Review Sitti Nurbaya - Marah Roesli
Semuanya indah, memang
sepantasnya menjadi novel yang bersejarah. Sitti Nurbaya membuatku mengerti
akan satu hal. bahwa hidup itu untuk dijalani sebagaimana mestinya. Harus
mandiri, tetap tegar dan yakin teguh terhadap apa yang diyakini. Tidak takut
apapun, yang terpenting adalah yakin. Karena dengan yakin semua akan baik-baik
saja. Meski maksud hati untuk bersama tak sampai tujuan, namun kesetiaan itu
tetap ada.
Bagaiaman sobat nuri? ada yang belum baca? jangan sampai ga baca. ayoo buruaan baca. rekomen banget buat kaliaan.
Regards,
Nuri
IG : @NurilaPhasa
FB : Hidayah Nurila Phasa
Review Sitti
Nurbaya
(Maksud
hati ingin bersama. Jika tidak kesetiaan itu kan tetap ada)
Judul : Sitti Nurbaya
Penulis : Marah Roesli
Tahun : 1992
Penerbit : Balai Pustaka
Penyadur : Ragdi F. Daye (2011)
|
Blurb
“Selamat jalan, Sam... Selamat sampai ke Jakarta..” lirih Nurbaya
menahan isaktangis.
Firasat Sitti Nurbaya ternyata terbukti. Ucapan
perpisahannya itu menjadi awal dari kemelut hidupnya, juga Samsul Bari, sang
kekasih hati. Silih berganti penderitaan mendera. Jalan hidup memang tak selalu
lurus dan nyaman, tokoh-tokoh dalam roman ini merasakan betul penderitaan itu.
Kisah kasih Stti Nurbay adan Samsul
Bahri dan ketamakanDatuk Maringgih tentu telah melekat erat dalam ingatan par
apembaca. Beragam protes dan kritik terhadap adat istiadat yang berlaku pada
zaman itu, menjadi semangat untuk memayungi karya Marah Rusli ini.
Perjuangan dan perpisaha menjadi
garis hidup setiap insan. Begitupula dengan Sittil Nurbaya dna Samsul Bahri.
Kisah kasij, kemelut hati keduannya, serta beragam intrik di sekitar mereka
secara menyentuh dituturkan dalam roman klasik ini.
Review
Sitti Nurbaya, siapa yang tidak mengenal kisah seorang gadis
yang katanya dipaksa oleh orangtuanya untuk dijodohkan dengan laki-laki yang
tidak dicintainya?
Padahal jika dibaca dalam kisahnya
dengan saksama, anggapan itu adalah anggapan yang kurang tepat. mengapa? Karena
sesungguhnya Siti Nurbaya bukanlah dipaksa untuk dijodohkan. Melainkan...
Simak Review berikut!
Namanya Sitti Nurbaya, biasa dipanggil Nur.
Seorang gadis yang tinggal di Kota Padang, berayahkan Baginda Sulaiman-seorang
pedagang yang terkenal di Kota Padang. Yan gmemiliki sejumlah toko, kebun, dan
kapal.
Sitti Nurbaya yatim sejak ia
kecil, ibunya telah meninggalkannya saat
ia masih usia kanak-kanak. Namun hal itu tidak meruntuhkan Sitti Nurbaya, karena
ia memiliki ayah yang penyanyang juga sahabat yang sudah ia aggap sebagai kakak
yaitu Samsul Bahri yang biasa Nur panggil Sam.
Sam adalah anak Sutan Mahmud Syah,
seorang penghulu terkemuka di Padang. Sam merupakan murid yang pandai sehingga
gurunya merekomendasikan Sam untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter di
Jakarta.
Mereka satu sekolah di sekolah
Belanda, berangkat dan pulang bersama dengan Bendi (kereta kuda Batak) milik
ayah Sam. Mereka tinggal bersebelahan sejak lama.
Suatu hari, usaha yang dilakoni
Baginda Sulaiman semakin berkembang pesat. Hal itu membuat Datuk Maringgih,
saudagar paling kaya di Padang yang kekayaannya terkenal sampai ke Malaka
hingga Singapura. Hampir semua toko dan rumah besar di Pasar Gadang adlah
kepunyaannya, juga tanah kebun, dan sawah-wsawah ia juga menguasai kapal-kapal
Muaro (hal 6). Kekayaannya itu menjadi seorang yang kikir dan pelit sehingga
menjadi buah bibir oleh masyarakat setemapat, juga suka menikahi wanita-wanita
cantik yang tergiur oleh uangnya. Bisa saja juga disebut seorang rentenir.
Begitu iri dengan apa yang dimilki Baginda Sulaiman.
Hingga ia menyuruh kaki tangannya
untuk membakar toko-toko Baginda Sulaiman, meneggelamkan kapal-kapalnya dan
meracuni perkebunannya agar tidak bisa panen. Hal itu membuat baginda Sulaiman
terpuruk dan kehilangan harta bendanya. Membuat Baginda Sulaman mau tidak mau
berhutang kepada Datuk Maringgih hingga akhirnya tak mampu membayar.
Rencana jahat Datuk Maringgih pun
di mulai lagi, ia meminta Baginda Sulaiman untuk menikahkan Nurbaya menjadi
istrinya. Mendapat hal itu Baginda Sulaiman menolak. Bagaimana bis aia
menikahkan Nurbayayang masih belia dan juga kekasih dari Samsul Bahri yang
sangat dicintainya. Maka Baginda Sulaiman rela untuk dipenjarakan oleh Datuk
Maringgih.
Saat Datuk Maringgih hendak
membawa baginda Sulaiman ke kantor polisi, Nurbaya yang mengetahui hal itu
berteriak dan menghentikan aksi Datuk Maringgih. Entah apa yang ada
dipikirannya yang jelas saat itu Nurbaya tidak ingin melihat ayahnya kessahan
apalagi harus masuk penjara. Maka, dengan segala hormatnya kepada sang ayah
Sitti Nurbaya setuju untuk menikah dengan Datuk Maringgih. Ayahnya tidak
mempercayai hal itu, karena ia tahu Nurbaya hanya mencintai Samsul Bahri
seorang. (hal. 68)
Terselenggarkaannyalah pernikahan
itu. Nurbay ayang snaga tmembenci Datuk Maringgih menyanyangkan hal itu karena
ia harus berpisah dengan Samsul Bahri. Ia mengirim surat kepada Sam yang sudah
berada di Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Janji yang sempat mereka ucapkan
terkubur begitu saja mendengar berita yang dialami Sitti Nurbaya.
Suatu hari, saat Sam kembali ke
Padang untuk sekedar berlibur. Ia menemui Sitti Nurbaya yang sudah berstatus
menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diektahui Datuk Maringgih dan
menimbulkan keributan yang membuat Baginda Sulaiman yang sedang terbaring sakit
keras hendak menemui Nurbaya, namun naas Baginda Sulaiman terjatuh dan akhirnya
meninggal dunia.
Kejadian itu juga membuat Sam di
usir ayahnya dan tidak lagi diakui sebagai anak atas perbuatan Sam. Pergilah
Sam ke Jakarta tanpa lagi ayah yang selalu memperhatikannya.
Kehidupan Sam maupun Nur seakan
tidak habis begitu saja. Perjalanan keduaya terombang-ambing hingga akhir yang
menentukan bahwa Tuhan-lah yang berkuasa atas semuanya.
Nurbaya meninggal dunia. Sam
hendak mengakhrii kehidupannya, namun Tuhan masih tidak merestuinya.
Jelaslah bahwa Sam yang sempat
dianggap meninggal menjadi seseorang yang lain untuk menentukan kemana ia harus
melangkah.
“Bulan terang saat purnama
Nagasari disangkadaun
Jangankan berpisah lama
Berpisah sehari rasa setahun” – hal 44
Arrgghhh gemes-gemes kesel baca
novel ini. Meskipun ini bukan versi yang asli alias hasil sanduran, tapi kesan
dan pesannya masih terasa sama. Banyak sekali pantn-pantun di dalamnya yang
menggelitik hingga membuat hati haru. Kisah Nur dan Sam, dua sejoli karena
kasih tak sampai.
“Tuhanlah yang mnrjadi saksi. Tak ada laki-laki di dunia ini yang
kucintai selain dirimu.engkaulah suamiku dunia-akhirat” – hal 48
Sejauh ini, membaca novel ini
memunculkan satu fakta bahwa Nurbaya bukanlah dipaksa ayahnya untuk dijodohkan
dengan Datuk Maringgih. Melainkan, Sitti Nurbaya sendiri yang hendak
menyelamatkan ayahnya dari kejaman Datuk Maringgih.
Banyak sekali pesan yang tersirat
maupun yang tersurat. Tentang adat Kota Padang pada jaman dahulu dan pelrilaku
orang-orang di jaman itu.
“Kakak, mungkin bagi Kakak seseorang lauak diperistri bila berbangsa
tinggi. Tapi aku tak peduli pada bangsa, rupa, atau kebudayaan, yang pentig aku
menyukainya dna dia mencintaiku” – hal 14
Bagaiaman sobat nuri? ada yang belum baca? jangan sampai ga baca. ayoo buruaan baca. rekomen banget buat kaliaan.
Regards,
Nuri
IG : @NurilaPhasa
FB : Hidayah Nurila Phasa
No comments:
Post a Comment