Sunday, November 16, 2014

cukup tertantang dengan tema yang dibuat. semoga ga buruk-buruk amat deh ya hehe 



BOUGENVILLE

Bougenville, aku tahu pasti kalian juga tahu nama apa itu?. Tapi jangan berpikir bahwa cerpen ini akan bercerita mengenai bunga Bougenville, melainkan kamar Bougenville. Tepatnya kamar Bougenville 03.

“Rasya?!” panggil Papa sedikit berteriak dari lantai bawah

“Iya Pa?” sahut ku tak kalah berteriak

“Ayo ikut Papa menjenguk tante Lina di Rumah sakit!” sahut Papa dari luar

What?! Rumah sakit?! Pekik ku. Ingatanku tiba-tiba berputar kembali, potongan beberapa adegan kembali berputar di ingatanku secara acak. Ah tidak!! Teriakku. Aku berusah menenangkan pikiranku kembali.

“Tante Lina di rawat dimana Pa?” tanyaku kepada Papa saat kami berjalan menuju mobil.

“Di Rumah sakit Veteran. Lantai 2 Melati 08” jawab Papa sambil membuka kunci mobil.

Aku kembali teringat. Saat itu, sahabatku Nirma sedang opname akibat penyakit maghnya yang sudah akut. Selama enam hari berturut-turut aku menunggui Nirma. Jadi sebagai sahabat yang baik,  aku menemaninya.

Aku bermalam di Rumah sakit, saat pagi tiba aku berangkat ke sekolah bergantian jaga dengan mamanya. Dan selama enam hari itulah aku hidup di Rumah sakit.

Saat pertama kali mendengar nama Bougenville 03, telingaku menangkap nama itu aneh. Entahlah ada apa sebenarnya? Tapi aku mencoba tidak memikirkan hal-hal aneh.

Seperti yang Papa bilang, bahwa kamar Melati berada di lantai dua. Yup tepatnya bila dilihat dari peta rumah sakit. Kamar Bougenville berada tepat di tengah-tengah Rumah sakit. Jadi mau lewat dari depan rumah sakit atau belakang sama saja.

Kamar bougenville ini hanya terdapat satu lorong, dan hanya terdapat lima kamar saja. Depan deret kamar Bougenville adalah taman yang luasnya cukup untuk di buat lima kamar lagi. Barulah diseberang taman terdapat kamar Melati.

Setiap pulang sekolah aku langsung menuju rumah sakit bergantian jaga dengan tante Maria (mama Nirma). Pertama kali menginjakkan kaki di kamar Nirma, tiba-tiba saja tubuhku terasa menggigil. Apa karena efek AC ya? Ah engga juga. AC di kamar Nirma saat itu mati.

Karena bosan menunggu di dalam, aku keluar kamar untuk melihat-lihat sekitar. Toh Nirma juga sedang tidur. Dari lima kamar, semua terisi penuh. Banyak juga sih beberapa anggota keluarga yang menunggui di depan kamar seperti yang ku lakukan saat ini.

Aku duduk di kursi tunggu kamar Nirma sambil membaca novel yang sengaja aku bawa dari rumah. Tak lama bau semerbak wangi hinggap dihidungku dan membuatku mengalihkan pandangan dari novelku. Ah ternyata itu bau pewangi lantai yang dibawa oleh petugas kebersihan rumah sakit.  Aku kembali menatap novelku, belum lama aku mencium bau tak enak, sangat tak enak bahkan tercium sangat busuk.

Aku menutupi hidungku dengan novelku. Seorang petugas kebersihan wanita membawa gerobak yang berisikan makananan hingga sisa makanan itu berhenti tepat di depanku. Aku masih saja menutup hidungku. Aku merasa heran, kenapa beberapa orang yang berkumpul tak jauh dariku tidak mencium bau sebusuk ini. Bahkan rasanya aku ingin muntah.

“Permisi mbak, saya mau ambil bekas piring yang telah digunakan” ucap wanita itu. Ia lalu masuk dan keluar dengan terburu-buru kembali mendorong gerobaknya itu.

“Kenapa mbak?!” teriakku spontan saat melihat wanita itu pergi begitu saja dengan terburu-buru.

Orang-orang yang disekitarku menoleh ke arahku. Diantara mereka ada yang bertanya “Apanya yang kenapa mbak?”

“Itu, tadi mbak-mbaknya kebersihan, tiba tiba lari begitu saja” jawabku sedkit canggung.

Orang-orang itu menanggapi aneh, seakan mereka tidak menyadari bahwa wanita itu berlari melintasi mereka. Aku masuk ke dalam kamar Nirma, penasaran apa yang ada di dalam sehingga membuat wanita itu berlari. Hmm aku tidak menemukan apa-apa, hanya ada barang-barang dan Al-quran yang tergeletak di atas laci, aman-aman saja.

Hari kedua, kondisi kamar bougenville 02 geger karena ada yang meninggal. Setelah itu keadaan kondusif.
Hari ketiga, sama halnya kamar bougenville 02, kamar nomor 05 juga menangis karena meninggal. Aku masih tidak berpikir apa-apa saat itu.
Hingga kelima harinya, kamar nomor 01 pasiennya juga meninggal. Aku sempat berpikir karena hal itu berturut-turut.

Keeseokan harinya Nirma sudah bisa pulang ke rumah. Dan selama itu lah ada sesuatu yang mengganjal dari hatiku. Aku berjalan paling belakang saat rombongan Nirma keluar dari rumah sakit. Seseorang memberhentikanku “mbak, mbak dari kamar Bougenville ya? Ah untunglah mbak sudah bisa keluar dari Rumah sakit ini” ujar wanita itu

“Lhoh emangnya kenapa mbak?” tanyaku penasaran

“Setiap tanggal akhir bulan ganjil, selalu ada yang meninggal dari kelima kamar tersebut tujuh hari berturut-turut. Itu ditandai dengan seorang wanita kebersihan yang masuk ke dalam kamar si pasien dengan aroma tak sedap” ujar wanita itu lagi “Untunglah teman mbak tidak menjadi korban”

“Haha udahlah Bu, jangan membuut kebohongan seperti ini” ucapku tak percaya

“kalau mbak tidak percaya, besok datang kesini. Satu-satunya pasien yang tertinggal itu akan mati, saya permisi dulu”

Wanita itu pergi begitu saja. Aneh, mana ada kejadian seperti itu? Pasti wanita itu bohong. Aku mengingat bahwa masih ada satu pasien lagi dikamar 04.

Telingaku terngiang-ngiang oleh kata-kata wanita itu. Dengan bodohnya aku, aku datang ke rumah sakit itu lagi. Dan benar saja, tepat jam 04 pagi tadi. Pasien kamar 04 telah tiada. Aku terpaku tepat di depan kamar 04. Seorang wanita kebersihan yang cukup aku kenali itu berjalan melewatiku sambil tersenyum padaku dan hilang.. mataku mengerjap tak percaya.

Apa ini semua seperti mitos? kalau mati satu dalam tujuh hari berturut-turut akan banyak orang yang mati pula?

Ah Papa kembali mengingatkanku pada kejadian 6 bulan lalu. Tiba-tiba hatiku tergerak untuk mencari wanita yang dulu memberikan informasi itu kepadaku.

“Kamu cari siapa sayang?” tanya papa

“Ah engga kok Pa” jawabku bingung

“Sayang, kamu tunggu disini dulu ya. Papa mau membeli sesuatu dikantin sana” pamit Papa dan aku mengangguk.

Aku menatap sekeliling dan ternyata aku tepat berada di deret kamar Boegenville 03!.........



Selesai

Wednesday, November 5, 2014

CERBUNG YOURS #PART 1

Bersamamu aku bisa, bersamamu aku dapat memiliki, bersamamu aku mampu, dan bersamamu adalah kebahagiaanku.
^_^
Senja mulai menghadang, mengakhiri aktivitas pada hari ini. Sejak matahari terbit semua insan di dunia ini sibuk beraktivitas. Begitupun Firda sahabatku, lima belas menit lagi pasti dia akan kesini. Ya di sini, menemaniku yang terbaring lemah di rumah sakit.

Ketika semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing, aku hanya mampu untuk melihat ruangan kamar bercat biru, beraroma obat-obatan dan tetes demi tetes cairan infus mengalir ke dalam tubuhku. Sepi, itulah yang kurasakan. Tapi tidak ketika senja menghadang, sahabatku, bahkan keluargaku akan berkumpul menemaniku saat semua kegiatan mereka selesai.
Tuhan memang adil, sangatlah adil. Dibalik sepiku akan ada tempat untukku merasakan keramaian. Ini memang ujian yang diberikan-Nya kepadaku, belajar untuk merasakan sendiri dan bersabar.
“Caca!” sapa Firda padaku saat memasuki kamar rawatku. Sore ini ia terlihat begitu anggun, jeans abu-abu serta t-shirt ungu yang dikenakannya begitu cantik, sama seperti yang mengenakannya, berambut panjang, hidung mancung sedang, dengan mata almond dan alisnya yang cukup tebal.
Rambutnya ia biarkan terurai begitu saja, tersapu angin dan terlihat berterbangan. Tangannya penuh dengan tas plastik putih berisikan buah-buahan, ya pastinya untukku.
“Gimana keadaanmu hari ini Ca?” tanyanya padaku, matanya tampak berbinar. Cantik sekali.

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa