CERBUNG YOURS #PART 1
Bersamamu
aku bisa, bersamamu aku dapat memiliki, bersamamu aku mampu, dan bersamamu
adalah kebahagiaanku.
^_^
Senja mulai menghadang, mengakhiri
aktivitas pada hari ini. Sejak matahari terbit semua insan di dunia ini sibuk
beraktivitas. Begitupun Firda sahabatku, lima belas menit lagi pasti dia akan
kesini. Ya di sini, menemaniku yang terbaring lemah di rumah sakit.
Ketika
semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing, aku hanya mampu untuk melihat
ruangan kamar bercat biru, beraroma obat-obatan dan tetes demi tetes cairan
infus mengalir ke dalam tubuhku. Sepi, itulah yang kurasakan. Tapi tidak ketika
senja menghadang, sahabatku, bahkan keluargaku akan berkumpul menemaniku saat
semua kegiatan mereka selesai.
Tuhan
memang adil, sangatlah adil. Dibalik sepiku akan ada tempat untukku merasakan
keramaian. Ini memang ujian yang diberikan-Nya kepadaku, belajar untuk
merasakan sendiri dan bersabar.
“Caca!”
sapa Firda padaku saat memasuki kamar rawatku. Sore ini ia terlihat begitu
anggun, jeans abu-abu serta t-shirt ungu yang dikenakannya begitu cantik, sama
seperti yang mengenakannya, berambut panjang, hidung mancung sedang, dengan
mata almond dan alisnya yang cukup tebal.
Rambutnya
ia biarkan terurai begitu saja, tersapu angin dan terlihat berterbangan.
Tangannya penuh dengan tas plastik putih berisikan buah-buahan, ya pastinya
untukku.
“Ya
beginilah seperti biasa, tak ada perkembangan. Entah semakin membaik atau
semakin melemah” jawabku sekenanya.
Ia
menatapku lemah, lalu terduduk di kursi tamu disamping tempat tidurku. “kamu
tidak berusaha bertanya pada dokter?” tanyanya lagi
Aku menggeleng
lalu tersenyum “Tidak, karena aku sudah tau jawabannya”
Matanya
terbelalak “Terus?”
“Ya
beginilah, kalau aku sudah sembuh pasti sudah boleh pulang. Tapi sekarang? Aku
masih tetap saja disini. Emm apa dokternya tidak mau ku tinggalkan ya? haha” jawabku
sedikit aneh
Firda tertawa
kecil, lalu terdiam.
“Kenapa?
Ada masalah?” tanyaku heran
Ia tersenyum
menggeleng sambil mengusap kepalaku.
^_^
Silauan
cahaya sang surya pagi begitu membuatku terbangun, hari ini adalah hari minggu.
Sudah terhitung tiga minggu aku disini.
Tapi, kenapa keadaan ruangan begitu gelap sekali?
“Da”
pangillku pada Firda
“Iya
Ca?” jawabnya.
“Kenapa
gelap sekali? Ini masih malamkah? Kamu ada dimana?” tanyaku lagi sambil meraba
dimana keberadaan Firda.
“Aku
disini Ca disampingmu, apanya yang gelap? Ini sudah pagi, lihat matahari sudah
terbit” jawab Firda
“Si
semua terlihat gelap, tapi Firda bilang ini begitu terang? Tuhan apa yang
terjadi denganku?
“Hei
Ca, Lihat aku. Aku ada disampingmu” ucap Firda
“Mataku,
ada apa dengan mataku? Semua gelap Firda” jawabku, aku merasa takut, ada apa
dengan mataku? Apakah aku mulai buta, seperti apa yang dikatakan oleh dokter
seminggu lalu? Aku menangis sejadi-jadinya, aku tidak mau buta aku tidak mau!!
Aku histeris.
“Tenang
Ca, tenang dulu. Kamu tenang dulu oke. Biar aku panggil dokter sebentar” ucap
firda menenangkanku. Ia pergi keluar kamar rawatku
Tak lama
terdengar suara langkahan kaki yang begitu cepat, seseorang melihat keadaan
mataku. Aku rasa itu dokter, tiga minggu disini aku sampai hafal aroma tubuh
dokter Ani.
“Gimana
Dok?” terdengar Firda mengajukan pertanyaan pada Dokter.
Tiba-tiba
keadaan hening, dimana Firda? Dimana dokter? Apa mereka meninggalkanku?
Tangan
kananku terasa basah, aku merasa ada tetesan air membasahi tangan kananku.
“Firda?”
panggilku
Seseorang
memelukku dengan erat, terdengar pula isakan tangisnya. Ini firda, tapi kenapa
dia menangis? Apa aku memang akan buta?
“Hei
berhentilah menangis sayang, aku tidak apa-apa” ucapku pada Firda, ia
sepertinya masih terisak. “ini sudah takdirku, mungkin ini ujian lagi dari
Allah untukku”
Jujur,
di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku menjerit tidak rela. Mataku terasa
panas serasa ingin menangis lagi, tapi aku tidak ingin menangis di depan Firda.
Kasihan sahabatku ini, ia terlalu sibuk memikirkanku. Aku tidak mau membuatnya
semakin menangis.
“Berhentilah
menangis Firda, jangan kau sia-siakan air matamu hanya untuk menangisiku.
Menangisi orang yang selama ini tidak berguna untukmu” ucapku mencoba
membuatnya berhenti menangis.
“Kau
memang sangat tidak berguna, tidak berguna!! kamu sangat tidak berguna bila
terus berkata seperti itu Ra! Aku ini sahabatmu, tak sadarkah?” jawab firda di sela-sela tangisnya.
Hei
dia memanggil ku Ra-dari nama panggilanku Clara- entah darimana ia mendapat
sebutan Caca untukku? Panggilan yang menunjukkan rasa sayangnya padaku, yang ia
anggap sahabat tapi tidak pernah ada untuknya.
“Cari
orang lain yang mampu membuatmu bahagia Da, tidak seperti aku. Aku hanya bisa
menyusahkanmu, membuat hatimu sedih bahkan menangis. Aku tidak selalu ada
untukmu Da, apalagi sekarang aku sakit-sakitan”
“Cukup
Ra cukup, selalu saja kamu berkata seperti itu. Bagaimanapun kamu, kamu tetap
sahabatku” ucapnya lirih di sela-sela isakan tangisnya.
Sahabatku,
ya dia sahabatku. Tapi apa yang telah ku berikan padanya? Aku begitu jarang
berada disampingnya, begitu jarang membuatnya bahagia. Bahkan aku hanya bisa
membuatnya menangis, selalu saja aku membuatnya kecewa. Pantaskah aku disebut
sahabat?
^_^
Semua
orang berkumpul di kamar rawatku, ya semua. Setelah semua menangis massal. Aku
belum bisa membahagiakan sahabatku apalagi membahagiakan keluargaku. Kenapa
mereka harus menangisiku sih? Aku gadis yang tidak ada gunanya, belasan tahun
aku hidup tidak memiliki keistimewaan-Apapun-
Aku
sadar, penyakit Landry's Ascending
paralysis yang menyerang tubuhku akan sulit ditaklukan. Penyakit ini mungkin
karma bagiku karena tidak pernah bersyukur sama apa yang aku miliki. Sahabat
yang baik, keluarga yang baik dan segalanya yang menyenangkan. Tapi aku hanya
menyia-nyiakan itu semua. Menghabiskan waktuku demi hal yang tidak ada gunanya.
Badanku
lemah, mataku buta. Setelah ini apalagi yang akan aku terima? Hukum alam memang
berlaku untukku. Ampuni aku-Ya Allah- sungguh ku minta ampun-
“Kamu
mau makan apa sayang?” terdengar desahan suara mama
Aku
tersenyum, meski aku tak mampu untuk melihat senyumanku. “tidak Ma, Clara
sedang tidak lapar” jawabku
Mama
mengusap kepalaku pelan, keadaan yang semula bising terdengar begitu tenang.
Kemana orang-orang? Mama? Aku merasa semua orang pergi. Ada apa lagi ini? Di
saat mata ku tak mampu lagi melihat, aku sering merasa sepi.
“Ma,
kok sepi?” tanyaku pada mama. Tak ada jawaban dari beliau. Aku merasakan
tanganku hangat. Aku paham keadaan ini, sangat paham. Mama menangis? Ah
lagi-lagi aku membuat semua orang bersedih. Tuhan, kenapa ini semua harus
terjadi, kenapa??
^_^
Terlalu
bosan untukku terlalu lama berbaring disini, berbaring lemah tanpa bisa melihat
keadaan sekitar. Melihat kecantikan dokter, apalagi melihat senyuman manis
Firda. Ini begitu menyiksaku-sungguh-.
Memory
keseharianku sebulan lalu berputar begitu saja di kepalaku. Saat aku sedang
bergurau dengan Firda, makan bersama keluarga, di sekolah bersama teman-teman.
Arghh itu semua membuat ku rindu, begitu merindukan saat aku masih bisa berdiri
menatpap dunia. Bukan Clara yang seperti ini, seperti mayat hidup.
Aku
lelah, aku sudah menyadari semuanya. Aku paham, kembalikan aku seperti sedia
kala Tuhan, aku berjanji, akan berusaha lebih baik lagi. Menjadi gadis yang
mampu membuat semua orang bahagia, bukan seorang gadis yang tak ada gunanya.
“Ca?” desahan suara itu membuatku
berhenti, berhenti menyesali smeua itu. Dengan kesadaranku pipiku basah akibat
air mataku.
“Kamu menangis? Kenapa sayang? Apanya
yang sakit ha?” tanya firda dengan suara khawatir
Aku menggeleng pelan, berusaha untuk
tersenyum “Aku tidak apa-apa, tidak ada yang sakit kok”
“Tapi kenapa kamu menangis? Kalo ada
yang sakit bilang saja, biar nanti aku panggilkan dokter”
“Tidak usah Firda, ini jam berapa? Kok
kamu sudah ada disini?” tanyaku mengalihkan pembicaraan
“Ini masih jam satu siang,” jawabnya
“Aku ingin keluar dari sini, bolehkah
aku meminta tolong untuk mengantarku menghirup udara luar?” tanyaku
Firda
memegang tanganku, “Kondisi kamu tidak memungkinkan untuk kita keluar” suara
Firda tampak lemah
“Sebentar saja,
aku Mohon”
^_^
Putih,
mataku mengedar ke penjuru arah dan terlihat putih. Tak ada siapapun disana,
tak ada satu warnapun yang menghiasi keadaan ini. Dimana aku? Mama? Papa?
Firda?! Teriakku hitsteris, kemana semua orang?
Kakiku
melangkah lemah, berusaha untuk berlari keluar dari sini. Dimana aku? Kenapa
semuanya begitu aneh? Ini sungguh membingungkan. Tuhan, tempat apa ini? Apakah
ini surgaMu? Tapi?
Aku
mendapati Firda duduk disebuah ayunan, ia mengenakan long dress putih. Matanya
tampak berbinar begitu cantik sekali.
“Firda”
panggilku
Matanya menatapku penuh arti, tatapannya
begitu meneduhkan hatiku.
Ah
aku bernafas lega karena masih ada Firda disini. “kita ada dimana Da?” tanyaku
lalu berjalan mendekatinya.
Firda hanya terdiam, kakinya perlahan
melangkah mundur menjauh dariku.
“Kenapa Da? Ada yang salah dariku?”
tanyaku lagi sambil mencoba mendekat
Tapi, Firda berbalik badan lalu berlari,
aku mencoba untuk mengejarnya dengan susah payah.
“Firda! tunggu!!” teriakku memanggilnya,
tapi ia maish saja berlari meninggalkanku.
Aku
tertatih, berusaha kembali mengejarnya, namun dia menghilang. Kemana ia?
Firda!!!! Aku semakin histeris. Semua terlihat putih, aku sendiri disini ......
~BERSAMBUNG..........
No comments:
Post a Comment