hello hai.. setelah sekian lama aku absen dari aktivitasku yg satu ini.. kini aku hadir membawa dua cerpen sekaligus looh. yang pertama cerpen ini// yuukk di baca *salam kangen untuk sobat Iko
CUKUP ALLAH YANG MENYATUKAN KITA
oleh : Akiko Anaya
Cinta hadir dengan
sendirinya, cinta hadir membawa kebahagiaan, namun ketika cinta hadir membawa
luka, tak ada satupun insan di dunia yang menginginkannya. Lalu bagaimana bila
cinta hadir untuk menguji sebuah keimanan?
v
Aku
berjalan gontai saat melewati koridor sekolah. Langkahan kaki serasa berat saat
aku harus meninggalkan sekolah. Berhenti hingga menunggu hari esok untuk
kembali ke sekolah dan bertemu para sahabatku.
Langkahan
kakiku tiba-tiba terhenti saat seseorang menyerukan namaku, akupun membalikan
badan ke arah orang yang menyerukan namaku.
“Tunggu dulu Nay” ucap seorang laki-laki
itu seraya melangkah menghampiriku.
“iya, kenapa Rob?” tanyaku saat cowok
itu sudah berada di hadapanku, namanya Muhammad Robi’ah Saputra, aku biasa
memanggilnya Robi.
“gini Nay, sebentar lagikan ada
pemilihan ketua da’is. Nah aku berniat untuk ngajak kamu jadi wakil aku dalam
pemilihan ketua nanti gimana?” ucap Robi menjelaskan. Da’is sebuah organisasi
ke agamaan disekolahku.
“gitu ya Rob? Aku ragu Rob, aku ga enak
dengan Shinta. Dari dulu dia kan yang ngebet banget pengen jadi wakil kamu?”
“shinta udah jarang ikut Da’is, lagian
aku juga nolak kalo dia jadi wakilku. Aku ga suka sifatnya Nayla”
“baiklah Rob, aku bersedia. Asalkan
tidak ada masalah yang terjadi kalo aku menjadi wakilmu”
“tenang aja dont worry. Makasih Nay,aku
pulang dulu. Assalamualaikum” pamit Robi
“iya Wa’alaikumsallam” jawabku melangkah
bersama Robi hingga keluar gerbang lalu pulang ke arah rumah masing-masing.
Roby
seorang cowok yang sangat dikenal disekolah. Bukan karena skill yang ia punya
ataupun face yang enak dipandang, melainkan ibadah yang ia lakukan membuat
setiap cewek berharap memiliki pasangan seperti Roby yang alim namun tetap
cool.
Waktu
sudah berjalan satu bulan, setelah pemilihan ketua dais dua minggu yang lalu
membuat namaku dikenal banyak orang. Periode kemaren Robi lah yang terpilih
menjadi ketua. Cacian hingga makian setiap hari menghujaniku. Banyak yang
menghujat iri karena tidak bisa menjadi wakil Robi atau menghujat karena Robi lebih
memilih aku, gadis yang bukan siapa-siapa di mata para siswa.
Keputusasaan
dalam diriku sempat terpaut atas hujatan beberapa siswa cewek disekolah, namun
berkat semangat dari Robi aku bisa melewatinya, hingga hujatan tentang
dirikupun sudah tidak terdengar lagi.
v
Hujan
turun dengan deras membasahi setiap insan yang nekat menembus hujan, dan juga
seluruh permukaan tanah basah karena hujan.
Aku
masih terdiam di halte bus, hujan yang tak kunjung reda membuat aku harus
menunggu lebih lama dari biasanya. Lalu lalang sepeda motor, membuat air hujan
di jalan raya meniyiram ke arahku. Tubuhku yang basah semakin basah dan kotor.
Untung saja aku tidak membawa laptop seperti biasanya.
Seorang
pengendara motor itu berhenti lalu turun dari motornya menghampiriku. Ia
membuka kaca helmnya. Hanya terlihat sepasang mata dan hidungnya, karena mulut
dan dagunya tertutup helm. Ia mengenakan jaket kulit berwarna coklat yang
tampak tak basah saat terkena air.
“sorry” ucapnya kemudian saat berada di
hadapanku, menutupi pandanganku ke arah jalan raya. Lelaki itu merasa bersalah
karena air yang menyiprat ke arahku akibat sepeda motornya.
“iya gapapa mas” ucapku dengan sedikit
bergetar karena kedinginan.
Cowok
itu membuka tas ranselnya yang juga terlindungi dari jaketnya. Lalu
mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya dan menyodorkan kepadaku.
“ini mbak pakek aja, karena saya mbak
jadi kedinginan” ucap cowok itu menyodorkan sebuah jaket berwarna abu-abu yang
tampak hangat bila di pakai di tubuh
“emm ma’af ga usah mas, saya tidak
apa-apa kok terimakasih” tolakku secara halus.
Cowok
itu memegangi jaket dengan kedua tangannya pada bagian lengan. Lalu menempelkan
jaket itu dari pungungkudan melepaskannya. Aku tercengang dengan perilaku cowok
itu. Belum sempat aku mengatakan apapun, cowok itu sudah menaiki motornya dan
menghilang dari pandanganku.
Lalu
lalang motor yang tak enak dimata bergantian datang hingga hujan sedikit reda.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gadis berkerudung ungu itu
berboncengan tanpa jarak dengan cowok di depannya. Sungguh hati miris
melihatnya.
Bus
yang ku tunggu pun datang, aku masih memakai jaket pemberian cowok itu, saat
menaiki bus, terbesit rasa bingung melanda pikiranku. Tapi,, aku benar-benar
membutuhkan jaket ini karena tubuhku semakin kedinginan karena angin yang bertiup setelah hujan. Satu pertanyaan dalam
pikiranku, bagaimana aku mengembalikan jaket ini sedangkan aku tak tahu siapa
namanya? Belum juga tahu nama, wajahnyapun aku tak bisa mengenali. Hanya
sepasang mata yang indah itu yang aku ingat, aku berharap tak semua org
memmiliki mata seperti cowok itu, agar aku dapat mengenalinya bila bertemu
dengannya nanti.
v
Apa
yang ku alami kemarin ku curahkan kepada Roby saat kami membahas untuk acara
pondok romadhan. Akupun menunjukkan jaket itu pada Robi. Matanya terbelalak
saat melihat jaket itu.
“kenapa Rob?” tanyaku kemudian, tapi Roby
tak menjawab. Ia berlari menuju kelas dan kembali membawa jaket yang sama seperti
yang ku pegang.
“maksud kamu?” tanyaku lagi
“ya aku mengenal siapa pemilik jaket
ini, lihat ada tanda RR” Robi menunjukkan kepadaku huruf RR yang tertera pada
lengan kanan jaket itu.
“lalu?” tanyaku lagi. Robi menunjukkan
tanda yang sama pada jaketnya namun di sebelah kiri
“RR itu berarti Robi dan Rio Nay, aku yakin
ini punya Rio sahabatku” jelas Robi kemudian membuat aku menganggukan kepala.
“dia satu kamar kost sama aku, namun
kita beda sekolah Nay. Dan jaket ini memang kita sengaja pesan khusus.” jelas Robi
lagi
Kenyataan
itu membuat mataku berbinar, ingin rasanya aku bertemu dgan Rio cowok yang
membuat tubuhku hangat karna jaket pemberiannya. Bukan karena apa, hanya ingin
mengucapkan terimakasih dan mengembalikan jaket ini.
“kalo ada waktu, aku akan temuin kamu
sama dia” ucap Robi sambil tersenyum. Akupun
me gangguk dan ikut menujukkan
senyuman.
v
Singkat cerita, setelah aku bertemu
dengan Rio. Lambat laun aku mulai mengenalnya lebih dekat. Hingga
memperkenalkannya dgan Fio pun aku lakukan.
Rasa nyaman yang kurasakan membuat aku
berpikir dua kali tentang apa yang aku rasa. Aku sadar, akupun tidak
menginginkan hal itu terjadi pada diriku. Pertemuan kedua kalinya saat itu
membuat aku aneh akan rasa yang ada dalam hatiku.
Benar saja, apa yang aku khawatirkan
terjadi, Rio menyatakan perasaannya. Dan itu membuat aku harus tega untuk
menolaknya. Aku sadar kalo aku memiliki rasa yang sama seperti dia. Tapi aku
tak mau dosa menghantui hidupku.
Aku gadis yang berhijab, dari keluarga
yang dipandang tinggi atas agama. kemana-mana selalu tertutup. Apakakh aku
harus merusak semua itu hanya demi sebuah cinta? Cinta yang sebenarnya belum
pantas aku dapatkan. Lalu, haruskah aku dengan keadaan seperti ini menggandeng
seorang lelaki? Tidak! Di dalam ajaran agamku tidak di perkenankan hal itu
terjadi.
