Tuesday, February 4, 2014

Cerbung Love Story 2 END "cinta bukan drama"

Jika aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapkanmu, jika aku memang tercipta untukmu ku kan memilikimu.

“aduh neng ngegalau aja kerjaannya ?”  ucap Sivia yang membuyarkan lamunanku.“eh apa emm anu nggak kok, gue ga lagi galau” bohongku.

“kalau ga galau kenapa nglamun trus ? kamu akhir-akhir ini berubah” ucapan Sivia terdengar sedih, mungkin karena melihat sikapku yang memang sedikit agak berubah. Aku bingung harus menjawab apa, aku paling tidak pandai berbohong jika sudah berhadapan sivia.

“aku berubah ? haha Sivia, tak ada yang berubah dariku, aku masih sama seperti dulu” jawabku tersenyum, yang lebih terlihat seperti senyuman paksa.
“kamu memang Tere yang dulu tapi kamu bukan Tere sahabatku, Tere sahabatku itu engga kayak gini, suka ngelamun, nangis ga jelas, ngegalau atau apalah seperti orang yang tak punya semangat hidup.Tere sahabatku itu orang yang tegar, orang yang selalu ceria, aku sedih liat kamu begini, Re” jelas Sivia. Tampak raut wajahnya yang semakin sedih akan perubahan sikapku.
“aku masih tere yang dulu, tapi tidak untuk hidupku. Hidupku berubah semenjak......”
“semenjak ada aku, kan ?”ucap seseorang memotong ucapanku.
 “RIO !” ucapku kaget melihat rio tiba-tiba saja berada dibelakangku.
“iya aku, orang yang membuat hidupmu berubah, orang yang telah menghiasi hari-harimu seperi awan mendung, hitam, kelam” ucap rio sambil perlahan mendekatiku.
“aku janji, aku tak akan mengganggu hidupmu lagi. Aku akan mengembalikan hari-hari indahmu seperti dulu. Aku tahu, kisah kita dulu takkan bisa terulang kembali. Tapi kuharap, kau tak menyesal karena pernah mengenalku, tak menyesal bahwa aku pernah singgah dihatimu. Terimakasih telah berkorban untukku, terimakasih juga telah mengajarkanku arti sebuah pengorbanan. Maaf karena aku menyia-nyiakan pengorbananmu selama ini. aku tak akan membuat sinaran wajahmu redup kembali, aku hanya bisa berharap, sinaran indah diwajahmu kan bercahaya kembali, Aku berharap, setelah ini hari-harimu akan kembali berwarna, wajahmu akan secerah biasanya, sebelum adanya aku” lanjut Rio. Sebelum pergi, ia tersenyum manis kepadaku. Setelah semua yang dia ucapkan, entah kenapa hatiku serasa sakit, jantungku seakan berhenti berdetak. Tuhan apalagi rencanamu untukku ??
^_^
Adakah bintang yang selalu hadir dalam siangku ? adakah matahari yang hadir dalam malamku ?
Rio berjalan lemas, serasa  tak berdaya. Entah apa yang ia rasakan saat ini setelah apa yang ia ucapkan kepada tere. Sekarang, pupus sudah harapannya untuk merajut kembali kisah cintanya bersama Tere.
“Rio !!” panggil Shilla yang sedang berjalan berdua dengan Alvin.
“ah hai Shil,Vin”balas Rio lemas. Shilla dan Alvin menghampiri Rio.
“loe kenapa, yo ? lemas gitu” tanya Alvin.
“gue sama tere berakhir. Nggak ada kesempatan lagi buat gue”
“jangan gitulah yo, perjuangin kalo memang itu pantas tuk diperjuangin” saran Alvin
“iya Yo, lagian Tere itu pantes buat loe perjuangin. Tenang aja, pasti kita bantuin”tambah Shilla.
“semoga aja. Karena ini kan sama sulitnya dengan mengembalikan bunga yang layu menjadi segar kembali, mustahil” ucap Rio putus asa.
“Yo, dengerin gue, ga ada yang mustahil di dunia ini, jika kita mau berusaha kesuksesan akan menjadi milik kita” semangat Alvin.
“thanks Vin,Shil. Kalian memang sahabat yang selalu ngertiin gue”
“sama-sama Yo, jangan mudah menyerah oke !, diterima atau tidak itu urusan belakang, yang penting usaha yo. Semua juga butuh proses, kan ?”
“dapatkah cinta ini diperjuangkan lagi? tapi  aku sudah berjanji tuk pergi dari kehidupannya” ucap Rio dalam hati.
^_^
Sekolah mulai ramai. Satu persatu siswa memasuki kelas, karna sebentar lagi bel masuk akan berdering.
Kriing !! kring !! kring !! dan benar saja bel pun berbunyi. Seperti biasa sebelum memulai pembelajaran hari ini, berdoa bersama dilaksanakan. Semua siswa di dalam kelas tampa khusyuk berdoa. Setelah berdoa, pembelajaran akan dimulai. Namun terhenti sejenak saat terdengar pengumuman dari ketua osis.
“mohon ma’af kepada seluruh bapa ibu yang sedang mengajar. Pengumuman kami tujukan untuk seluruh siswa SMA Sentosa bahwa besok malam akan diadakan acara prom night dalam merayakan malam tahun baru.mohon untuk partisipasinya semua siswa, Terimakasih”
Suka ria terpancar dari beberapa anak yang memilik pasangan, sedangkan para jomblowers pada galau semua. Karna acara malam pesta dansa identik dengan berpasangan. Huft... serasa malas tuk mengikuti acara tersebut.
“Re, loe ikut kan ?” tanya Shilla.
“loe ngledek ?”
“yey...ditanya malah sewot”
“gue males ah, lagian gue dateng sama siapa coba ? dari tahun kemaren juga gitu”
“nah loe kan biasa sama Ray” Shilla menunjuk Ray dengan dagunya, sedangkan Ray hanya senyum-senyum gaje.
“tinggal besok deh Shil, tuh guru udah dateng bahasnya nanti aja”
^_^
Keramaian kantin tak terhindarkan, maklum jam pelajaran telah usai saatnya para siswa untuk beristirahat mengisi lelah setelah pelajaran.
Seperti biasa pula, aku dan para sahabatku duduk dimeja kantin yang dapat untuk 8 orang. Huft kebersamaanku kali ini lumayan bisa melepas penat.
Namun, tak seperti biasa, seorang Rio yang biasa bersama Alvin kali ini tak ada. Apakah benar ia akan menjauh dariku ? menjauh dari kehidupanku ? ini semua memang keinginanku, tapi akankah aku sanggup untuk menghadapinya ?
“Re !” seseorang memanggil namaku, aku tahu siapa gerangan yang memanggilku, serasa malas sebenarnya.
“hmm ?” jawabku saat berpaling dari awal fokusku.
“besok malam, dateng bareng aku yuk ? diacara prom night” ucap Ray yang membuat para sahabatku bersorak ria.
“cieee !!”
“hmm, taulah Ray kemungkinan aku tidak datang, thanks untuk ajakannya” jelasku pada Ray.
“yey kok gitu ! kasihan Ray, udah ngajak baik-baik juga. Sok jual mahal”ledek Sivia
“kalian mah enak, dateng sama pacar masing-masing, nah gue ? haruskah sesama jomblo dateng ? gue ga mau. Tidur dirumah lebih asik”
“jadian ajalah sama Ray” celoteh Alvin.
“iya biar ga jomblo lagi tuh” kini Shilla ikut-ikutan.
“hmm, gapapa kok kalo Tere ga mau pergi sama aku, aku engga memaksa. Makasih Re, aku permisi dulu” Ray meninggalkan kantin. Nyesel sih sebenenrnya menolak Ray yang notabennya idola para cewek disekolah, tapi hmm aku tak suka dengannya, aku tak mau memberi harapan kosong kepadanya.
Disudut kantin tampak seseorang memperhatikan keberadaanku, ya aku tahu siapa orang itu. Duh dunia, penat yang harusnya bisa hilang kenapa datang lagi. Tuhan, cukup untuk ini semua. Adakah hal lain yang bisa menjadi masalahku selain ini ?
“eh pulang sekolah, ke butik yuk,nyari gaun buat besok malam ?” ajak Shilla. “siap bos  aku setuju !” Sivia bersemangat
“kita ikutan dong” ucap Zahra yang datang bersama Agni.
Suntuk, ya itu yang aku rasakan. Semua pada sibuk sama acara prom night besok. Hmm aku tak akan sibuk and Im not puzzle.
“Re, ikutan ga ?” ajak Sivia padaku
“hem, engga deh buat apa coba ? Aku lagian ada janji sama mama” tolak ku.
“yah Tere, ga seru kalo kamu ga ikut, ayolah yaya. Kan prom night engga harus berpasangan, nanti deh kamu sama kita-kita” bujuk Zahra
Aku hanya geleng-geleng kepala menolak, karna aku memang ga mau ikut. “bilangnya sama kita-kita tapi tetep nanti sama pacarnya sendiri-sendiri males banget” gerutuku dalam hati.
Para cowok atau para pacar mereka menghampiri ikut duduk dikantin, ya sudah biasa memang setiap istirahat begini. Dan hanya aku yang sendiri dan selalu aku yang jadi bahan tertawaan mereka karna aku jomblo sendiri.
Aku jomblo bukan karena aku tidak laku, single itu prinsip, udah aku bilang dari cerita sebelumnya, aku tak mau mengulang sakit lagi seperti dulu.seperti halnya sebuah lagu dangdut yang mebuatku semakin yakin “jangan bercinta bila takut tuk merana” ya cukup sekali aku merasakan sakit yang membuat ku berubah. Aku hanya ingin benar-benar fokus pada sekolahku. Karna masa depanku berawal dari sekolah. Kalo aku tak bersungguh-sungguh, masa depanku akan masih tergantung, masih belum ada kepastian.
^_^
Malam ini acara prom night akan dilaksanakan. Seperti biasa pula, kalau aku tidak ikut pasti para sahabatku menjemputku dengan paksa, maka dari itu sebelum semuanya terlambat aku lebih memilih pergi terlebih dahulu sendiri, ke manapun hati ini ingin pergi. Bersama senja yang mulai menyergap, aku sedikit memikirkan kemana ingin menuju..
Aku teringat akan hobi yang selama ini tidak aku sentuh sama sekali. Bernyanyi dan bermain piano. Hmm dengan semangat aku melangkahkan kakiku menuju tempatku privat piano dulu.
“hai Tere, duh lama kamu gak kesini kemana aja sih ?” celoteh teman privatku yang bernama Diana yang notabennya anak pemilik les privat.
“hehe woles woy, iya nih lama aku ga kesini, kangen deh. makannya aku sekarang kesini” jawabku
“kita maen yuk’ ? aku ada lagu baru hehe” ucap Diana
“oh ya let’s go  aku jadi penasaran, lagi pula jari jemarkiku mulai gatal ingin segera bermain piano“ aku dan Diana beranjak dan bergegas pergi menuju grand piano putih bersandar. Aku membenarkan posisi dudukku dan juga Diana.
Jari jemariku tampak bergetar memainkan tuts tuts hitam putih itu, lama aku tak memainkannya, padahal ini hobi yang tak penah aku tinggalkan. Hatiku mulai terhenyuh oleh alunan nada yang aku mainkan. Niatnya mau duet sama Diana tapi aku malah asik sendiri dengan permainan piano ku. Diana tampak memperhatikanku lekat-lekat. Entah kenapa butiran hangat itu jatuh membasahi kelopak mataku.semakin haru aku memainkan piano putih itu, emakin eras pula cairan itu keluar.
“Re,” panggil Diana yang memegang pundakku, membuat aku memberhentikan jari jemariku dari atas tuts tuts hita putih itu.
“hmm ya sorry Di, “ jawabku dengan mengusap air mataku yang masih berlinang di pipi.
“sepertinya ada masalah ?” tebak Diana
“hem iya, banyak bangeettt..” keluhku
“mau cerita ??” tawar Diana
“he.em” aku menganggukan kepalaku. Diana teman yang bisa aku percaya. Aku memang lagi butuh sandaran saat ini. Apabila cerita sama sahabatku yang lain, pasti itu akan mengganggu mereka, aku sudah banyak menyusahkan mereka.
Ku ceritakan semua keluh kesahku pada Diana, dia mendengarkan dengan seksama tak lupa saran dari bibirnya terucap untukku.
Lega, ya itu yang aku rasakan. Jam tanganku menunjukkan pukul 20.00 Wib. telah lama aku berada disini. Ya setelah ku hitung-hitung setelah melakukan sholat isya’ tadi. Mungkin para sahabatku juga bingung mencariku. Sekitar habis sholat ashar tadi aku keluar rumah. Hmm aku nyaman berada disini bersama Diana. Aku saling tukar cerita padanya. Karna telah lama juga aku tidak bersama Diana, semenjak aku masuk SMA.Diana adalah sahabatku semasa SMP dulu.
“hmm, thanks ya Di, kamu sudah mau mendengarkan semua ceritaku, yang sdikit alay ini hehe” ucapku pada Diana.
“sama-sama Tere kita kan sahabat” aku memeluknya dengan penuh ucapan terimakasih. Andai sahabatku yang ada saat ini bisa menghibur laraku. Betapa bahagianya aku.
^_^
“Tere, kemana Sih ? engga ngasih kabar sama sekali.apa dia marah sama kita ?” ucap Sivia kepada yang lain. Tampak Rio hadir dalam acara prom night tersebut.
“mungkin karena keberadaanku sehingga membuat dia tidak datang kesini” ucap Rio
“engga Yo, bukan karnamu. Tere memang sudah komitmen dari kemarin kalo dia ga mau dateng, dia pulang sekolah tadi juga ga bilang apa-apa kan sama kita. Dia pulang gtu aja ?” Ucap Zahra
“hem, kalian engga coba ngehubungi dia ?” tanya Rio
“udah aku hubungi dari tadi, handphonenya ga aktif. Entahlah aku bingung sama Tere sekarang sudah mulai tertutup pada kita” jawab Shilla.
Rio tampak berfikir, entah apa yang ada dipikirannya. Dia beranjak dari duduknya. Dan beregas pergi.
“mau kemana Yo?!” teriak Alvin.
Namun Rio tak menghiraukan pertanyaan Alvin. Ia tetap memandang kedepan menuju tempat mobilnya diparkir
^_^
“Re, kita jalan bentar yuk ?” ajak Diana.
“ayok !! dari tadi udah mewek terus aku hehe”
“yah kamu sih nangis aja kerjaannya yau dah yuk, kita ke tempat biasa. Ya, semoga bisa menghibur hatimu yang luka hehe” ucap Dina dengan senyuman yan tak pernah aku lupakan. Senyuman seorang sahabat sejati.
Aku menganggukan kepala, dan beranjak dari tempat duduk ku. Berjalan bersama Diana mengenang kisah saat SMP dulu bersamanya. Saat aku berada ditaman bersama Diana, dan asik menyeruput es Doger. Seseorang memanggil namaku.
“Tere,!!” aku berpaling ke arah suara yang memanggilku. Seseorang itu menghampiriku.
“Hai, Yo !” teriak Diana.
“Hai Di, lama kita engga ketemu” ucap Rio.
“iya nih, loe sih engga pernah ngasih kabar. Asik di Amerika, kapan balik ?” tanya Diana mencoba mencairkan suasana, karena wajahku tampak gelisah saat kedatangan Rio. Diana benar-benar sahabat yang baik.
“aku udah ga balik, udah netep disini” jawab Rio sambil menatapku.
“kamu mau Es Doger Yo ? aku pesenin ya. Tunggu sini” Diana meninggalkanku berdua dengan Rio. Aku tahu maksud Diana kenapa dia begitu. Karna ingin aku menjelaskan semua kepada Rio apa yang aku Rasa kini.
Hening seketika. 1 menit 2 menit .. tak ada yang membuka suara diantara Rio dan aku. Serasa ingin teriak saat itu. Masa masa saat bersamanya terulang dipikiranku, terlintas saat dmulai mengenalnya, saat dia tersenyum bersamaku hingga saat-saat dia pergi meninggalkanku.
“Re,” Desahan Suara itu membuyarkan pikiranku. Aku tak berani menatap si empu suara.
“apa kamu benar-benar ingin aku pergi dari hidupmu ?” ucap Rio. Tampak dia menatapku. Duh spechles
“kalo itu maumu, oke aku siap tuk meninggalkanmu. Aku siap tuk berada jauh dari hidupmu, mungkin tak usah kau pinta aku akan pergi dengan sendirinya”
“Yo, haruskah kita kembali dengan kisah dulu yang pernah kita rengkuh bersama? dengan apa yang telah kau lakukan padaku ? 4 tahun Yo 4 tahun kamu pergi tanpa kabar. Apa kamu tau bagaimana aku memikirkanmu, aku khawatir akan kondisimu ? tapi setelah semua ini aku mencoba menguburnya. Kini kau hadir untuk menggali semua. Sakit Yo sakit banget !! ” aku tak kuasa membendung butiran air mataku.
“ma’af, mungkin itu yang bisa aku lakukan. Aku tahu aku salah Re. Selama 4 tahun hidupku serasa hampa tanpa kamu disisiku. Tapi karena keadaan yang membuat rajutan cinta kita terbentang ruang dan waktu. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Tapi ijinkan aku membuatmu bahagia seperti dulu”
“ma’af, ucapan itu mungkin juga untukmu. Ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Aku terlalu egois dalam semua ini, ma’af Yo. Lebih baik kamu mencari orang lain yang lebih dariku. Aku tak bisa mengulang masa disaat kita bersama”
“baiklah Re, tapi tak adakah sedikit ruang dihatimu untukku ? apakah ruang itu sudah dipenuhi oleh orang lain?”
“Tidak Yo, ruang ini sudah aku tutup untuk siapapun, biarlah suatu saat nanti tuhan mentakdirkan aku membuat ruang ini untuk yang lain ataukah kembali untukmu, please Yo Im sorry, I can’t with you again
“mungkin lebih baik aku akan pergi dari hidupmu. Ma’afkan aku telah membuatmu merasakan sakit itu.Tapi jujur itu semua bukan inginku, ma’af ma’af sekali aku hanya berharap tak ada rasa benci dihatimu unttukku”
“percuma kau ucapkan seribu ma’af sekalipun padaku ...” ucapku menggantung karena aku terisak oleh tangisku. Tampak wajah Rio kecewa padaku. “karena aku sudah mema’afkanmu Yo, tak ada rasa benci maupun kecewa dihati ini. Setelah semua ini aku ingin tak ada masalah lagi diantara kita. Biarlah waktu yang akan menjawab bagaimana hubungan kita selanjutnya” sambungku.
Wajah sedih dan kecewa Rio sirna sudah saat mendengar ucapanku yang terakhir. “terimakasih Re, aku memang cowok yang bodoh ninggalan cewek seperti kamu yang mempunyai hati sebersih mutiara, Re bolehkah aku meminta satu permintaan untukmu? Sebelum aku pergi darimu”
“katakan saja Yo, no problem”
“aku ingin menyanyikan sebuah lagu untukmu yang terakhir kalinya, bolehkah ?”
“menyanyi ? Tuhan, jujur aku rindu dengan nyanyiannya, aku rindu dengan suara merdunya”gumamku dalam hati. Aku menganggukan kepala.
Diana yang sedari tadi sengaja memberikan waktu untukku dan Rio, datang dengan membawa es doger dan sebuah gitar.
“hai !, eh emm sorry kalo ganggu, gue cuman mau ngasih es sama gitar hehe aku permisi aja deh ya lagi” Diana pergi meninggalkan kita berdua. Sepertinya ini rencana Diana untuk mempersatukan aku dengan Rio.
Rio mulai memetik senar gitar yang dibawakan Diana perlahan tapi pasti. Dan ia menyanyikan sebuah lagu yang membuatku sedikit merasa kecewa dengan keputusanku sendiri ...


Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia dalam hidupmu
Tak lama bagiku memendam prasaan itu
Menunggu htimu menyabut driku
Tak mengapa bgiku mencintaimupun adalah bahagia untukku
Ku ingin kau tau diriku disini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung wktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
                                                            Tuk ucapkan selamat tinggal untuk slamanya
♫ dan biarkan rasa ini bahagia tuk sekejap saja ♫
Air mataku tak berhenti membasahi pipiku, raut merah pada mataku sudah jelas tergambar. Itu lagu persembahan untukku darinya. Rio mengusap air mataku dengan jarinya.
“Yo, kamu tak sepenuhnya pergi dari hidupku kan ? apa kita masih bisa berteman ?” pintaku yang dari tadi memenuhi pikiranku terucap begitu saja setelah lagu itu selesai dinyanyikan. Rio hanya mengangguk tersenyum senang. Malam ini serasa malam penghapus rindu selama 4 tahun yang telah berlalu.
“sudah selesai ? udah malem nih pulang yuk Re” Diana mungkin sudah mengantuk karena sedari tadi ia menunggu aku selesai bicara sama Rio. Terihat ua bintag dan rembulan yang tersenyum brsamaku, mulai lelah memancarkan cahayanya.
“thanks ya Di, aku titip Tere yah.. jaga dia baik-baik, cubit aja kalo dia nakal hehe” sedikit canda dari Rio membuat aku semakin lega.
“thanks ya Yo semoga malam ini bisa membuat sahabatku satu satunya ini enggak galau-galau lagi” ucap Diana membuat ku malu. Aku melotot ii Diana haha
“iya, udah deh Re. Jangan nangis lagi ya. Hati ini sakit kalo liat kamu nangis. Makasih juga buat semua ini” ucap terimakasih Rio. Aku mengangguk dan tersenyum padanya.”jujur tanpa harus kembali padanya hati ini sudah bahagia” bisikku dalam hati.
“oke kita permisi dulu da Rio” aku beranjak meninggalkan Rio, seakan kakiku berat tuk melangkah, berat tuk pergi dari hadapan Rio, entah karena diriku belum sepenuhnya melepas rindu ini ? entahlah ...
“selamat tinggal” Rio melambaikan tangannya. Dan melangkahkan kakinya tuk pergi.  Aku membelakanginya karna arah kita yang berbeda. Setiap langkah kaki ku terasa berat sekali. Entah mengapa aku belum ingin berpisah dengannya.
“lega kan Re, ga usah galau lagi. Janji ?” ucap Diana, aku tersenyum mengiyakan ucapannya. Sesuatu membuat langkahku bersama Diana berhenti...
Ciitt !!! Bruukkk !! suara decitan rem mobil terdengar keras sekali. Aku membalikkan bdanku menghadap jalan yang dilalui Rio. Orang-orang berlarian mengerumuni jalan raya.. aku saling tatap dengan Diana, perasaanku mulai tak karuan. Aku berlari ikut menghampiri kerumunan orang itu, tak memperdulikan Diana yang masih bingung..
“Re ! Tunggu !!” teriak Diana.

Aku berlari menuju kerumunan itu, mencoba berada paling depan untuk mengetahui siapa gerangan yang tertabrak itu. Hatiku serasa hancur, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, keringat mulai keluar dari tubuhku ..

“Riooo !!!” teriakku saat mengetahui bahwa seseorang yang teergeletak itu adalah RIO. Lagi-lagi aku menangis. Apa ini jawaban atas hatiku yang ragu tuk melangkahkan kakiku menjauh darinya ? Tuhan, andai saja aku lebih menahan dia utuk lama bersamaku. Apa ini tak akan terjadi Tuhan .. :’) 


Rio, inikah akhir dari kisah kita ? mana janjimu buat berteman sama aku Yo ? buat tidak meninggalkan aku sepenuhnya, tapi kenapa kamu ninggalin aku sepenuhnya Yo. Tak bisakah kita merajut kembali kebersamaan kita. Aku belum siap untuk sepenuhnya berpisah darimu. Apa ini kebahagiaan terakhir yg kau berikan padaku ? Tuhan, inikah karma untukku atas ke egoisanku selama ini ? yang tak memanfaatkan waktuku saat dia kembali kepadaku. Aku menyesal tuhan, aku ingin kembali bersamanya.. kembali membuat kebahagian seperti dulu ....

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa