Siapa Pelakunya?
Oleh : Kaninda Naqiyya K.
Pagi
yang cerah di hutan, seperti biasanya .Para hewan
mulai beraktivitas. Kelinci menuju pohon penyimpanan buah kuning untuk
menyimpan buah pisang yang ia temukan. Tapi ketika sudah sampai, ia malah
menjumpai persediaan pisang tinggal separuh dari jumlah kemarin. Padahal buah
itu disimpan untuk musim kemarau yang akan datang satu bulan lagi. Akhirnya, kelinci pun memberi tahu sekaligus
bertanya pada para hewan.
“Hei
teman-temanku sekalian, ketika aku masuk ke pohon penyimpanan buah kuning,
kudapati buah pisang di sana yang berkurang. Adakah salah satu dari kalian yang
mengambil buah pisang?” teriak kelinci melengking memberi tahu hewan yang ada
di sekitar situ.
“Tidak!
Tidak ada yang berani mencuri di hutan ini.” Jawab rusa yang berada di situ
lantang. Dan karena ucapan mereka berdua, seluruh hewan yang ada di sekitar
situ menuju ke tempat kelinci.
“Tetapi
buktinya buah pisang di dalam pohon berkurang. Tapi… apakah hanya buah pisang
yang dicuri? Jangan-jangan dia juga mencuri buah lainnya,” timpal kelinci
“Kalau
begitu kita cek saja,” usul kancil. Semua hewan yang ada
di situ pun mengecek persediaan buah di semua pohon. Tetapi mereka semua tidak
menemukan buah yang berkurang selain buah pisang.
“Hanya
buah pisang saja yang berkurang. Apakah itu berarti yang mencurinya adalah
hewan yang menyukai pisang?” ucap landak mengira-ngira.
“Huuuush,
kau tidak bisa menuduh hewan lain sembarangan tanpa bukti yang kuat. Lebih
baik, sekarang kita temui gajah yang bijak untuk mencari solusi yang tepat”
usul rusa.
Para
hewan pergi ke tengah hutan untuk menemui sang gajah yang bijak. Sesampainya di sana,
mereka menyampaikan hal yang terjadi pada gajah tanpa menambahi maupun
menguranginya.
Gajah
yang bijak memberi solusi kepada mereka. Ia menyarankan untuk membuat jebakan
di tempat kejadian. Para hewan pun setuju dengan saran gajah. Mereka kembali ke
pohon penyimpanan buah kuning, lalu bergotong- royong membuat jebakan untuk si
pencuri pisang. Pertama, mereka membuat lubang. Setelah itu, lubang tersebut
ditutupi dengan daun-daun agar tak terlihat. Para hewan juga memilih
beberapa hewan yang ditugaskan untuk mengintai.
Senja
tiba. Para hewan yang bertugas, sudah bersedia di tempat masing-masing.
Tiba-tiba terdengar suara hewan mengendap-endap. Ternyata yang mengendap-endap
adalah monyet. Ia berjalan menuju pohon penyimpanan buah kuning. Namun sebelum
sampai ke pohon tersebut terdengar suara BRUK! Dan setelah itu
terdengar rintihan minta tolong.
“Aduh,
sakitnya, punggungku. Siapa pun, tolong akuuuu! Tolong!” Ucap monyet menahan
sakit. Para hewan pengintai yang melihatnya pun datang ke tempat monyet.
“Hei
monyet! Ketahuan kamu! Ternyata kamu yang mencuri buah-buah pisang tersebut,
hah! Untuk apa kau mencurinya, monyet!?” Tanya landak membentak monyet
yang masih berada di lubang.
Monyet
yang melihat landak murka menjadi takut. Dengan tergagap, ia menjawab, “
Ma…Maaf kan a..ku teman-teman. Aku telah mencuri buah pisang yang kalian
kumpulkan. Sebenarnya, aku iri kepada kalian semua yang bisa mengumpulkan
banyak pisang, sedangkan aku tidak bisa. Maka dari itu aku mencuri
pisang-pisang tersebut. Maafkan aku teman-teman, aku mohonnn…”
“Jadi,
itu alasanmu mencuri? Kalau begitu bukankah kamu bisa meminta pada kelinci yang
bertugas menjaga pohon penyimpanan buah kuning? Kau tahu kan, kalau mencuri itu
tidak baik,” ceramah kancil
“tetapi
yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Hewan di sini harus selalu akur dan
saling memaafkan. Jadi kami maafkan. Tetapi jangan diulangi lagi ya!”
lanjutnya.
“Aku paham, kancil. Terima kasih teman-teman. Kalian sangat
baik. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku. Tetapi, bisakah kalian
menolongku keluar dari sini?”
Setelah
monyet keluar dari lubang, mereka pun berpelukan sebagai bentuk pertemanan dan
perdamaian mereka.