Wednesday, June 4, 2014

CERPEN CUKUP Allah yang Menyatukan Kita

hello hai.. setelah sekian lama aku absen dari aktivitasku yg satu ini.. kini aku hadir membawa dua cerpen sekaligus looh. yang pertama cerpen ini// yuukk di baca *salam kangen untuk sobat Iko

CUKUP ALLAH YANG MENYATUKAN KITA
oleh : Akiko Anaya



Cinta hadir dengan sendirinya, cinta hadir membawa kebahagiaan, namun ketika cinta hadir membawa luka, tak ada satupun insan di dunia yang menginginkannya. Lalu bagaimana bila cinta hadir untuk menguji sebuah keimanan?
v   
Aku berjalan gontai saat melewati koridor sekolah. Langkahan kaki serasa berat saat aku harus meninggalkan sekolah. Berhenti hingga menunggu hari esok untuk kembali ke sekolah dan bertemu para sahabatku.
Langkahan kakiku tiba-tiba terhenti saat seseorang menyerukan namaku, akupun membalikan badan ke arah orang yang menyerukan namaku.
“Tunggu dulu Nay” ucap seorang laki-laki itu seraya melangkah menghampiriku.
“iya, kenapa Rob?” tanyaku saat cowok itu sudah berada di hadapanku, namanya Muhammad Robi’ah Saputra, aku biasa memanggilnya Robi.
“gini Nay, sebentar lagikan ada pemilihan ketua da’is. Nah aku berniat untuk ngajak kamu jadi wakil aku dalam pemilihan ketua nanti gimana?” ucap Robi menjelaskan. Da’is sebuah organisasi ke agamaan disekolahku.
“gitu ya Rob? Aku ragu Rob, aku ga enak dengan Shinta. Dari dulu dia kan yang ngebet banget pengen jadi wakil kamu?”
“shinta udah jarang ikut Da’is, lagian aku juga nolak kalo dia jadi wakilku. Aku ga suka sifatnya Nayla”
“baiklah Rob, aku bersedia. Asalkan tidak ada masalah yang terjadi kalo aku menjadi wakilmu”
“tenang aja dont worry. Makasih Nay,aku pulang dulu. Assalamualaikum” pamit Robi
“iya Wa’alaikumsallam” jawabku melangkah bersama Robi hingga keluar gerbang lalu pulang ke arah rumah masing-masing.
Roby seorang cowok yang sangat dikenal disekolah. Bukan karena skill yang ia punya ataupun face yang enak dipandang, melainkan ibadah yang ia lakukan membuat setiap cewek berharap memiliki pasangan seperti Roby yang alim namun tetap cool.
Waktu sudah berjalan satu bulan, setelah pemilihan ketua dais dua minggu yang lalu membuat namaku dikenal banyak orang. Periode kemaren Robi lah yang terpilih menjadi ketua. Cacian hingga makian setiap hari menghujaniku. Banyak yang menghujat iri karena tidak bisa menjadi wakil Robi atau menghujat karena Robi lebih memilih aku, gadis yang bukan siapa-siapa di mata para siswa.
Keputusasaan dalam diriku sempat terpaut atas hujatan beberapa siswa cewek disekolah, namun berkat semangat dari Robi aku bisa melewatinya, hingga hujatan tentang dirikupun sudah tidak terdengar lagi.
v   
Hujan turun dengan deras membasahi setiap insan yang nekat menembus hujan, dan juga seluruh permukaan tanah basah karena hujan.
Aku masih terdiam di halte bus, hujan yang tak kunjung reda membuat aku harus menunggu lebih lama dari biasanya. Lalu lalang sepeda motor, membuat air hujan di jalan raya meniyiram ke arahku. Tubuhku yang basah semakin basah dan kotor. Untung saja aku tidak membawa laptop seperti biasanya.
Seorang pengendara motor itu berhenti lalu turun dari motornya menghampiriku. Ia membuka kaca helmnya. Hanya terlihat sepasang mata dan hidungnya, karena mulut dan dagunya tertutup helm. Ia mengenakan jaket kulit berwarna coklat yang tampak tak basah saat terkena air.
“sorry” ucapnya kemudian saat berada di hadapanku, menutupi pandanganku ke arah jalan raya. Lelaki itu merasa bersalah karena air yang menyiprat ke arahku akibat sepeda motornya.
“iya gapapa mas” ucapku dengan sedikit bergetar karena kedinginan.
Cowok itu membuka tas ranselnya yang juga terlindungi dari jaketnya. Lalu mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya dan menyodorkan kepadaku.
“ini mbak pakek aja, karena saya mbak jadi kedinginan” ucap cowok itu menyodorkan sebuah jaket berwarna abu-abu yang tampak hangat bila di pakai di tubuh
“emm ma’af ga usah mas, saya tidak apa-apa kok terimakasih” tolakku secara halus.
Cowok itu memegangi jaket dengan kedua tangannya pada bagian lengan. Lalu menempelkan jaket itu dari pungungkudan melepaskannya. Aku tercengang dengan perilaku cowok itu. Belum sempat aku mengatakan apapun, cowok itu sudah menaiki motornya dan menghilang dari pandanganku.
Lalu lalang motor yang tak enak dimata bergantian datang hingga hujan sedikit reda. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gadis berkerudung ungu itu berboncengan tanpa jarak dengan cowok di depannya. Sungguh hati miris melihatnya.
Bus yang ku tunggu pun datang, aku masih memakai jaket pemberian cowok itu, saat menaiki bus, terbesit rasa bingung melanda pikiranku. Tapi,, aku benar-benar membutuhkan jaket ini karena tubuhku semakin kedinginan karena angin yang  bertiup setelah hujan. Satu pertanyaan dalam pikiranku, bagaimana aku mengembalikan jaket ini sedangkan aku tak tahu siapa namanya? Belum juga tahu nama, wajahnyapun aku tak bisa mengenali. Hanya sepasang mata yang indah itu yang aku ingat, aku berharap tak semua org memmiliki mata seperti cowok itu, agar aku dapat mengenalinya bila bertemu dengannya nanti.
v   
Apa yang ku alami kemarin ku curahkan kepada Roby saat kami membahas untuk acara pondok romadhan. Akupun menunjukkan jaket itu pada Robi. Matanya terbelalak saat melihat jaket itu.
“kenapa Rob?” tanyaku kemudian, tapi Roby tak menjawab. Ia berlari menuju kelas dan kembali membawa jaket yang sama seperti yang ku pegang.
“maksud kamu?” tanyaku lagi
“ya aku mengenal siapa pemilik jaket ini, lihat ada tanda RR” Robi menunjukkan kepadaku huruf RR yang tertera pada lengan kanan  jaket itu.
“lalu?” tanyaku lagi. Robi menunjukkan tanda yang sama pada jaketnya namun di sebelah kiri
“RR itu berarti Robi dan Rio Nay, aku yakin ini punya Rio sahabatku” jelas Robi kemudian membuat aku menganggukan kepala.
“dia satu kamar kost sama aku, namun kita beda sekolah Nay. Dan jaket ini memang kita sengaja pesan khusus.” jelas Robi lagi
Kenyataan itu membuat mataku berbinar, ingin rasanya aku bertemu dgan Rio cowok yang membuat tubuhku hangat karna jaket pemberiannya. Bukan karena apa, hanya ingin mengucapkan terimakasih dan mengembalikan jaket ini.
“kalo ada waktu, aku akan temuin kamu sama dia” ucap Robi sambil tersenyum. Akupun  me gangguk dan ikut menujukkan senyuman.
v   
Singkat cerita, setelah aku bertemu dengan Rio. Lambat laun aku mulai mengenalnya lebih dekat. Hingga memperkenalkannya dgan Fio pun aku lakukan.
Rasa nyaman yang kurasakan membuat aku berpikir dua kali tentang apa yang aku rasa. Aku sadar, akupun tidak menginginkan hal itu terjadi pada diriku. Pertemuan kedua kalinya saat itu membuat aku aneh akan rasa yang ada dalam hatiku.
Benar saja, apa yang aku khawatirkan terjadi, Rio menyatakan perasaannya. Dan itu membuat aku harus tega untuk menolaknya. Aku sadar kalo aku memiliki rasa yang sama seperti dia. Tapi aku tak mau dosa menghantui hidupku.
Aku gadis yang berhijab, dari keluarga yang dipandang tinggi atas agama. kemana-mana selalu tertutup. Apakakh aku harus merusak semua itu hanya demi sebuah cinta? Cinta yang sebenarnya belum pantas aku dapatkan. Lalu, haruskah aku dengan keadaan seperti ini menggandeng seorang lelaki? Tidak! Di dalam ajaran agamku tidak di perkenankan hal itu terjadi.
Riopun dapat mengerti dengan keadaanku, namun semenjak hal itu terjadi, yang membuat aku heran adalah Robi. Ia seperti menjauhiku. sikapnya dingin dan tidak seperti biasanya, aku mendengar dari fio bahwa Rio dan roby sempat beradu hebat karena suatu hal. Lalu apa itu? Hal itu membuat aku penasaran. Membuat aku merasa dalang atas keributan itu.
v   
“Robi!” seruku saat melihat Robi lewat di depanku. Robipun memberhentikan langkahan kakinya.
“aku mau bicara sebentar” ucapku
“silahkan” jawabnya singkat
“kamu kenapa akhir-akhir bersikap dingin sama aku? Apa ada sesuatu yang slaah pada diriku?”
“hmm.. kamu ga punya salah, aku yang salah”
“lantas? Kenapa kamu menghindar setiap aku ingin berbicara kepadamu”
“aku lakukan ini karna aku tak mau ada yang tersakiti”
“maksud....” belum selesai bicara Roby sudah pergi dari hadapanku. Hal itu membuatku bingung hingga memaksa aku untuk menemui Rio.
Tak lama aku sudah berada di taman bersama Rio dan juga Fio. Tidak mungkin juga aku hanya berdua bersama Rio.
“Robi itu suka sama kamu Nay” ucap Rio kemudian. Hal itu  mmebuat aku tercengang.
“kita sama-sama suka kamu, aku berani mengungkapkan tapi tidak untuk Roby. Waktu itu dia bilang, dia akan menyatakan perasaannya jika sudah saatnya seorang wanita dan lelaki menjalin sebuah hubungan. Nay, cintailah Robi walau cinta itu harus menunggu hingga kalian sudah pantas menjalin hubungan. Aku sudah merelakanmu untuk Robi. Lagian mulai kenaikan kelas bulan depan aku pindah ke semarang” ucap Rio menjelaskan membuat aku menitihkan air mata.
“jadi Robi selama ini?....” ucapku terbata
“ya dia menjauh dari kamu karena dia tak ingin saat melihat kamu ingat akan cintanya. Percayalah Nay, bersama Robi kamu akan bahagia bila sudah waktunya nanti”
Aku tahu, hatiku juga merasakan saat aku bersama Robi, aku tahu rasaku saat bersama Rio adalah Cinta, tapi saat bersama Robi aku tak tahu rasa apa itu? namun saat bertemu dengan Rio aku berasa apa yang aku rasakan selama ini hanyalah perasaan sebagai seorang sahabat, namun kenyataan berkata lain. Aku harus menemui Robi untuk meminta penjelasan atas semua ini.
v   
Keesokan harinya di sekolah, ditemani hujan yang turun. Aku meminta penjelasan kepada Robi atas apa yang dikatakan Rio padaku kemarin.
“ya aku suka sama kamu, tapi aku ingin memilikimu bila umur kita usdah cukup Nay, biarkan rasa ini tetap tumbuh selama kita masih bersama dalam sebuah persahabatan”
“iya, aku tahu. Hmm aku menolak Rio karna aku mersa umurku belum cukup untuk menyandang sebuah hubungan”
“bila sudah waktunya nanti aku akan melamarmu, jadi ga ada dosa diatara kita hanya karna kita melakukan pacaran Nay”
“ya itu yang aku pikirkan Rob, bila kita memang ditakdirkan untuk bersama pasti kita akan bersama”
“aku berharap kita bisa bersama leb.ih lama ya nay” ucap Robi memandang hujan, akupun mengikuti arah pandang Robi
“iya Rob. Cukup allah yang menyatukan kita nanti, ini sebagai ujian keimanan kita”
“ya, dengan adanya hal ini, iman kita semoga semakin kuat amin”
Senyumku mengembang, begitupun Robi. Kami bertekad untuk tetap bersabar menunggu waktunya nanti. Berharap allah dapat menyatukan kami bila kami sempat berpisah jauh. Karna hanya allah lah yang menentukan. Bersatukah aku sama Robi atau tidak. Biralha rasa ini menjadi warna dalam persahabatan kami. Apa yang akan terjadi esok adalah sebuah misteri.ita lihat saja nanti
END

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa