Wednesday, November 5, 2014

Cerbung Yours

CERBUNG YOURS #PART 1

Bersamamu aku bisa, bersamamu aku dapat memiliki, bersamamu aku mampu, dan bersamamu adalah kebahagiaanku.
^_^
Senja mulai menghadang, mengakhiri aktivitas pada hari ini. Sejak matahari terbit semua insan di dunia ini sibuk beraktivitas. Begitupun Firda sahabatku, lima belas menit lagi pasti dia akan kesini. Ya di sini, menemaniku yang terbaring lemah di rumah sakit.

Ketika semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing, aku hanya mampu untuk melihat ruangan kamar bercat biru, beraroma obat-obatan dan tetes demi tetes cairan infus mengalir ke dalam tubuhku. Sepi, itulah yang kurasakan. Tapi tidak ketika senja menghadang, sahabatku, bahkan keluargaku akan berkumpul menemaniku saat semua kegiatan mereka selesai.
Tuhan memang adil, sangatlah adil. Dibalik sepiku akan ada tempat untukku merasakan keramaian. Ini memang ujian yang diberikan-Nya kepadaku, belajar untuk merasakan sendiri dan bersabar.
“Caca!” sapa Firda padaku saat memasuki kamar rawatku. Sore ini ia terlihat begitu anggun, jeans abu-abu serta t-shirt ungu yang dikenakannya begitu cantik, sama seperti yang mengenakannya, berambut panjang, hidung mancung sedang, dengan mata almond dan alisnya yang cukup tebal.
Rambutnya ia biarkan terurai begitu saja, tersapu angin dan terlihat berterbangan. Tangannya penuh dengan tas plastik putih berisikan buah-buahan, ya pastinya untukku.
“Gimana keadaanmu hari ini Ca?” tanyanya padaku, matanya tampak berbinar. Cantik sekali.
“Ya beginilah seperti biasa, tak ada perkembangan. Entah semakin membaik atau semakin melemah” jawabku sekenanya.
Ia menatapku lemah, lalu terduduk di kursi tamu disamping tempat tidurku. “kamu tidak berusaha bertanya pada dokter?” tanyanya lagi
Aku menggeleng lalu tersenyum “Tidak, karena aku sudah tau jawabannya”
Matanya terbelalak “Terus?”
“Ya beginilah, kalau aku sudah sembuh pasti sudah boleh pulang. Tapi sekarang? Aku masih tetap saja disini. Emm apa dokternya tidak mau ku tinggalkan ya? haha” jawabku sedikit aneh
Firda tertawa kecil, lalu terdiam.
“Kenapa? Ada masalah?” tanyaku heran
Ia tersenyum menggeleng sambil mengusap kepalaku.
^_^
Silauan cahaya sang surya pagi begitu membuatku terbangun, hari ini adalah hari minggu. Sudah terhitung tiga minggu aku disini.  Tapi, kenapa keadaan ruangan begitu gelap sekali?
“Da” pangillku pada Firda
“Iya Ca?” jawabnya.
“Kenapa gelap sekali? Ini masih malamkah? Kamu ada dimana?” tanyaku lagi sambil meraba dimana keberadaan Firda.
“Aku disini Ca disampingmu, apanya yang gelap? Ini sudah pagi, lihat matahari sudah terbit” jawab Firda
“Si semua terlihat gelap, tapi Firda bilang ini begitu terang? Tuhan apa yang terjadi denganku?
“Hei Ca, Lihat aku. Aku ada disampingmu” ucap Firda
“Mataku, ada apa dengan mataku? Semua gelap Firda” jawabku, aku merasa takut, ada apa dengan mataku? Apakah aku mulai buta, seperti apa yang dikatakan oleh dokter seminggu lalu? Aku menangis sejadi-jadinya, aku tidak mau buta aku tidak mau!! Aku histeris.
“Tenang Ca, tenang dulu. Kamu tenang dulu oke. Biar aku panggil dokter sebentar” ucap firda menenangkanku. Ia pergi keluar kamar rawatku
Tak lama terdengar suara langkahan kaki yang begitu cepat, seseorang melihat keadaan mataku. Aku rasa itu dokter, tiga minggu disini aku sampai hafal aroma tubuh dokter Ani.
“Gimana Dok?” terdengar Firda mengajukan pertanyaan pada Dokter.
Tiba-tiba keadaan hening, dimana Firda? Dimana dokter? Apa mereka meninggalkanku?
Tangan kananku terasa basah, aku merasa ada tetesan air membasahi tangan kananku.
“Firda?” panggilku
Seseorang memelukku dengan erat, terdengar pula isakan tangisnya. Ini firda, tapi kenapa dia menangis? Apa aku memang akan buta?
“Hei berhentilah menangis sayang, aku tidak apa-apa” ucapku pada Firda, ia sepertinya masih terisak. “ini sudah takdirku, mungkin ini ujian lagi dari Allah untukku”
Jujur, di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku menjerit tidak rela. Mataku terasa panas serasa ingin menangis lagi, tapi aku tidak ingin menangis di depan Firda. Kasihan sahabatku ini, ia terlalu sibuk memikirkanku. Aku tidak mau membuatnya semakin menangis.
“Berhentilah menangis Firda, jangan kau sia-siakan air matamu hanya untuk menangisiku. Menangisi orang yang selama ini tidak berguna untukmu” ucapku mencoba membuatnya berhenti menangis.
“Kau memang sangat tidak berguna, tidak berguna!! kamu sangat tidak berguna bila terus berkata seperti itu Ra! Aku ini sahabatmu, tak sadarkah?”  jawab firda di sela-sela tangisnya.
Hei dia memanggil ku Ra-dari nama panggilanku Clara- entah darimana ia mendapat sebutan Caca untukku? Panggilan yang menunjukkan rasa sayangnya padaku, yang ia anggap sahabat tapi tidak pernah ada untuknya.
“Cari orang lain yang mampu membuatmu bahagia Da, tidak seperti aku. Aku hanya bisa menyusahkanmu, membuat hatimu sedih bahkan menangis. Aku tidak selalu ada untukmu Da, apalagi sekarang aku sakit-sakitan”
“Cukup Ra cukup, selalu saja kamu berkata seperti itu. Bagaimanapun kamu, kamu tetap sahabatku” ucapnya lirih di sela-sela isakan tangisnya.
Sahabatku, ya dia sahabatku. Tapi apa yang telah ku berikan padanya? Aku begitu jarang berada disampingnya, begitu jarang membuatnya bahagia. Bahkan aku hanya bisa membuatnya menangis, selalu saja aku membuatnya kecewa. Pantaskah aku disebut sahabat?
^_^
Semua orang berkumpul di kamar rawatku, ya semua. Setelah semua menangis massal. Aku belum bisa membahagiakan sahabatku apalagi membahagiakan keluargaku. Kenapa mereka harus menangisiku sih? Aku gadis yang tidak ada gunanya, belasan tahun aku hidup tidak memiliki keistimewaan-Apapun-
Aku sadar, penyakit Landry's Ascending paralysis yang menyerang tubuhku akan sulit ditaklukan. Penyakit ini mungkin karma bagiku karena tidak pernah bersyukur sama apa yang aku miliki. Sahabat yang baik, keluarga yang baik dan segalanya yang menyenangkan. Tapi aku hanya menyia-nyiakan itu semua. Menghabiskan waktuku demi hal yang tidak ada gunanya.
Badanku lemah, mataku buta. Setelah ini apalagi yang akan aku terima? Hukum alam memang berlaku untukku. Ampuni aku-Ya Allah- sungguh ku minta ampun-
“Kamu mau makan apa sayang?” terdengar desahan suara mama
Aku tersenyum, meski aku tak mampu untuk melihat senyumanku. “tidak Ma, Clara sedang tidak lapar” jawabku
