Jika
aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapkanmu, jika aku memang tercipta untukmu
ku kan memilikimu.
“aduh neng ngegalau aja
kerjaannya ?” ucap Sivia yang
membuyarkan lamunanku.“eh apa emm anu nggak kok, gue ga lagi galau” bohongku.
“kalau ga galau kenapa
nglamun trus ? kamu akhir-akhir ini berubah” ucapan Sivia terdengar sedih,
mungkin karena melihat sikapku yang memang sedikit agak berubah. Aku bingung
harus menjawab apa, aku paling tidak pandai berbohong jika sudah berhadapan
sivia.
“aku berubah ? haha Sivia,
tak ada yang berubah dariku, aku masih sama seperti dulu” jawabku tersenyum,
yang lebih terlihat seperti senyuman paksa.
“kamu memang Tere yang dulu
tapi kamu bukan Tere sahabatku, Tere sahabatku itu engga kayak gini, suka ngelamun,
nangis ga jelas, ngegalau atau apalah seperti orang yang tak punya semangat
hidup.Tere sahabatku itu orang yang tegar, orang yang selalu ceria, aku sedih
liat kamu begini, Re” jelas Sivia. Tampak raut wajahnya yang semakin sedih akan
perubahan sikapku.
“aku masih tere yang dulu,
tapi tidak untuk hidupku. Hidupku berubah semenjak......”
“semenjak ada aku, kan
?”ucap seseorang memotong ucapanku.
“RIO !” ucapku kaget melihat rio tiba-tiba
saja berada dibelakangku.
“iya aku, orang yang membuat
hidupmu berubah, orang yang telah menghiasi hari-harimu seperi awan mendung,
hitam, kelam” ucap rio sambil perlahan mendekatiku.
“aku janji, aku tak akan
mengganggu hidupmu lagi. Aku akan mengembalikan hari-hari indahmu seperti dulu.
Aku tahu, kisah kita dulu takkan bisa terulang kembali. Tapi kuharap, kau tak
menyesal karena pernah mengenalku, tak menyesal bahwa aku pernah singgah
dihatimu. Terimakasih telah berkorban untukku, terimakasih juga telah
mengajarkanku arti sebuah pengorbanan. Maaf karena aku menyia-nyiakan
pengorbananmu selama ini. aku tak akan membuat sinaran wajahmu redup kembali,
aku hanya bisa berharap, sinaran indah diwajahmu kan bercahaya kembali, Aku berharap,
setelah ini hari-harimu akan kembali berwarna, wajahmu akan secerah biasanya,
sebelum adanya aku” lanjut Rio. Sebelum pergi, ia tersenyum manis kepadaku. Setelah
semua yang dia ucapkan, entah kenapa hatiku serasa sakit, jantungku seakan
berhenti berdetak. Tuhan apalagi rencanamu untukku ??
^_^
Adakah
bintang yang selalu hadir dalam siangku ? adakah matahari yang hadir dalam
malamku ?
Rio berjalan lemas, serasa tak berdaya. Entah apa yang ia rasakan saat
ini setelah apa yang ia ucapkan kepada tere. Sekarang, pupus sudah harapannya
untuk merajut kembali kisah cintanya bersama Tere.
“Rio !!” panggil Shilla yang sedang berjalan berdua
dengan Alvin.
“ah hai Shil,Vin”balas Rio lemas. Shilla dan Alvin
menghampiri Rio.
“loe kenapa, yo ? lemas gitu” tanya Alvin.
“gue sama tere berakhir. Nggak ada kesempatan lagi buat
gue”
“jangan gitulah yo, perjuangin kalo memang itu pantas tuk
diperjuangin” saran Alvin
“iya Yo, lagian Tere itu pantes buat loe perjuangin.
Tenang aja, pasti kita bantuin”tambah Shilla.
“semoga aja. Karena ini kan sama sulitnya dengan mengembalikan
bunga yang layu menjadi segar kembali, mustahil” ucap Rio putus asa.
“Yo, dengerin gue, ga ada yang mustahil di dunia ini,
jika kita mau berusaha kesuksesan akan menjadi milik kita” semangat Alvin.
“thanks Vin,Shil. Kalian memang sahabat yang selalu
ngertiin gue”
“sama-sama Yo, jangan mudah menyerah oke !, diterima atau
tidak itu urusan belakang, yang penting usaha yo. Semua juga butuh proses, kan
?”
“dapatkah cinta ini diperjuangkan lagi? tapi aku sudah berjanji tuk pergi dari
kehidupannya” ucap Rio dalam hati.
^_^
Sekolah mulai ramai. Satu
persatu siswa memasuki kelas, karna sebentar lagi bel masuk akan berdering.
Kriing
!! kring !! kring !! dan benar saja bel pun berbunyi. Seperti
biasa sebelum memulai pembelajaran hari ini, berdoa bersama dilaksanakan. Semua
siswa di dalam kelas tampa khusyuk berdoa. Setelah berdoa, pembelajaran akan dimulai.
Namun terhenti sejenak saat terdengar pengumuman dari ketua osis.
“mohon
ma’af kepada seluruh bapa ibu yang sedang mengajar. Pengumuman kami tujukan
untuk seluruh siswa SMA Sentosa bahwa besok malam akan diadakan acara prom
night dalam merayakan malam tahun baru.mohon untuk partisipasinya semua siswa,
Terimakasih”
Suka
ria terpancar dari beberapa anak yang memilik pasangan, sedangkan para
jomblowers pada galau semua. Karna acara malam pesta dansa identik dengan
berpasangan. Huft... serasa malas tuk mengikuti acara tersebut.
“Re, loe ikut kan ?” tanya Shilla.
“loe ngledek ?”
“yey...ditanya malah sewot”
“gue males ah, lagian gue dateng
sama siapa coba ? dari tahun kemaren juga gitu”
“nah loe kan biasa sama Ray”
Shilla menunjuk Ray dengan dagunya, sedangkan Ray hanya senyum-senyum gaje.
“tinggal besok deh Shil, tuh
guru udah dateng bahasnya nanti aja”
^_^
Keramaian kantin tak terhindarkan,
maklum jam pelajaran telah usai saatnya para siswa untuk beristirahat mengisi
lelah setelah pelajaran.
Seperti biasa pula, aku dan
para sahabatku duduk dimeja kantin yang dapat untuk 8 orang. Huft kebersamaanku
kali ini lumayan bisa melepas penat.
Namun, tak seperti biasa,
seorang Rio yang biasa bersama Alvin kali ini tak ada. Apakah benar ia akan
menjauh dariku ? menjauh dari kehidupanku ? ini semua memang keinginanku, tapi
akankah aku sanggup untuk menghadapinya ?
“Re !” seseorang memanggil
namaku, aku tahu siapa gerangan yang memanggilku, serasa malas sebenarnya.
“hmm ?” jawabku saat
berpaling dari awal fokusku.
“besok malam, dateng bareng
aku yuk ? diacara prom night” ucap Ray yang membuat para sahabatku bersorak
ria.
“cieee !!”
“hmm, taulah Ray kemungkinan
aku tidak datang, thanks untuk ajakannya” jelasku pada Ray.
“yey kok gitu ! kasihan Ray,
udah ngajak baik-baik juga. Sok jual mahal”ledek Sivia
“kalian mah enak, dateng sama
pacar masing-masing, nah gue ? haruskah sesama jomblo dateng ? gue ga mau.
Tidur dirumah lebih asik”
“jadian ajalah sama Ray”
celoteh Alvin.
“iya biar ga jomblo lagi
tuh” kini Shilla ikut-ikutan.
“hmm, gapapa kok kalo Tere
ga mau pergi sama aku, aku engga memaksa. Makasih Re, aku permisi dulu” Ray
meninggalkan kantin. Nyesel sih sebenenrnya menolak Ray yang notabennya idola
para cewek disekolah, tapi hmm aku tak suka dengannya, aku tak mau memberi
harapan kosong kepadanya.
Disudut kantin tampak
seseorang memperhatikan keberadaanku, ya aku tahu siapa orang itu. Duh dunia,
penat yang harusnya bisa hilang kenapa datang lagi. Tuhan, cukup untuk ini
semua. Adakah hal lain yang bisa menjadi masalahku selain ini ?
“eh pulang sekolah, ke butik
yuk,nyari gaun buat besok malam ?” ajak Shilla. “siap bos aku setuju !” Sivia bersemangat
“kita ikutan dong” ucap Zahra
yang datang bersama Agni.
Suntuk, ya itu yang aku
rasakan. Semua pada sibuk sama acara prom night besok. Hmm aku tak akan sibuk
and Im not puzzle.
“Re, ikutan ga ?” ajak Sivia
padaku
“hem, engga deh buat apa
coba ? Aku lagian ada janji sama mama” tolak ku.
“yah Tere, ga seru kalo kamu
ga ikut, ayolah yaya. Kan prom night engga harus berpasangan, nanti deh kamu
sama kita-kita” bujuk Zahra
Aku hanya geleng-geleng
kepala menolak, karna aku memang ga mau ikut. “bilangnya sama kita-kita tapi tetep nanti sama pacarnya
sendiri-sendiri males banget” gerutuku dalam hati.
Para cowok atau para pacar
mereka menghampiri ikut duduk dikantin, ya sudah biasa memang setiap istirahat
begini. Dan hanya aku yang sendiri dan selalu aku yang jadi bahan tertawaan
mereka karna aku jomblo sendiri.
Aku jomblo bukan karena aku
tidak laku, single itu prinsip, udah aku bilang dari cerita sebelumnya, aku tak
mau mengulang sakit lagi seperti dulu.seperti halnya sebuah lagu dangdut yang
mebuatku semakin yakin “jangan bercinta bila takut tuk merana” ya cukup sekali
aku merasakan sakit yang membuat ku berubah. Aku hanya ingin benar-benar fokus
pada sekolahku. Karna masa depanku berawal dari sekolah. Kalo aku tak
bersungguh-sungguh, masa depanku akan masih tergantung, masih belum ada
kepastian.
^_^
Malam ini acara prom night akan dilaksanakan. Seperti
biasa pula, kalau aku tidak ikut pasti para sahabatku menjemputku dengan paksa,
maka dari itu sebelum semuanya terlambat aku lebih memilih pergi terlebih
dahulu sendiri, ke manapun hati ini ingin pergi. Bersama senja yang mulai
menyergap, aku sedikit memikirkan kemana ingin menuju..
Aku teringat akan hobi yang selama ini tidak aku sentuh
sama sekali. Bernyanyi dan bermain piano. Hmm dengan semangat aku melangkahkan
kakiku menuju tempatku privat piano dulu.
“hai Tere, duh lama kamu gak kesini kemana aja sih ?”
celoteh teman privatku yang bernama Diana yang notabennya anak pemilik les
privat.
“hehe woles woy, iya nih lama aku ga kesini, kangen deh.
makannya aku sekarang kesini” jawabku
“kita maen yuk’ ? aku ada lagu baru hehe” ucap Diana
“oh ya let’s go aku jadi penasaran, lagi pula jari jemarkiku
mulai gatal ingin segera bermain piano“ aku dan Diana beranjak dan bergegas
pergi menuju grand piano putih bersandar. Aku membenarkan posisi dudukku dan
juga Diana.
Jari jemariku tampak
bergetar memainkan tuts tuts hitam putih itu, lama aku tak memainkannya,
padahal ini hobi yang tak penah aku tinggalkan. Hatiku mulai terhenyuh oleh
alunan nada yang aku mainkan. Niatnya mau duet sama Diana tapi aku malah asik
sendiri dengan permainan piano ku. Diana tampak memperhatikanku lekat-lekat.
Entah kenapa butiran hangat itu jatuh membasahi kelopak mataku.semakin haru aku
memainkan piano putih itu, emakin eras pula cairan itu keluar.
“Re,” panggil Diana yang
memegang pundakku, membuat aku memberhentikan jari jemariku dari atas tuts tuts
hita putih itu.
“hmm ya sorry Di, “ jawabku
dengan mengusap air mataku yang masih berlinang di pipi.
“sepertinya ada masalah ?” tebak
Diana
“hem iya, banyak bangeettt..”
keluhku
“mau cerita ??” tawar Diana
“he.em” aku menganggukan
kepalaku. Diana teman yang bisa aku percaya. Aku memang lagi butuh sandaran
saat ini. Apabila cerita sama sahabatku yang lain, pasti itu akan mengganggu
mereka, aku sudah banyak menyusahkan mereka.
Ku ceritakan semua keluh
kesahku pada Diana, dia mendengarkan dengan seksama tak lupa saran dari
bibirnya terucap untukku.
Lega, ya itu yang aku
rasakan. Jam tanganku menunjukkan pukul 20.00 Wib. telah lama aku berada disini.
Ya setelah ku hitung-hitung setelah melakukan sholat isya’ tadi. Mungkin para
sahabatku juga bingung mencariku. Sekitar habis sholat ashar tadi aku keluar
rumah. Hmm aku nyaman berada disini bersama Diana. Aku saling tukar cerita
padanya. Karna telah lama juga aku tidak bersama Diana, semenjak aku masuk SMA.Diana
adalah sahabatku semasa SMP dulu.
“hmm, thanks ya Di, kamu
sudah mau mendengarkan semua ceritaku, yang sdikit alay ini hehe” ucapku pada Diana.
“sama-sama Tere kita kan
sahabat” aku memeluknya dengan penuh ucapan terimakasih. Andai sahabatku yang
ada saat ini bisa menghibur laraku. Betapa bahagianya aku.
^_^
“Tere, kemana Sih ? engga ngasih kabar sama sekali.apa
dia marah sama kita ?” ucap Sivia kepada yang lain. Tampak Rio hadir dalam acara
prom night tersebut.
“mungkin karena keberadaanku sehingga membuat dia tidak
datang kesini” ucap Rio
“engga Yo, bukan karnamu. Tere memang sudah komitmen dari
kemarin kalo dia ga mau dateng, dia pulang sekolah tadi juga ga bilang apa-apa
kan sama kita. Dia pulang gtu aja ?” Ucap Zahra
“hem, kalian engga coba ngehubungi dia ?” tanya Rio
“udah aku hubungi dari tadi, handphonenya ga aktif.
Entahlah aku bingung sama Tere sekarang sudah mulai tertutup pada kita” jawab Shilla.
Rio tampak berfikir, entah apa yang ada dipikirannya. Dia
beranjak dari duduknya. Dan beregas pergi.
“mau kemana Yo?!” teriak Alvin.
Namun Rio tak menghiraukan pertanyaan Alvin. Ia tetap memandang
kedepan menuju tempat mobilnya diparkir
^_^
“Re, kita jalan bentar yuk ?” ajak Diana.
“ayok !! dari tadi udah mewek terus aku hehe”
“yah kamu sih nangis aja kerjaannya yau dah yuk, kita ke
tempat biasa. Ya, semoga bisa menghibur hatimu yang luka hehe” ucap Dina dengan
senyuman yan tak pernah aku lupakan. Senyuman seorang sahabat sejati.
Aku menganggukan kepala, dan beranjak dari tempat duduk
ku. Berjalan bersama Diana mengenang kisah saat SMP dulu bersamanya. Saat aku
berada ditaman bersama Diana, dan asik menyeruput es Doger. Seseorang memanggil
namaku.
“Tere,!!” aku berpaling ke arah suara yang memanggilku.
Seseorang itu menghampiriku.
“Hai, Yo !” teriak Diana.
“Hai Di, lama kita engga ketemu” ucap Rio.
“iya nih, loe sih engga pernah ngasih kabar. Asik di
Amerika, kapan balik ?” tanya Diana mencoba mencairkan suasana, karena wajahku
tampak gelisah saat kedatangan Rio. Diana benar-benar sahabat yang baik.
“aku udah ga balik, udah netep disini” jawab Rio sambil
menatapku.
“kamu mau Es Doger Yo ? aku pesenin ya. Tunggu sini” Diana
meninggalkanku berdua dengan Rio. Aku tahu maksud Diana kenapa dia begitu.
Karna ingin aku menjelaskan semua kepada Rio apa yang aku Rasa kini.
Hening seketika. 1 menit 2 menit .. tak ada yang membuka
suara diantara Rio dan aku. Serasa ingin teriak saat itu. Masa masa saat
bersamanya terulang dipikiranku, terlintas saat dmulai mengenalnya, saat dia
tersenyum bersamaku hingga saat-saat dia pergi meninggalkanku.
“Re,” Desahan Suara itu membuyarkan pikiranku. Aku tak
berani menatap si empu suara.
“apa kamu benar-benar ingin aku pergi dari hidupmu ?”
ucap Rio. Tampak dia menatapku. Duh spechles
“kalo itu maumu, oke aku siap tuk meninggalkanmu. Aku siap
tuk berada jauh dari hidupmu, mungkin tak usah kau pinta aku akan pergi dengan
sendirinya”
“Yo, haruskah kita kembali
dengan kisah dulu yang pernah kita rengkuh bersama? dengan apa yang telah kau
lakukan padaku ? 4 tahun Yo 4 tahun kamu pergi tanpa kabar. Apa kamu tau
bagaimana aku memikirkanmu, aku khawatir akan kondisimu ? tapi setelah semua
ini aku mencoba menguburnya. Kini kau hadir untuk menggali semua. Sakit Yo sakit
banget !! ” aku tak kuasa membendung butiran air mataku.
“ma’af, mungkin itu yang
bisa aku lakukan. Aku tahu aku salah Re. Selama 4 tahun hidupku serasa hampa
tanpa kamu disisiku. Tapi karena keadaan yang membuat rajutan cinta kita
terbentang ruang dan waktu. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Tapi ijinkan
aku membuatmu bahagia seperti dulu”
“ma’af, ucapan itu mungkin
juga untukmu. Ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Aku terlalu egois dalam semua
ini, ma’af Yo. Lebih baik kamu mencari orang lain yang lebih dariku. Aku tak
bisa mengulang masa disaat kita bersama”
“baiklah Re, tapi tak adakah
sedikit ruang dihatimu untukku ? apakah ruang itu sudah dipenuhi oleh orang
lain?”
“Tidak Yo, ruang ini sudah
aku tutup untuk siapapun, biarlah suatu saat nanti tuhan mentakdirkan aku
membuat ruang ini untuk yang lain ataukah kembali untukmu, please Yo Im sorry, I can’t with you again”
“mungkin lebih baik aku akan pergi dari hidupmu.
Ma’afkan aku telah membuatmu merasakan sakit itu.Tapi jujur itu semua bukan
inginku, ma’af ma’af sekali aku hanya berharap tak ada rasa benci dihatimu
unttukku”
“percuma kau ucapkan seribu ma’af sekalipun padaku
...” ucapku menggantung karena aku terisak oleh tangisku. Tampak wajah Rio
kecewa padaku. “karena aku sudah mema’afkanmu Yo, tak ada rasa benci maupun
kecewa dihati ini. Setelah semua ini aku ingin tak ada masalah lagi diantara
kita. Biarlah waktu yang akan menjawab bagaimana hubungan kita selanjutnya”
sambungku.
Wajah sedih dan kecewa Rio sirna sudah saat
mendengar ucapanku yang terakhir. “terimakasih Re, aku memang cowok yang bodoh
ninggalan cewek seperti kamu yang mempunyai hati sebersih mutiara, Re bolehkah
aku meminta satu permintaan untukmu? Sebelum aku pergi darimu”
“katakan saja Yo, no problem”
“aku ingin menyanyikan sebuah lagu untukmu yang
terakhir kalinya, bolehkah ?”
“menyanyi ? Tuhan, jujur aku
rindu dengan nyanyiannya, aku rindu dengan suara merdunya”gumamku dalam hati. Aku
menganggukan kepala.
Diana yang sedari tadi sengaja memberikan waktu
untukku dan Rio, datang dengan membawa es doger dan sebuah gitar.
“hai !, eh emm sorry kalo ganggu, gue cuman mau
ngasih es sama gitar hehe aku permisi aja deh ya lagi” Diana pergi meninggalkan
kita berdua. Sepertinya ini rencana Diana untuk mempersatukan aku dengan Rio.
Rio mulai memetik senar gitar yang dibawakan Diana
perlahan tapi pasti. Dan ia menyanyikan sebuah lagu yang membuatku sedikit
merasa kecewa dengan keputusanku sendiri ...
♫Mungkin ini memang jalan takdirku♫
Mengagumi
tanpa dicintai
Tak
mengapa bagiku asal kau pun bahagia dalam hidupmu
Tak
lama bagiku memendam prasaan itu
Menunggu
htimu menyabut driku
Tak
mengapa bgiku mencintaimupun adalah bahagia untukku
Ku
ingin kau tau diriku disini menanti dirimu
Meski
ku tunggu hingga ujung wktuku
dan
berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan
ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk
ucapkan selamat tinggal untuk slamanya
♫
dan biarkan rasa ini bahagia tuk sekejap saja ♫
Air mataku tak berhenti membasahi
pipiku, raut merah pada mataku sudah jelas tergambar. Itu lagu persembahan
untukku darinya. Rio mengusap air mataku dengan jarinya.
“Yo, kamu tak sepenuhnya
pergi dari hidupku kan ? apa kita masih bisa berteman ?” pintaku yang dari tadi
memenuhi pikiranku terucap begitu saja setelah lagu itu selesai dinyanyikan. Rio
hanya mengangguk tersenyum senang. Malam ini serasa malam penghapus rindu
selama 4 tahun yang telah berlalu.
“sudah selesai ? udah malem
nih pulang yuk Re” Diana mungkin sudah mengantuk karena sedari tadi ia menunggu
aku selesai bicara sama Rio. Terihat ua bintag dan rembulan yang tersenyum
brsamaku, mulai lelah memancarkan cahayanya.
“thanks ya Di, aku titip
Tere yah.. jaga dia baik-baik, cubit aja kalo dia nakal hehe” sedikit canda dari
Rio membuat aku semakin lega.
“thanks ya Yo semoga malam
ini bisa membuat sahabatku satu satunya ini enggak galau-galau lagi” ucap Diana
membuat ku malu. Aku melotot ii Diana haha
“iya, udah deh Re. Jangan
nangis lagi ya. Hati ini sakit kalo liat kamu nangis. Makasih juga buat semua
ini” ucap terimakasih Rio. Aku mengangguk dan tersenyum padanya.”jujur tanpa harus kembali padanya hati ini
sudah bahagia” bisikku dalam hati.
“oke kita permisi dulu da Rio”
aku beranjak meninggalkan Rio, seakan kakiku berat tuk melangkah, berat tuk
pergi dari hadapan Rio, entah karena diriku belum sepenuhnya melepas rindu ini
? entahlah ...
“selamat tinggal” Rio
melambaikan tangannya. Dan melangkahkan kakinya tuk pergi. Aku membelakanginya karna arah kita yang
berbeda. Setiap langkah kaki ku terasa berat sekali. Entah mengapa aku belum
ingin berpisah dengannya.
“lega kan Re, ga usah galau
lagi. Janji ?” ucap Diana, aku tersenyum mengiyakan ucapannya. Sesuatu membuat
langkahku bersama Diana berhenti...
Ciitt
!!! Bruukkk !! suara decitan rem mobil terdengar keras
sekali. Aku membalikkan bdanku menghadap jalan yang dilalui Rio. Orang-orang
berlarian mengerumuni jalan raya.. aku saling tatap dengan Diana, perasaanku
mulai tak karuan. Aku berlari ikut menghampiri kerumunan orang itu, tak
memperdulikan Diana yang masih bingung..
“Re ! Tunggu !!” teriak Diana.
Aku berlari menuju kerumunan
itu, mencoba berada paling depan untuk mengetahui siapa gerangan yang tertabrak
itu. Hatiku serasa hancur, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya,
keringat mulai keluar dari tubuhku ..
“Riooo !!!” teriakku saat
mengetahui bahwa seseorang yang teergeletak itu adalah RIO. Lagi-lagi aku
menangis. Apa ini jawaban atas hatiku yang ragu tuk melangkahkan kakiku menjauh
darinya ? Tuhan, andai saja aku lebih menahan dia utuk lama bersamaku. Apa ini
tak akan terjadi Tuhan .. :’)
Rio, inikah akhir dari kisah
kita ? mana janjimu buat berteman sama aku Yo ? buat tidak meninggalkan aku
sepenuhnya, tapi kenapa kamu ninggalin aku sepenuhnya Yo. Tak bisakah kita
merajut kembali kebersamaan kita. Aku belum siap untuk sepenuhnya berpisah
darimu. Apa ini kebahagiaan terakhir yg kau berikan padaku ? Tuhan, inikah karma
untukku atas ke egoisanku selama ini ? yang tak memanfaatkan waktuku saat dia
kembali kepadaku. Aku menyesal tuhan, aku ingin kembali bersamanya.. kembali
membuat kebahagian seperti dulu ....
No comments:
Post a Comment