Riopun dapat mengerti dengan keadaanku,
namun semenjak hal itu terjadi, yang membuat aku heran adalah Robi. Ia seperti
menjauhiku. sikapnya dingin dan tidak seperti biasanya, aku mendengar dari fio
bahwa Rio dan roby sempat beradu hebat karena suatu hal. Lalu apa itu? Hal itu
membuat aku penasaran. Membuat aku merasa dalang atas keributan itu.
v
“Robi!” seruku
saat melihat Robi lewat di depanku. Robipun memberhentikan langkahan kakinya.
“aku mau bicara
sebentar” ucapku
“silahkan”
jawabnya singkat
“kamu kenapa
akhir-akhir bersikap dingin sama aku? Apa ada sesuatu yang slaah pada diriku?”
“hmm.. kamu ga
punya salah, aku yang salah”
“lantas? Kenapa
kamu menghindar setiap aku ingin berbicara kepadamu”
“aku lakukan ini
karna aku tak mau ada yang tersakiti”
“maksud....”
belum selesai bicara Roby sudah pergi dari hadapanku. Hal itu membuatku bingung
hingga memaksa aku untuk menemui Rio.
Tak lama aku sudah berada di taman
bersama Rio dan juga Fio. Tidak mungkin juga aku hanya berdua bersama Rio.
“Robi itu suka
sama kamu Nay” ucap Rio kemudian. Hal itu
mmebuat aku tercengang.
“kita sama-sama
suka kamu, aku berani mengungkapkan tapi tidak untuk Roby. Waktu itu dia
bilang, dia akan menyatakan perasaannya jika sudah saatnya seorang wanita dan
lelaki menjalin sebuah hubungan. Nay, cintailah Robi walau cinta itu harus menunggu
hingga kalian sudah pantas menjalin hubungan. Aku sudah merelakanmu untuk Robi.
Lagian mulai kenaikan kelas bulan depan aku pindah ke semarang” ucap Rio menjelaskan
membuat aku menitihkan air mata.
“jadi Robi
selama ini?....” ucapku terbata
“ya dia menjauh
dari kamu karena dia tak ingin saat melihat kamu ingat akan cintanya.
Percayalah Nay, bersama Robi kamu akan bahagia bila sudah waktunya nanti”
Aku tahu, hatiku juga merasakan saat aku
bersama Robi, aku tahu rasaku saat bersama Rio adalah Cinta, tapi saat bersama
Robi aku tak tahu rasa apa itu? namun saat bertemu dengan Rio aku berasa apa yang
aku rasakan selama ini hanyalah perasaan sebagai seorang sahabat, namun
kenyataan berkata lain. Aku harus menemui Robi untuk meminta penjelasan atas
semua ini.
v
Keesokan harinya di sekolah, ditemani hujan yang
turun. Aku meminta penjelasan kepada Robi atas apa yang dikatakan Rio padaku
kemarin.
“ya aku suka sama kamu, tapi aku ingin
memilikimu bila umur kita usdah cukup Nay, biarkan rasa ini tetap tumbuh selama
kita masih bersama dalam sebuah persahabatan”
“iya, aku tahu. Hmm aku menolak Rio
karna aku mersa umurku belum cukup untuk menyandang sebuah hubungan”
“bila sudah waktunya nanti aku akan melamarmu,
jadi ga ada dosa diatara kita hanya karna kita melakukan pacaran Nay”
“ya itu yang aku pikirkan Rob, bila kita
memang ditakdirkan untuk bersama pasti kita akan bersama”
“aku berharap kita bisa bersama leb.ih
lama ya nay” ucap Robi memandang hujan, akupun mengikuti arah pandang Robi
“iya Rob. Cukup allah yang menyatukan
kita nanti, ini sebagai ujian keimanan kita”
“ya, dengan adanya hal ini, iman kita
semoga semakin kuat amin”
Senyumku mengembang, begitupun Robi.
Kami bertekad untuk tetap bersabar menunggu waktunya nanti. Berharap allah dapat
menyatukan kami bila kami sempat berpisah jauh. Karna hanya allah lah yang
menentukan. Bersatukah aku sama Robi atau tidak. Biralha rasa ini menjadi warna
dalam persahabatan kami. Apa yang akan terjadi esok adalah sebuah misteri.ita
lihat saja nanti
END
No comments:
Post a Comment