berkarya, dan dari apa yang mereka idolakan itu
bisa memuat sebuah pembelajaran tersendiri.
“Tunjukkan bahwa kalian itu intelek,
kalian itu berwawasan. Kita bukan hanya sekedar fangirl yang hanya teriak-teriak dan suka war” Syifa penulis BTS.
“Bahwa ga akan semua orang suka sama
kita, cuek aja, dari KPOP aku bisa menghasilkan something yang orang lain belum tentu capai. Kita ga bisa maksa
orang untuk suka selera kita. love your self.” Asa Penulis Eufloria
Asa menuturkan bahwa apa yang ia tulis
berusaha membaut pembaca mendapat nilai atau kebermanfaatan sendiri. Asa
berusaha dalam setiap tulisannya untuk memuat pesan seperti project buku
selanjutnya yaitu yang mengungkapkan informasi-informasi mengenai kesehatan
seorang wanita. Ia berharap dalam sebuah cerita informasi itu dapat
tersampaikan.
Tidak hanya berbicara tentang Korea,
diskusi Patjar kali ini juga membicarakan tentang penerbitan. Seperti saat
seorang penanya bertanya soal kriteria buku yang diterbitkan. Cahyo Satria (pemred Shira Media) dan Syafial
Rustama (pemred bukune) menjawabnya.
#kriteria buku (bukune) : Persyaratan-persyaratan,
survey pasar, harus punya nilai-nilai kebermanfaatan. Berusaha mendekatkan
literasi, berupaya meningkatkan literasi dan buku ke semua generasi.
Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang bagaimana
memiliki konten untuk dipublish untuk semua generasi/umur?
~menurut syifa, menyesuaikan selama
memimpin di BTS Indoneisa, Army. Lempar ke anggota tentang apa yang ingin
ditulis”
~menurut Asa, balik lagi ke selera
pasar, kontennya yang tidak ada adegan yang di luar batasan.
Jadi intinya, bahwa apa yang kalian
suka, apa yang menjadi hobi kalian jangan membuat hal itu merusak atau
merugikan kalian. Tapi jadikanlah hal itu sebuah karya yang membaut prestasimu
semakin banyak. So, dalam pembahasan ini lagi-lagi kata don’t judge a book from the cover karena itulah, ga semua fangirl itu alay kok. Buktinya Syifa dan
Asa bisa berkarya. Tetap semangaattt.
04 maret 2019
No comments:
Post a Comment