cukup tertantang dengan tema yang dibuat. semoga ga buruk-buruk amat deh ya hehe #FiksiSakit
BOUGENVILLE
BOUGENVILLE
Bougenville,
aku tahu pasti kalian juga tahu nama apa itu?. Tapi jangan berpikir bahwa
cerpen ini akan bercerita mengenai bunga Bougenville, melainkan kamar
Bougenville. Tepatnya kamar Bougenville 03.
“Rasya?!”
panggil Papa sedikit berteriak dari lantai bawah
“Iya
Pa?” sahut ku tak kalah berteriak
“Ayo
ikut Papa menjenguk tante Lina di Rumah sakit!” sahut Papa dari luar
What?! Rumah sakit?! Pekik
ku. Ingatanku tiba-tiba berputar kembali, potongan beberapa adegan kembali
berputar di ingatanku secara acak. Ah tidak!! Teriakku. Aku berusah menenangkan
pikiranku kembali.
“Tante
Lina di rawat dimana Pa?” tanyaku kepada Papa saat kami berjalan menuju mobil.
“Di
Rumah sakit Veteran. Lantai 2 Melati 08” jawab Papa sambil membuka kunci mobil.
Aku
bermalam di Rumah sakit, saat pagi tiba aku berangkat ke sekolah bergantian
jaga dengan mamanya. Dan selama enam hari itulah aku hidup di Rumah sakit.
Saat
pertama kali mendengar nama Bougenville
03, telingaku menangkap nama itu aneh. Entahlah ada apa sebenarnya? Tapi aku
mencoba tidak memikirkan hal-hal aneh.
Seperti
yang Papa bilang, bahwa kamar Melati berada di lantai dua. Yup tepatnya bila
dilihat dari peta rumah sakit. Kamar Bougenville berada tepat di tengah-tengah
Rumah sakit. Jadi mau lewat dari depan rumah sakit atau belakang sama saja.
Kamar
bougenville ini hanya terdapat satu lorong, dan hanya terdapat lima
kamar saja. Depan deret kamar Bougenville adalah taman yang luasnya cukup untuk
di buat lima kamar lagi. Barulah diseberang taman terdapat kamar Melati.
Setiap
pulang sekolah aku langsung menuju rumah sakit bergantian jaga dengan tante
Maria (mama Nirma). Pertama kali menginjakkan kaki di kamar Nirma, tiba-tiba
saja tubuhku terasa menggigil. Apa karena efek AC ya? Ah engga juga. AC di
kamar Nirma saat itu mati.
Karena
bosan menunggu di dalam, aku keluar kamar untuk melihat-lihat sekitar. Toh Nirma
juga sedang tidur. Dari lima kamar, semua terisi penuh. Banyak juga sih
beberapa anggota keluarga yang menunggui di depan kamar seperti yang ku lakukan
saat ini.
Aku
duduk di kursi tunggu kamar Nirma sambil membaca novel yang sengaja aku bawa
dari rumah. Tak lama bau semerbak wangi hinggap dihidungku dan membuatku
mengalihkan pandangan dari novelku. Ah ternyata itu bau pewangi lantai yang
dibawa oleh petugas kebersihan rumah sakit. Aku kembali menatap novelku, belum lama aku
mencium bau tak enak, sangat tak enak bahkan tercium sangat busuk.
Aku
menutupi hidungku dengan novelku. Seorang petugas kebersihan wanita membawa
gerobak yang berisikan makananan hingga sisa makanan itu berhenti tepat di
depanku. Aku masih saja menutup hidungku. Aku merasa heran, kenapa beberapa
orang yang berkumpul tak jauh dariku tidak mencium bau sebusuk ini. Bahkan rasanya
aku ingin muntah.
“Permisi
mbak, saya mau ambil bekas piring yang telah digunakan” ucap wanita itu. Ia lalu
masuk dan keluar dengan terburu-buru kembali mendorong gerobaknya itu.
“Kenapa
mbak?!” teriakku spontan saat melihat wanita itu pergi begitu saja dengan
terburu-buru.
Orang-orang
yang disekitarku menoleh ke arahku. Diantara mereka ada yang bertanya “Apanya
yang kenapa mbak?”
“Itu,
tadi mbak-mbaknya kebersihan, tiba tiba lari begitu saja” jawabku sedkit
canggung.
Orang-orang
itu menanggapi aneh, seakan mereka tidak menyadari bahwa wanita itu berlari
melintasi mereka. Aku masuk ke dalam kamar Nirma, penasaran apa yang ada di
dalam sehingga membuat wanita itu berlari. Hmm aku tidak menemukan apa-apa,
hanya ada barang-barang dan Al-quran yang tergeletak di atas laci, aman-aman
saja.
Hari
kedua, kondisi kamar bougenville 02 geger karena ada yang meninggal. Setelah itu
keadaan kondusif.
Hari
ketiga, sama halnya kamar bougenville 02, kamar nomor 05 juga menangis karena
meninggal. Aku masih tidak berpikir apa-apa saat itu.
Hingga
kelima harinya, kamar nomor 01 pasiennya juga meninggal. Aku sempat berpikir
karena hal itu berturut-turut.
Keeseokan
harinya Nirma sudah bisa pulang ke rumah. Dan selama itu lah ada sesuatu yang
mengganjal dari hatiku. Aku berjalan paling belakang saat rombongan Nirma
keluar dari rumah sakit. Seseorang memberhentikanku “mbak, mbak dari kamar
Bougenville ya? Ah untunglah mbak sudah bisa keluar dari Rumah sakit ini” ujar
wanita itu
“Lhoh
emangnya kenapa mbak?” tanyaku penasaran
“Setiap
tanggal akhir bulan ganjil, selalu ada yang meninggal dari kelima kamar
tersebut tujuh hari berturut-turut. Itu ditandai dengan seorang wanita
kebersihan yang masuk ke dalam kamar si pasien dengan aroma tak sedap” ujar
wanita itu lagi “Untunglah teman mbak tidak menjadi korban”
“Haha
udahlah Bu, jangan membuut kebohongan seperti ini” ucapku tak percaya
“kalau
mbak tidak percaya, besok datang kesini. Satu-satunya pasien yang tertinggal
itu akan mati, saya permisi dulu”
Wanita
itu pergi begitu saja. Aneh, mana ada kejadian seperti itu? Pasti wanita itu bohong.
Aku mengingat bahwa masih ada satu pasien lagi dikamar 04.
Telingaku
terngiang-ngiang oleh kata-kata wanita itu. Dengan bodohnya aku, aku datang ke
rumah sakit itu lagi. Dan benar saja, tepat jam 04 pagi tadi. Pasien kamar 04
telah tiada. Aku terpaku tepat di depan kamar 04. Seorang wanita kebersihan yang
cukup aku kenali itu berjalan melewatiku sambil tersenyum padaku dan hilang..
mataku mengerjap tak percaya.
Apa
ini semua seperti mitos? kalau mati satu
dalam tujuh hari berturut-turut akan banyak orang yang mati pula?
Ah
Papa kembali mengingatkanku pada kejadian 6 bulan lalu. Tiba-tiba hatiku
tergerak untuk mencari wanita yang dulu memberikan informasi itu kepadaku.
“Kamu
cari siapa sayang?” tanya papa
“Ah
engga kok Pa” jawabku bingung
“Sayang,
kamu tunggu disini dulu ya. Papa mau membeli sesuatu dikantin sana” pamit Papa
dan aku mengangguk.
Aku
menatap sekeliling dan ternyata aku tepat berada di deret kamar Boegenville 03!.........
Selesai