SURAT CINTA ~SECRET ADMIRER~
Novel Caramel Macchiato. |
Ku tuliskan
surat ini dengan instrument lagu ciptaan Ify Blink – Andaikan.
*Setiap waktu, memikirkanmu kukatakan pada bayangmu
Sampai kapanku harus
menunggumu jatuh cinta.
Untuk orang
yang selalu ada dalam bayang-bayangku akhir-akhir ini.
Kau mungkin
tak pernah tahu, bahwa kau selalu menjadi penyemangat untuk seseorang menjalani
hari-harinya di sekolah. Mungkin kau juga tidak pernah tahu, bahwa kau menjadi
alasan seorang gadis yang lugu menjadi pecinta basket seperti dirimu.
Membuatnya selalu mendengarkan lagu tentang cinta, mencari hal-hal yang berbau
cinta hingga menjadi lebih puitis dan melankolis jika menyinggung cinta.
Dan kau mungkin tidak tahu, bahwa selama ini
ada orang yang diam-diam mendoakanmu untuk selalu berbahagia. Diam-diam
mengawasimu dari kejauhan, mengucapkan namamu dalam lisan dan menyebut namamu
dalam doa.
Tak perlu ku
sebut siapa dia, pastinya hatimu akan mengatakan hal yang sama. Gadis itu, aku.
Yang selama ini menjadi pemujamu. Kusebut saja begitu. Tak mengapa bila kau
tertawa mengetahui aku adalah pemujamu. Pemuja yang selama ini hanya bisa
memperhatikanmu dalam diam. Berbeda dengan teman-temanmu yang bisa menegur sapa
atau bercanda bersamamu.
*Rindu ini terus mengganggu, ku tak sabar ingin bertemu
Berapa lama lagi
menantikan kata cinta
Namun, pernahkah
engkau tahu, bagaimana usahaku untuk bisa selalu melihat senyummu, melihat
sosok tinggi yang membuat mataku berbinar selalu, atau bahkan hanya melihat
punggungmu yang berdiri tegap dari jauh? Aku harus berpura-pura pergi ke toilet
agar bisa keluar kelas saat mata pelajaran berlangsung agar bisa melihatmu
berolahraga di lapangan. Aku juga selalu mengajak teman-temanku untuk pergi ke
kantin, meski aku tidak membeli apa-apa atau hanya duduk bersama teman-temanku
yang asik menyantap makanan hanya demi mellihatmu. Melihat senyum yang
menghangatkan relung hatiku. Padahal, aku selalu bepergian sendiri, tidak
pernah meminta seorang temanku untuk menemani. Tapi semenjak dirimu selalu
muncul dalam bayang-bayangku, membuatku memiliki rasa takut, takut jika aku
bertemu denganmu dan kau mengetahui aku memperhatinkanmu diam-diam. Lalu aku
akan bersikap aneh, sikap yang tak seharusnya aku lakukan.
*Andaikan
dia tahu, apa yang kurasa
Resah tak menentu mendamba cintamu.
Andaikan dia resah hati yang mencinta,
ku
yakini kau belahan jiwa.
Apalagi saat
aku melihatmu bermain basket di lapangan sekolah. Saat tanganmu mendrible bola
dengan cepat, hingga loncatanmu yang tinggi saat menshooting bola ke dalam ring
lalu bersorak “Yes” saat bola itu masuk. Aku selalu berbisik dalam hati agar
kau menoleh ke arahku dan menujukkan senyum bahagia itu kepadaku. Entah memang
Tuhan mengabulkan doaku atau ada teman yang memanggilmu, entahlah yang jelas
saat itu kau menoleh ke arahku dan mata elangmu menatap mataku. Aku segera
mengalihkan pandangan cpat-cepat karena tidak ingin ketahuan olehmu. Dan saat
itu, pipiku bersemu merah selalu saat mengingatnya.
Mungkin
bagimu aku seperti mata-mata, yang selalu mengawasi dan mengikutimu. Tapi, aku bukanlah
mata-mata, Jika iya, tidak akan ada orang yang tahu bahwa aku melakukannya.
Tapi buktinya, teman-temanku menyadari bahwa aku selalu memperhatikanmu.
Membuatku tersipu malu saat kau lewat di depanku dan teman-temanku berbisik
“Dia lewat tuh” tepat di telingaku. Membuat hatiku berdesir bahagia dan malu.
*Ku harap dia mau membalas cintaku,
berbagi arti cinta kasih..
Meski hanya bisa menatapmu dari jauh,
salahkah bila besar harapku kau berbalik menatapku lekat seraya tersenyum,
kemudian mengatakan “Aku juga mengagumimu” entahlah, mungkin itu hanya sebuah
harapan dimana bunga sedang mekar-mekarnya. Atau hanya keinginan sesaat saat
bahagia selalu bersamaku. Aku mungkin harus berpikir dua kai untuk hal ini.
Tapi,
mengingat hal kecil saat aku membuang muka ketika kau menoleh ke arahku adalah
hal bodoh bagimu yang membuatku bahagia, membuatku segera membuang muka
menutupi pipi yang bersemu merah, aku tertawa kecil seraya pergi dari tempat
aku menatapmu. Segera melangkahkan kaki ke dalam kelas. Sungguh, lagi-lagi kau
membuatku tersipu malu dengan hal sederhana yang ada pada dirimu.
Meski,
samar-samar jejakmu ku ikuti. Biarkan aku menjadi pemujamu dan jangan pedulikan
perasaanku terhadapmu. Karna aku mencintaimu seperti Caramel Macchiato, meskipun
pahit tapi manis.
Jika setelah
membaca surat ini kau ingin menemuiku, kau tahu apa yang harus kau lakukan.
Karna aku adalah pemilik nomor punggung 26 di kostum basket milik sekolah.
*NB : Blink-Andaikan