Mama mengusap kepalaku pelan, keadaan yang semula bising terdengar begitu tenang. Kemana orang-orang? Mama? Aku merasa semua orang pergi. Ada apa lagi ini? Di saat mata ku tak mampu lagi melihat, aku sering merasa sepi.
“Ma, kok sepi?” tanyaku pada mama. Tak ada jawaban dari beliau. Aku merasakan tanganku hangat. Aku paham keadaan ini, sangat paham. Mama menangis? Ah lagi-lagi aku membuat semua orang bersedih. Tuhan, kenapa ini semua harus terjadi, kenapa??
^_^
Terlalu bosan untukku terlalu lama berbaring disini, berbaring lemah tanpa bisa melihat keadaan sekitar. Melihat kecantikan dokter, apalagi melihat senyuman manis Firda. Ini begitu menyiksaku-sungguh-.
Memory keseharianku sebulan lalu berputar begitu saja di kepalaku. Saat aku sedang bergurau dengan Firda, makan bersama keluarga, di sekolah bersama teman-teman. Arghh itu semua membuat ku rindu, begitu merindukan saat aku masih bisa berdiri menatpap dunia. Bukan Clara yang seperti ini, seperti mayat hidup.
Aku lelah, aku sudah menyadari semuanya. Aku paham, kembalikan aku seperti sedia kala Tuhan, aku berjanji, akan berusaha lebih baik lagi. Menjadi gadis yang mampu membuat semua orang bahagia, bukan seorang gadis yang tak ada gunanya.
“Ca?” desahan suara itu membuatku berhenti, berhenti menyesali smeua itu. Dengan kesadaranku pipiku basah akibat air mataku.
“Kamu menangis? Kenapa sayang? Apanya yang sakit ha?” tanya firda dengan suara khawatir
Aku menggeleng pelan, berusaha untuk tersenyum “Aku tidak apa-apa, tidak ada yang sakit kok”
“Tapi kenapa kamu menangis? Kalo ada yang sakit bilang saja, biar nanti aku panggilkan dokter”
“Tidak usah Firda, ini jam berapa? Kok kamu sudah ada disini?” tanyaku mengalihkan pembicaraan
“Ini masih jam satu siang,” jawabnya
“Aku ingin keluar dari sini, bolehkah aku meminta tolong untuk mengantarku menghirup udara luar?” tanyaku
Firda memegang tanganku, “Kondisi kamu tidak memungkinkan untuk kita keluar” suara Firda tampak lemah
“Sebentar saja, aku Mohon”
^_^
Putih, mataku mengedar ke penjuru arah dan terlihat putih. Tak ada siapapun disana, tak ada satu warnapun yang menghiasi keadaan ini. Dimana aku? Mama? Papa? Firda?! Teriakku hitsteris, kemana semua orang?
Kakiku melangkah lemah, berusaha untuk berlari keluar dari sini. Dimana aku? Kenapa semuanya begitu aneh? Ini sungguh membingungkan. Tuhan, tempat apa ini? Apakah ini surgaMu? Tapi?
Aku mendapati Firda duduk disebuah ayunan, ia mengenakan long dress putih. Matanya tampak berbinar begitu cantik sekali.
“Firda” panggilku
Matanya menatapku penuh arti, tatapannya begitu meneduhkan hatiku.
Ah aku bernafas lega karena masih ada Firda disini. “kita ada dimana Da?” tanyaku lalu berjalan mendekatinya.

Firda hanya terdiam, kakinya perlahan melangkah mundur menjauh dariku.

“Kenapa Da? Ada yang salah dariku?” tanyaku lagi sambil mencoba mendekat
Tapi, Firda berbalik badan lalu berlari, aku mencoba untuk mengejarnya dengan susah payah.
“Firda! tunggu!!” teriakku memanggilnya, tapi ia maish saja berlari meninggalkanku.


Aku tertatih, berusaha kembali mengejarnya, namun dia menghilang. Kemana ia? Firda!!!! Aku semakin histeris. Semua terlihat putih, aku sendiri disini ......

~BERSAMBUNG..........

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa