eghem eghem test test.. kali ini ada project baru. cerbung baru all about icil :D
entah ini mau disambung lagi atau tidak tunggu nanti. yg terpenting di hari yg menurut kalian spesial tapi tdiak untuk admin. kan admin islam hehe, ada new cerbung. entah bagaimana alur cerita ini hehe.
maapkan segala bentuk Typo yg ga beraturan :D
cekidooott >>
CERBUNG SHACKLE PART 1
bisa kalian lihat juga cerbung ini dicatatan facebook nya :)
author : FB : Hidayah Nurila Phasa dan Fina Atikasari
tokoh-tokohnya :
Ify,Rio,Cakka, Alvin,Agni,Sivia, Shilla,Gabriel dll :p
CERBUNG SHACKLE PART 1
entah ini mau disambung lagi atau tidak tunggu nanti. yg terpenting di hari yg menurut kalian spesial tapi tdiak untuk admin. kan admin islam hehe, ada new cerbung. entah bagaimana alur cerita ini hehe.
maapkan segala bentuk Typo yg ga beraturan :D
cekidooott >>
CERBUNG SHACKLE PART 1
bisa kalian lihat juga cerbung ini dicatatan facebook nya :)
author : FB : Hidayah Nurila Phasa dan Fina Atikasari
tokoh-tokohnya :
Ify,Rio,Cakka, Alvin,Agni,Sivia, Shilla,Gabriel dll :p
CERBUNG SHACKLE PART 1
Part 1
“gimana nih ada rencana liburan untuk
semester ini gak?” tanya Shilla kepada beberapa gadis dihadapannya yang sedang
duduk bersila dan asik dengan dunianya sendiri.
“ah, harus ada. Liburan kali ini kan
cukup panjang”sahut Sivia dalam kondisi masih sibuk dengan iphonenya.
“iya sih, pokoknya kali ini harus beda,
bosen ah kalo cuman main ke pantai dan habisin duit ke mall”ucap Shilla.
Dari
dalam rumah, Ify keluar dengan membawa nampan berisikan penuh juice untuk kedua
gadis yang asik di gazebo rumahnya. Langkah kaki gadis ini terlihat lambat karena
takut minuman di nampannya tumpah.
“lagi ngomongin apa’an sih?” tanya Ify
sesampainya di gazebo.
“ini Fy, lagi bahas liburan semester
ini. Kan ga asik kalo tanpa liburan” jawab Shilla
Ify mengangguk paham. “terus?”
“ya itu, kita bingung mau kemana”sahut Sivia
Lagi asik-asiknya membahas liburan
semester, datanglah dua orang laki-laki yang menghampiri mereka. Satu berkulit
putih dengan potongan rambut pendek, dan yang satu laki-laki berkulit sawo
matang dengan tubuh yang lebih tinggi.
“nah tuh, CSK baru dateng. Janjian jam
berapa, datengnya jam berapa”kata Sivia
“eh tunggu, CSK? Gue baru denger
istilah itu. Emang CSK itu apa ?”Tanya Ify sambil menatap ke arah dua lelaki
yang berjalan ke arah mereka.
“aduh Fy, loe mah terlalu sibuk sama
buku-buku berbau fiksi sih, makanya dong sekali-kali update. CSK itu alias
Cowok Sok Keren. Lihat tuh gayanya yang gak banget”jawab Shilla
Ify tertawa kecil. “aku taunya mah PSK
hehe”ucap Ify nyengir.
“hayo..pasti lagi ngomongin kita ya? Biasa aja kali kalo lihat
cowok keren”ucap lelaki berkulit putih dengan tatanan rambut pendek –Cakka-.
“nah kan Fy, bener-bener CSK”celetuk
Shilla.
“wah jus alpukat” ucap lelaki bertubuh
tinggi –Gabriel- menyambar minuman Sivia.
“Yel!! Itu kan punya gue!” protes Sivia
tidak terima. Namun lelaki itu dengan santainya menghabiskan minuman milik Sivia.
“udah-udah Vi, gue buatin lagi.
Sekalian CSK kita haha” ucap Ify seraya pergi dari Gazebo.
Gabriel terkekeh geli melihat Sivia cemberut,
membuat pipinya yang chubby semakin terlihat chubby. Setiap kali kedua insan
ini bertemu, selalu saja ada hal yang dipermasalahkan, padahal hanya sebuah hal
sepele. Hmm sepertinya, ada sesuatu yang tersimpan diantara mereka :D
Ify kembali dengan beberapa jus alpukat
di nampannya. Cakka dengan segera menyambar salah satu dari gelas itu.
Saat Sivia hendak meraih segelas jus,
tiba-tiba saja gelas itu disambar duluan oleh Gabriel.
“Yel!!” teriak Sivia. Lagi, Gabriel
selalu membuatnya kesal.
“Gabriel, itu kan punya Sivia. Kalo mau
lagi ambil di dalem” ucap Ify menengahi. Ah gadis ini, walaupun badannya lebih
kecil dari yang lain, tetapi ia terlihat paling bijak diantara semuanya.
Sivia tertawa melihat wajah cemberut Gabriel
ketika mendengar Ify membelanya.
“eh udah udah, jangan pada bercanda.
Ini gimana? Jadi liburan gak?” sahut Shilla tampak serius.
Mendengar pertanyaan shilla, semua jadi
berpikir keras. Memikirkan rencana liburan mereka.
“Kalian ada ide nggak? kemana kek, asal
jangan di pantai sama mall. Kalau bisa sih di luar kota, biar lebih seru”ucap
shilla. “loe ada ide nggak, vi?”tanya shilla.
“gimana kalau ke puncak?”usul Sivia.
“mendingan jangan deh, udah terlalu
biasa. Lagian kalau kita ke situ, pasti jalan menuju ke sana macet. Nggak seru kan
kalau liburan kita ini diwarnai dengan kemacetan”ucap Cakka.
“gue
setuju sama Cakka. Gue pengen liburan kita kali ini tuh bener-bener buat kita
happy, fresh, dan tanpa halangan apapun. Kita butuh udara segar dan suasana
tenang untuk liburan kali ini,”ucap Ify.
Semua
yang ada disitu pun setuju dengan ucapan Ify. Liburan mereka kali ini harus
bener-bener happy, tanpa halangan apapun. Setelah mengahadapi ulangan kenaikan
kelas, otak mereka perlu di refresh dengan hal-hal yang baru, indah, dan
tenang.
“Aha....gue
tahu”ucap Cakka tiba-tiba. Membuat semua yang ada di situ menoleh kearahnya
dengan tatapan ingin tahu.
“gimana
kalau kita pergi ke Ancol,”ucap Cakka yang langsung mendapat jitakan mulus
dikepalanya dari Gabriel.
Ify
memutar bola matanya sebal, “serius kali kka, bercanda mulu loe”
“habisnya
gue juga nggak tahu mau pergi kemana. Satu-satunya tempat yang sejuk kan
puncak, emang kalian tahu tempat sejuk selain itu?”tanya Cakka.
Semuanya
menggeleng lemas, tak tahu lagi tempat sejuk selain puncak. Sepertinya mereka
kehabisan referensi tempat liburan.
Disaat
mereka berlima hampir putus asa memikirkan tempat liburan, tiba-tiba saja Bu
Gina-mama Ify-, datang seperti seseorang yang memberi tahu ada sebuah mata air
di hamparan gurun pasir.
“gimana
kalau kalian pergi ke Villa milik kami?”usul Bu Gina yang tiba-tiba saja muncul
entah darimana.
Ify
sedikit tersentak kaget ketika melihat mamanya yang sudah berada di sampingnya,
“Mama! Ngagetin banget sih, sejak kapan mama duduk di samping Ify ?”
Bu
Gina tersenyum geli melihat wajah lucu anaknya, “sudah 10 menit mama duduk
disini, tapi nggak ada satu pun dari kalian yang menyadari keberadaan mama”
“hehe...maaf
tante, habisnya kita lagi pusing pikirin tempat liburan kita kali ini”ucap Sivia.
“Mama
boleh usul nggak?”tanya Bu Gina.
Semuanya
mengangguk setuju sambil menanti ucapan Bu Gina dengan penuh minat.
“kalian
pergi ke villa keluarga kami aja,”ucap Bu Gina.
Ify
memandang mamanya dengan dahi berkerut, “Emang kita punya Villa ya, Ma ?”
“punya
sayang, letaknya memang di desa dan agak terpencil. Tapi tante yakin kalian
semua pasti suka, tempat disana sejuk, tenang, jauh dari keramaian dan
kemacetan kota. Desanya masih asri, orang-orangnya juga ramah”jawab Bu Gina.
“Mau
banget tante, mau banget. Gimana menurut kalian ?”tanya shilla.
“gue
sih juga setuju, liburan kita pasti seru kalau disana”ucap Sivia.
“Ah
sekarang Ify ingat, beberapa meter dari Villa itu ada sungai kan, Ma?”tanya Ify
memastikan. Bu Gina mengangguk.
“jadi
gimana nih guys, udah pada setuju kan kalau liburan kita kali ini ke Villa
milik keluarga Ify?”tanya Shilla.
“gue
sih setuju-setuju aja,”jawab Gabriel.
“gue
juga setuju, siapa tahu aja disana gue menemukan belahan jiwa gue”ucap Cakka
mengandai-andai yang langsung mendapat sorakan keras dari teman-temannya.
“Whuuu....ya
gitu deh kalau punya temen yang abis putus cinta”ucap Sivia.
“lho
kok gitu, siapa tahu aja kembang desa disana kepincut sama gue. Orang siapa
yang tahu, ya nggak tante?”
Bu
Gina tersenyum mendengar penuturan Cakka, “Kamu ini ada-ada saja, yah tante do’akan
kamu mendapat jodoh disana”
“Aminnn...”ucap
Cakka mengamini.
Bu
Gina berdiri dari duduknya, “Nah sekarang udah pada tahu kan mau liburan
kemana. Kalau gitu kalian buat aja rencananya kayak gimana, Tante mau masuk ke
dalam dulu”
“Siapp
tante/siapp Ma....”seru mereka.
Setelah
kepergian Bu Gina, mereka semua sibuk memikirkan rencana masing-masing saat
liburan nanti. Sivia yang memang suka sekali travelling, bila sudah tiba nanti
dirinya akan mengelilingi desa sambil berjelajah alam. Sedangkan shilla dan Gabriel,
karena mereka berdua suka dengan dunia fotografi, saat tiba nanti mereka akan
melakukan hunting foto sepuas hati. Beda lagi dengan Sivia, shilla, dan Gabriel.
Saat tiba nanti, Cakka ingin mencari sungai di sekitar villa tersebut dan
menunggu mencari bidadari disana, seperti kisah Jaka Tarub. Jika Jaka tarub
mengambil selendang para bidadari, Cakka malah ingin mengambil sendal mereka.
Jadi menurutnya, kisah cintanya nanti adalah perpaduan antara Kisah Jaka Tarub
dan Cinderella. Sungguh mengagumkan -___-
Ify
sendiri tidak membuat rencana apapun, dia hanya ingin menikmati liburan ini
dengan santai dan tenang. Karena menurutnya, hal-hal yang tidak direncanakan
akan lebih menarik dan penuh kejutan.
*****
Bel pulang sekolah kali ini terdengar
begitu indah. Bel kali ini seolah menjadi alarm tersendiri bagi Ify, Sivia, Shilla,
Gabriel dan juga Cakka. Karena kelima remaja itu akan segera pergi ke Villa Ify.
Yup, Libur telah tiba, libur telah tiba Hore! Hore! Hore!
“saatnya kita liburan!”seru Sivia kegirangan.
Mereka berlima sekarang bisa bernafas
lega. Bertempur dengan soal-soal UAS dalam seminggu cukup membuat otak mereka seakan-akan
ingin meledak seperti bom waktu. Jika saja ada ulangan tambahan, jangan harap
tahun depan ada murid yang sekolah disini. Mereka semua ini kan murid, bukan
robot. Jika dipaksa, mungkin otak kelima remaja itu akan benar-benar meledak
seperti balon.
“sekarang kita pulang. Ambil semua
barang-barang dan Lets Go!” seru Gabriel sambil berlari di ikuti yang lain.
Persiapan sudah siap. Barang-barang
pribadi seperti baju, sendal, sepatu, dan novel sudah tertata rapi di dalam
koper milik Ify. Tak jauh beda dengan Ify, Sivia dan shilla pun juga begitu.
Bahkan Sivia hampir membawa 2 buah koper bila tidak diingatkan oleh Ify. Mereka
ini akan liburan, bukan pindah rumah, jadi tidak perlu membawa barang terlalu
banyak hingga dua koper.
Semuanya sudah siap, tapi masih ada
satu hal yang belum. Kedatangan CSK. Padahal mereka sudah janji untuk berkumpul
di rumah Ify, tapi hingga 10 menit berselang CSK juga belum datang. CSK ini
memang aneh, mereka kan cowok tapi kenapa lebih rempong dari cewek? Sampai
bikin para cewek menunggu. Lagi-lagi cewek yang harus menunggu.
Ish..ish...kapan sih mereka peka? *eh -__-
Disaat wajah ketiga cewek ini sudah
bener-bener nggak sedap dipandang, barulah kedua cowok tersebut datang dengan
wajah tak berdosa. Seakan tidak tahu apa kesalahan yang mereka perbuat, mereka
berjalan santai menghampiri cewek-cewek dengan sebuah cengiran di bibir mereka.
“kalian tuh kalo rempong kebangetan!”sembur
Sivia.
“tau tuh! Kita yang cewek aja gak
serempong itu! Capek tahu nungguin kalian berdua”sahut Shilla.
“gara-gara kalian kita telat 10 menit dari
jadwal keberangkatan!”tambah Ify.
Semua menoleh ke arah Ify dan tertawa.
“Loe tuh ya Fy, kek gini aja loe peritungin. Disiplin banget sih neng”canda Gabriel.
“ye, kan kalo kita tepat waktu semua akan
berjalan sesuai rencana”balas Ify.
Tanpa banyak bicara lagi, dan tidak
ingin merusak suasana dengan pertengkaran kecil seperti ini, mereka semua pun
masuk ke dalam mobil. Awalnya mereka berlima berniat untuk berangkat sendiri
dengan Gabriel yang bersedia menjadi supir, tapi karena mama Ify terlalu
khawatir dengan keselamatan mereka karena perjalanan yang cukup jauh, akhirnya
mereka semua pun ditemani dengan supir pribadi keluarga Ify.
Meski ada dua laki-laki yang akan
menjaga ketiga gadis itu, tapi tetap saja mereka masih butuh pengawasan dari
orang dewasa.
Untuk membunuh rasa bosan selama
perjalanan, mereka pun bermain berbagai permainan. Mulai dari ABC lima dasar,
ToD yang dilakukan dengan hompimpa, dan bernyanyi mulai dari suara yang fals
banget sampai yang indah banget karena perpaduan dari kelima suara tersebut.
Dari kaca tengah mobil, mang kadir
terkadang juga ikut tertawa melihat tingkah koyol kelima remaja tersebut. Ada
saja hal-hal yang mereka lakukan. Cakka, salah satu teman majikannya itu sering
sekali menjadi bahan bullying teman-temannya.
Tak terasa sudah lima jam mereka
menghabiskan perjalanan. Hari sudah semakin larut, Ify menatap sekelilingnya,
keempat temannya sudah tertidur pulas di sampingnya dan di kursi belakang. Ify
merenggangkan ototnya, sebenarnya ia juga lelah tapi dirinya tidak bisa tidur. Ify
mengerjap-ngerjapkan matanya lalu memandang ke arah supirnya. Sekarang di sini
yang masih terjaga hanyalah dirinya dan mang kadir.
“Mang kadir, kira-kira di sekitar sini
ada toko yang masih buka nggak?”tanya Ify.
Mang kadir memandang jauh ke arah jalan
yang ada di depannya, “kayaknya ada, neng”
“mang, kita berhenti di toko itu dulu
sebentar ya” ucap Ify
“baik neng” jawab pak sopir.
Mobil pun menepi ke kiri. Ify lantas
turun dari mobil dan berjalan ke arah toko tersebut. Suasana malam sepi dan
sedikit menyeramkan. Angin malam terasa bergitu dingin, terdengar nyanyian
beberapa binatang malam, awan begitu gelap hingga menutupi cahaya rembulan.
Makin lengkap sudah suasana mengerikan disini.
Ify melihat ke arah jam tangannya,
waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebenarnya ia sedikit heran dengan
toko yang masih buka di tengah malam seperti ini, padahal kondisi jalan pada
malam hari terlihat sepi. Tak ada satupun kendaraan yang lewat. Tapi Ify segera
menepis pikiran tersebut, mungkin saja pemilik toko ini memang sengaja buka di
tengah malam untuk mengantisipasi pengendara yang sedang memerlukan sesuatu
untuk sekedar minum atau membeli makanan ringan seperti Ify saat ini. Ify tidak
ingin memikirkan hal itu lebih jauh, saat ini yang ia butuhkan hanya minum dan
istirahat.
“mas, air mineralnya satu” ucap Ify
pada seorang lelaki di balik meja etalase. Lelaki itu memiliki postur tubuh
lebih tinggi dari Ify, memiliki tubuh tegap serta berambut pendek. Baju biru
yang dikenakannya sangat cocok dengan kulit sawo matangnya.
Lelaki itu mengambilkan sebotol minuman
dan memberikannya pada Ify.
“terimakasih”ucap Ify sambil mengambil
minuman itu. Laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum lalu pergi entah
kemana.
Tiba-tiba saja angin berhembus, membuat
bulu kuduk Ify meremang. Ia merapatkan jaket yang dikenakannya lalu meminum air
mineral itu seteguk demi seteguk.
Ify tidak beranjak dari tempatnya,
gadis itu malah asyik duduk di depan toko. Ia ingin beristirahat sejenak sambil
menikmati hembusan angin malam yang sejuk namun menyiratkan kesan menyeramkan.
Setelah beberapa menit berselang
setelah lelaki itu pergi dari sana, hanya ada Ify seorang yang duduk di kursi
kayu panjang sambil memainkan ponselnya.
Mang kadir menghampiri Ify yang masih
duduk di depan toko,“neng, ayo kita lanjutkan perjalanannya”ajak mang kadir.
“tunggu dulu mang, kita istirahat sebentar.
Mang kadir pasti capek, sini mang duduk dulu. Mamang mau minum?”tawar Ify.
Mang kadir menggeleng. Ia merasa ada sesuatu
yang aneh di sini. Tiba-tiba saja ia merasa merinding.
“lebih baik kita pergi sekarang”ucapnya.
Ify mendesah, ia mencari-cari lelaki
itu karena ingin membayar minuman tersebut. Ia merasa heran, laki-laki itu
pergi sebelum Ify membayar. Karena merasa bertanggung jawab atas minuman yang
dibelinya, Ify pun mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dan menaruhnya di
atas etalase, tak lupa ia menindihnya dengan botol air mineral yang lain agar
tidak tertiup angin.
Setelah itu Ify pun masuk ke dalam mobil dan
melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya Ify ingin tidur, tapi
dirinya tidak bisa. Entah kenapa tiba-tiba saja dirinya kepikiran dengan laki-laki
itu. Ia masih sedikit heran dengan sikap laki-laki itu. Kenapa dia meninggalkan
pelanggannya sendirian? Apakah dia tidak takut kalau pelanggannya itu kabur dan
tidak membayar makanan atau minuman mereka? Meskipun Ify akan tetap membayar
walaupun ada atau tidaknya laki-laki itu.
Lamunan Ify buyar begitu merasa ada
pergerakan di sampingnya dan melihat Sivia bangun dari tidurnya.
“udah sampai mana nih?”tanya Sivia
sambil meregangkan otot-ototnya.
“gak tau Vi, tapi kata Mang kadir
sebentar lagi kita sampai” jawab Ify.
“loe gak tidur, Fy?” tanya Sivia. Lalu
pandangannya beralih pada air mineral ditangan Ify,“habis berhenti beli minum
ya?”.
Ify mengangguk, lalu kembali menatap
keluar jendela mobil.
“kenapa gak bangunin gue sih, Fy? Kan
gue bisa beli camilan” protes Sivia.
“loe tidurnya pulas banget. Gue gak
tega banguninnya”jawab Ify. Sivia menguap lebar lalu kembali melanjutkan
tidurnya yang tertunda.
Mang kadir tampak mencuri-curi pandang
lewat kaca mobil. Pikirannya penuh dengan pertanyaan.
“emm...neng Ify”panggil mang kadir.
“ya?”
“tadi udah dibayar minumannya?”tanya
mang kadir kemudian.
“sudah mang, tadi Ify taruh di atas
etalase”jawab Ify.
“lho neng Ify ambil minumannya sendiri?
Emangnya nggak ada penjualnya ya?”tanya mang kadir.
“ada kok mang, tapi setelah ngambilin Ify
minum, si penjualnya itu pergi keluar. Tahu deh kemana,”ucap Ify.
“keluar? Perasaan dari tadi mamang gak
lihat ada orang keluar dari toko itu neng. Mang kadir hanya lihat neng Ify
duduk sambil minum”
“mungkin mang kadir gak liat orangnya,
tadi yang ngambilin minuman Ify seorang lelaki. Tubuhnya tinggi dan pakai baju
biru”
“neng Ify jangan ngada-ngada. Pandangan
mang kadir tidak lepas dari toko itu. Maka dari itu saat melihat neng Ify duduk
sendirian disana, mamang langsung menghampiri eneng”
“tapi serius mang, bahkan Ify ngelihat
orang itu senyum sama if—”
Ciitt!!! Tiba-tiba saja mang kadir
ngerem mendadak. Membuat suara decitan ban mobil yang bergesakan dengan aspal. Semua
yang ada dimobil pun terbangun. Sivia yang baru saja kembali tidur pun mengomel
karena terganggu.
“ada apa mang?”tanya Gabriel.
“sepertinya tadi ada orang
menyeberang,”jawab mang kadir.
“yang bener mang ? coba mamang cek
dulu, orangnya kena tabrak atau enggak”ucap Cakka.
“sebentar, mamang cek dulu”ucap mang
kadir.
Mang kadirpun keluar dari mobil,
melihat kondisi di luar. Tidak ada apa-apa, bahkan bagian depan mobil tidak ada
yang lecet. Mamang memandang sekitar, jika memang tadi ada orang yang
menyeberang, setidaknya orang itu masih terlihat disekitar sini. Orang itu tidak
akan menghilang secepat itu. Tak lama mang kadir kembali ke dalam mobil.
“gimana mang?”tanya Ify.
“nggak ada apa-apa,”jawab mang kadir.
“lalu orangnya ?”tanya Gabriel.
“orangnya juga nggak ada, tapi tadi
perasaan mamang ada orang nyebrang. Makanya mang kadir ngerem mendadak” jawab
mang kadir.
Shilla yang sempat bangun kembali
tertidur, begitupun dengan Sivia.
“ya udah, mamang hati-hati aja. Mungkin
mang kadir lelah. Apa mau saya gantiin?”tawar Gabriel
“tidak perlu, den Gabriel kembali tidur
saja. Ma’af sudah mengganggu” ucap mang kadir menolak.
*****
Shilla mengerjap-ngerjapkan matanya
lalu melirik jam tangannya, masih pukul 01.00, gadis itu terbangun karena
merasakan mobil yang tidak lagi bergerak. Dia mengira bahwa mereka sudah
sampai, ternyata belum. Ia melihat teman-temannya masih tertidur pulas, lalu ia
mengalihkan pandangannya ke balik kemudi. Tetapi Mang kadir tidak ada di tempat.
Shilla melihat keluar mobil, ternyata Mang kadir sedang berbicara kepada
seorang lelaki. Tak lama kemudian mang kadir masuk ke dalam mobil.
“ada apa, mang?”tanya Shilla.
“oh non shilla udah bangun. Tadi mamang
habis tanya jalan menuju villa sama orang sekitar sini”jawab mang kadir.
“masih lama mang?”tanya Shilla.
“sebentar lagi kita sampai, hanya
tinggal beberapa meter ke depan” jawab mang kadir.
Mendengar hal itu shilla membangunkan
teman-temannya. Seperti biasa, Sivia terlalu sulit untuk di bangunkan. Tapi
mendengar bahwa rombongan akan segera sampai ia mulai membuka matanya.
Tak berapa lama mobil pun memasuki
kawasan sebuah desa yang lumayan jauh dari kota. Sebuah bangunan mewah dengan
halaman yang sangat luas terlihat jelas di depan mereka.
Setelah mobil berhenti, semua pun turun
dari mobil. Shilla, Sivia, bahkan Ify, tampak tak percaya dengan bangunan yang
mereka lihat. Bangunan villa ini tampak besar dan indah bak istana. Saking
terpesonanya dengan bangunan villa, mereka bertiga tidak memperdulikan Gabriel
dan Cakka yang sedang mengeluarkan barang-barang dari bagasi dengan dibantu
oleh mang kadir.
“fy, gila. Villa loe besar banget”ucap
shilla penuh rasa kagum
“ini beneran kan fy? Ga bohong, kan?”tanya
Sivia.
“gue nggak nyangka kalau villanya
sebesar ini”ucap Ify.
“Bagus sih, bagus banget malah. Tapi
kok agak serem, ya”ucap Sivia.
“entahlah, gue terakhir kali kesini
waktu masih kecil, jadi nggak inget sepenuhnya. Bener juga loe vi, tapi mungkin
karena hari masih gelap kali ya, jadi kelihatan serem”ucap Ify.
Disaat mereka bertiga tengah asyik
mengagumi villa, terdengar suara keras dari belakang yang berasal dari Gabriel.
“woy!
Banyak ngomong! Bantu angkat napa. Berat banget sih koper kalian. Apalagi punya
Sivia, loe mau liburan atau pindah rumah?”teriak Gabriel terlihat keberatan saat
membawa koper milik Sivia.
“ye, kan cewek. Barang-barangnya lebih
banyak!”ucap Sivia membela diri.
Cakka menjitak kepala Gabriel. “apa
sih, kka?”
“loe juga gak usah banyak omong, barang
loe sendiri juga banyak. Jadi sebenarnya yang mau pindahan loe apa Sivia?”ucap Cakka.
Lalu tiba-tiba ia memandang Sivia dan Gabriel dengan pandangan terkejut, “Atau
jangan-jangan kalian berdua? Oh my god”
Kali ini giliran Cakka yang mendapat
jitakan dari Gabriel+cubitan di lengannya dari Sivia.
“kalian berdua ini ya benar-benar—“
“sudah-sudah, sebaiknya kita segera
masuk kedalam, udara diluar dingin. Mamang akan bantu bawa barang-barang
kalian”ucap mang kadir menengahi.
Mereka berlima pun setuju dengan mang
kadir, lalu mereka pun masuk kedalam Villa. Mang kadir memutar knop pintu, lalu
mempersilakan majikan dan teman-temannya itu masuk. Mang kadir menyalakan lampu
agar ruangan terasa lebih terang.
Udara malam yang dingin berhembus masuk
melalui pintu yang masih terbuka. Mang kadir segera menutup pintu agar mereka
semua tidak kedinginan.
“buruan ke kamar yuk, gue masih ngantuk”
ucap Sivia.
Yang lain pun mengangguk. Mereka sudah
menentukkan kamar yang akan mereka tempati. Laki-laki akan tidur di lantai
bawah, sedangkan para gadis tidur di lantai atas.
Begitu pintu kamar terbuka dan melihat
ranjang dengan ukuran King Size, Sivia langsung
saja melompat ke atas ranjang dan tertidur. Kamar tidur ini memang besar,
selain tempat tidur yang berukuran King, ada juga sebuah lemari besar
berwarna putih di sudut ruangan, bed lamp yang tertata rapi di sisi kanan
tempat tidur. Dan juga kamar mandi dalam yang kelihatannya cukup besar. Semua
terlihat lengkap dan terawat.
Shilla yang memang tidak jauh beda
dengan Sivia yang suka tidur, ketika melihat ranjang ia langsung ikutan tidur
disisi Sivia. Selain suka tidur, mereka juga susah untuk dibangunkan -__-. Ify
masih enggan untuk kembali tidur. Ia
masih ingin melihat-lihat suasana Villa keluarganya ini.
Disaat Ify tengah melihat-lihat
kamarnya, tiba-tiba saja ia teringat akan ponselnya. Ia segera mengambil tasnya
dan mencarinya, tapi tidak ada. Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah dan
akan mencarinya di mobil. Mungkin saja ponselnya tertinggal disana.
Saat akan keluar villa, Ify bertemu
gabirel yang sedang mengangkat kopernya untuk dibawa masuk ke dalam kamarnya.
“belum tidur, Fy?”tanya Gabriel.
“ponsel gue ketinggalan di mobil,”jawab
Ify lalu melangkah keluar villa.
Ify meminta mang kadir membuka pintu
mobil, lalu ia pun mulai mencarinya.
“emang ponsel neng Ify kayak gimana?”tanya
mang kadir.
“Iphone dengan garskin bergambar kuda
poni mang,”ucap Ify masih sambil terus mencari ponselnya.
“sini mamang bantu cari,”ucap mang
kadir lalu masuk ke dalam mobil dan mencari ponsel Ify.
“gimana mang? Ketemu nggak?”tanya Ify
gelisah.
“sebentar neng, masih mamang cari”ucap
mang kadir.
Ify meremas-remas jarinya resah. Ia
tidak mau ponselnya sampai hilang, itu adalah salah satu benda kesayangan Ify.
Udara malam makin terasa dingin, membuat bulu kuduk Ify meremang, dan Ify lupa
membawa jaket saat pergi keluar.
Ify kembali mengingat-ngingat dimana
ponselnya berada. Tiba-tiba saja dirinya teringat akan sesuatu.
“astaga! Jangan-jangan ketinggalan di
toko tadi”gumam Ify. “duh gimana nih, nggak mungkin kan kalau gue minta anter
mang kadir buat balik kesana. Malam udah semakin larut dan sebentar lagi pagi,
mang kadir pasti juga capek”
Ify mondar-mandir di samping mobil
dengan tangan yang terus diremas-remas. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang
menepuk pundaknya dari belakang.
Ify tersentak kaget lalu melihat siapa
yang telah menepuk pundaknya. Ia melihat seorang laki-laki tengah tersenyum
kearahnya, melihat mata teduh laki-laki itu, entah kenapa tiba-tiba saja
seluruh kepanikan Ify hilang sudah.
Ify melihat laki-laki itu menyodorkan
sesuatu kearahnya, “Ini ponsel kamu”
Ify melihat ponsel tersebut. Benar, itu
memang ponselnya, ponsel dengan garskin bergambar kuda poni.
“Alhamdulillah akhirnya ketemu juga.
Makasih ya,,”ucap Ify.
Laki-laki itu hanya tersenyum
menanggapi ucapan Ify, lalu ia hendak pergi sebelum Ify mencegahnya.
“eh tunggu dulu, kamu...kamu bukannya
yang di toko tadi ya?”tanya Ify.
Laki-laki itu mengangguk, “Saya Rio”ucap
Rio-lelaki itu- sembari tersenyum.
‘Oh
my god! Senyumnya indah banget meski di keadaan gelap kayak gini’ batin Ify.
Melihat
Ify yang hanya diam, Rio pun berbalik pergi meninggalkannya.
Seketika
Ify sadar ketika Rio bergerak pergi, “Hey...aku—aku Ify, sekali lagi terima
kasih ya”
Rio
menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Ify, dirinya hanya mengangguk
dan lagi-lagi hanya tersenyum. Lalu tanpa mengucapkan apapun, Rio pun
melanjutkan langkahnya.
Ify masih menatap punggung laki-laki
itu. Masih terpesona dengan senyuman itu. Senyuman seseorang yang baru
dikenalnya.
“neng ponselnya tidak ada di dalam”ucap
mang kadir yang berdiri di samping Ify.
Ify tidak mersepon. Ia masih terpaku
menatap arah dimana Rio pergi.
“neng Ify?”suara mang kadir sedikit
meninggi.
“Ah iya—iya mang ada apa?”ucap Ify
gelagapan.
Mang kadir mengulangi ucapannya,
“ponsel neng Ify tidak ada di dalam”
“oh ponsel, nih sudah ketemu. Ternyata
ketinggalan di toko tadi, terus orangnya nganter kesini”jawab Ify.
Mang
kadir celingukan melihat sekelilingnya. Tidak ada siapapun disana. Dan mang
kadir juga sedikit tidak yakin dengan apa yang diucapkan majikannya ini. Kalau
memang ponsel itu diantar oleh sang penjual, mang kadir rasa itu tidak mungkin.
Jarak antara villa dengan toko tadi cukup jauh, dan sekarang sudah malam. Orang
waras pun tidak akan mau bila disuruh ngantar ponsel kepemiliknya. Apalagi
majikannya ini tidak kenal dengan penjual itu. Dan anehnya lagi, darimana
penjual itu tahu kalau majikannya ada disini?
“baiklah, lebih baik neng Ify segera masuk
ke dalam. Ini sudah terlalu malam”ucap mang kadir tidak mau memikirkan ucapan
majikannya ini yang memang belakangan agak sedikit aneh.
Ify mengangguk kemudian masuk kembali
ke dalam villa dan menuju kamarnya. Ify memilih berbaring di ranjang tanpa
berniat untuk tidur. Ia tidak bisa tidur. Pikirannya sekarang penuh dengan
laki-laki yang baru saja dikenalnya. RIO. Laki-laki dengan senyuman paling
mempesona, dengan tatapan yang begitu meneduhkan setiap jiwa yang melihatnya.
“Rio...”gumam Ify sambil memandangi
ponselnya. Ponsel yang menjadi saksi bisu perkenalannya dengan Rio.
*****
Semburat cahaya matahari mulai menyinari
seluruh ruangan melalui celah jendela. Pagi—ah bukan pagi, ini sudah siang. Bagaimana
tidak, sekarang sudah jam 11 siang dan ketiga gadis cantik nan mempesona itu
masih tidur. Oh my god -__-
Sivia merasa terganggu akan hal itu,
bukannya segera bangun malah menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutupi
wajahnya. Tak jauh beda dengan Sivia, shilla juga masih bergelut dengan selimut
dan sesekali mulutnya mengeluarkan gumaman tak jelas dengan mata masih
terpejam.
Sedangkan Ify sendiri yang biasanya
paling rajin bangun pagi, hari ini juga masih terjaga dalam tidurnya. Mungkin
mereka masih merasa lelah akibat perjalanan jauh yang mereka habiskan kemarin. Tapi
beda lagi dengan Ify, semalaman ia tidak bisa tidur karena masih terpikirkan
tentang sosok Rio, lelaki misterius yang diam-diam berhasil mencuri perhatiannya.
Semalam, ia masih terus memperhatikan ponsel yang ada digenggamannya,
melamunkannya hinga ia tertidur.
Terdengar ketukan dari pintu kamar.
Ketukan pertama memang pelan, tapi lama kelamaan ketukan pintu itu berubah
menjadi gedoran keras. Siapa lagi kalau bukan Gabriel dan Cakka yang menggedor
sambil berteriak di depan kamar.
“Woy!! Udah siang nih, mau sampai kapan
kalian tidur? Masa dihari pertaman liburan kalian manfaatin buat tidur sih!
Buruan bangun!!”teriak Gabriel.
“woy kebakaran-kebakaran!!”teriak Cakka
tak kalah keras.
Gabriel menjitak lelaki disampingnya
itu, “percuma teriak sampai pita suara kita putus, mereka nggak bakalan bangun”
Cakka terus saja menggedor-gedor pintu
sambil berteriak-teriak nggak jelas. “Woyy ba—“
“DIAM!!”
“JANGAN BERISIK!!”
“DASAR GILA!!”
Gabriel dan Cakka saling pandang lalu
tertawa mendengar umpatan dari ketiga gadis tersebut.
“kita gak akan diam sebelum kalian
bertiga bangun. Cepetan bangun!! Masakin kita makanan, kita laper!!”teriak Cakka.
“gadis apaan yang jam segini belum
bangun, dasar pemalas!”sahut Gabriel.
Lalu mereka berdua kembali
menggedor-gedor pintu. Mereka menghentikan aksi anarkis mereka ketika mendengar
bunyi anak kunci diputar. Gabriel dan Cakka segera melangkah mundur ketika
merasa bahwa pintu akan dibuka.
Saat pintu dibuka.... bukk!!bukk!!bukk!!
Terlemparlah 3 buah bantal tepat
mengenai wajah Gabriel dan Cakka. Satu untuk Cakka, satu untuk Gabriel, dan
satu guling besar untuk mereka berdua.
Setelah puas membuat CSK diam, ketiga
gadis tersebut kembali masuk ke dalam kamar.
“kita tunggu kalian di bawah dalam
waktu 15 menit lagi, cepetan turun!”ucap Gabriel lalu berjalan ke lantai bawah.
“kalau kalian nggak turun, gue bakal
bakar nih villa”tambah Cakka yang memang tidak masuk akal. Lalu ia pun menyusul
Gabriel.
Ify, Sivia, dan shilla segera menyambar
handuk masing-masing dan masuk ke dalam kamar mandi. Mereka memang berniat
untuk mandi bersama mengingat waktu yang diberikan CSK sangat sedikit.
15 menit berselang, Ify, Sivia, dan Shila
sudah turun ke bawah. Di bawah mereka melihat Gabriel dan Cakka sedang duduk
termangu di depan meja makan. Wajah mereka berdua seperti anak hilang yang
sudah tidak diberi makan selama berhari-hari.
“kenapa dengan muka kalian? Kusut
amat,”ucap Sivia lalu ikutan duduk di meja makan, disusul dengan Ify dan
shilla.
“gara-gara nunggu kalian kita jadi
kelaparan tahu nggak,”ucap Gabriel.
“lihat nih perut gue jadi kecil gini
kan,”ucap Cakka sambil menunjuk perutnya yang ‘kecil’.
Shilla mengangkat sebelah alisnya saat
melihat perut Cakka, “perut segede semangka gitu loe bilang kecil? Itu perut
atau kantong makanan?”ucap shilla membuat Cakka cemberut.
“iya-iya maaf kalau kita bangun siang,
abisnya capek banget sih”ucap Ify lalu ia berjalan menuju dapur dan membuka
lemari es.
Setelah mendapat beberapa bahan, Ify
pun mulai memasak nasi goreng dengan dibantu Sivia.
Shilla melihat kesekeliling, “Mang
kadir kemana?”
“udah balik ke jakarta,”jawab Gabriel.
“lho kok balik ke jakarta sih, terus
entar yang ngantar kita kemana-mana siapa kalau mobilnya dibawa sama
mamang?”tanya shilla.
“penjaga villa ini yang bakal ngantar
kita, mereka juga udah nyiapin mobil kalau-kalau kita mau pergi ke suatu
tempat”jawab Ify.
Shila hanya mengangguk paham. Tak lama
kemudian makanan pun jadi, mereka makan dalam diam.
“setelah ini kita mau kemana?”tanya Cakka
setelah memakan habis nasi gorengnya tanpa ada sisa sedikitpun.
“gue sih pengennya hunting foto, gimana
menurut kalian? sekalian jalan-jalan juga kan, lihat keadaan sekeliling di desa
ini”ucap Gabriel. Yang lain hanya mengangguk setuju lalu mulai membereskan meja
makan dan bersiap-siap.
Setelah membawa perlengkapan seperti
kamera, ponsel, dan jaket. Mereka semua berada di teras villa, menunggu
seseorang yang akan mengantar mereka pergi hunting foto.
“Selamat Siang....”sapa seorang gadis
dengan tampilan sederhana, celana trinning dengan t-shirt warna coklat dibalut
jaket. Gadis manis yang mempunyai kulit sawo matang dengan rambut yang dikuncir
kuda.
“Siapa ya?”tanya Ify.
“saya Agni, saya disuruh bapak buat
nemenin kalian jalan-jalan”jawab Agni-gadis tersebut-.
“oh loe anaknya penjaga villa ini,”ucap
Ify lalu menyodorkan tangannya, “Gue Ify, pemilik villa ini. Dan mereka semua
temen-temen gue,”
Satu persatu mereka memperkenalkan diri
kepada Agni, dalam waktu singkat mereka semua sudah mulai akrab dengan Agni.
“jadi kalian semua mau pergi
kemana?”tanya Agni.
“kita butuh tempat untuk hunting foto,
loe tahu tempat yang bagus nggak buat hunting foto?”tanya Gabriel.
“disini ada beberapa tempat yang bagus,
ada sungai, kebun teh, area persawahan, dan juga ada hutan”ucap Agni.
Shilla langsung tertarik ketika
mendengar kata ‘kebun teh’, “gimana kalau kita ke kebun teh aja, pasti bagus
banget”
“tapi jaraknya sangat jauh dari sini,
sekitar 3 kilometer”ucap Agni.
“kita kan bisa naik mobil, disini
disediain mobil kan?”tanya Sivia.
Agni mengangguk, “memang ada, tapi
mobilnya masih dibengkel. Karena jarang dipake jadi beberapa mesinnya ada yang
rusak”
“ya udah Ag, dari ke empat tempat yang
loe sebutin tadi mana yang jaraknya paling deket dan bisa kita tempuh dengan
jalan kaki”ucap Ify.
“sungai, hanya beberapa meter dari
sini”ucap Agni.
“Nah sekarang udah bisa tentuin kalau
hari ini kita bakal pergi ke sungai. Jadi sekarang tunggu apalagi, ayo
pergi..”ucap Cakka lalu berjalan mendahului.
Agni berjalan di depan karena memang
hanya dia yang tahu letak sungai tersebut. Memang sih Ify pernah kesini, tapi
kan itu sudah lama sekali. Seingat Ify, dulu desa ini masih jauh dari kata
modern, jalannya saja banyak yang lubang, masih tanah, tidak seperti sekarang
yang sudah diaspal. Jelas saja Ify tidak ingat karena banyaknya perubahan yang
terjadi.
Selama perjalanan, Gabriel dan shilla
tak henti-hentinya memotret. Pemandangannya bagus sekali. Mereka memotret
beberapa kegiatan warga di desa ini, seperti anak-anak yang bermain lompat
tali, para petani yang sedang berkerja disawah, dan masih banyak lagi. Dan
sesekali mereka harus menghentikan perjalanan karena hal itu. Tak perlu menyewa
jasa model untuk mengabadikan ini, mereka berdua mempunyai model sendiri, yaitu
Sivia dan Ify.
Cakka yang biasanya memang suka narsis
kalau sudah di depan kamera, entah kenapa hari ini ia malas untuk berfoto.
Dirinya pun akhirnya menyusul Agni yang ada di depan, sedang duduk di bawah
pohon sambil menunggu yang lainnya selesai berfoto.
“Gue boleh duduk sini?”tanya Cakka
berbasa-basi, karena sebelum Agni memberi izin Cakka sudah duduk disampingnya.
Agni hanya menanggapinya dengan
senyuman.
“Loe asli sini?”tanya Cakka membuka
obrolan. Agni hanya mengangguk.
“Anak tunggal?”tanya Cakka lagi.
“enggak, dua bersaudara”jawab Agni.
“terus kakak loe kemana? Kenapa nggak ikut
sekalian. Makin rame kan makin seru,”ucap Cakka.
Agni menggeleng lemah, “Kakak Agni
orangnya nggak pandai bergaul, nggak suka tempat yang rame. Kakak Agni lebih
suka menyendiri,”
Entah matanya yang masih mengantuk atau
apa, Cakka bisa melihat perubahan wajah Agni saat menceritakan sang kakak.
Ekspresi muka yang...entah seperti apa Cakka tidak bisa menjelaskan. Seperti
ada gurat kesedihan yang terpancar dimata Agni.
“Emangnya—“
“Ag, jaraknya masih jauh nggak?”tanya Sivia
memotong ucapan Cakka.
Agni segera berdiri dari duduknya,
“udah, sebentar lagi juga sampai. Ayo kita jalan lagi,”ucap Agni lalu
melanjutkan langkahnya, meninggalkan Cakka yang masih duduk di bawah pohon.
Cakka menatap punggung Agni dengan
penasaran, seperti ada sesuatu yang disembunyikan gadis tersebut. Tapi
entahlah, mungkin hanya perasaannya saja. Dia kan baru hari ini bertemu Agni,
jadi dia tidak bisa menyimpulkan sesuatu lebih jauh.
“Hey kka, yakin mau duduk disitu
terus?!”teriak Gabriel saat menyadari Cakka tidak berjalan disampingnya.
Cakka segera menyusul rombongan dan
mencoba mengalihkan pikirannya tentang Agni. Dia meminjam kamera Gabriel dan
melihat hasil foto-fotonya.
*****
Setelah sampai di sungai, Gabriel dan
shilla benar-benar tidak bisa lepas dari kamera. Mata lensanya terus membidik
ke arah pemandangan yang menurut mereka indah. Sedangkan Ify, Sivia, dan Cakka,
mereka asyik menikmati keindahan sungai dan sekitar sembari duduk di atas batu
besar yang ada di pinggir sungai. Sungai disini benar-benar jernih, bebas dari
limbah apapun. Bahkan saking jernihnya, kita bisa melihat beberapa ikan yang
asyik berenang mengikuti arus sungai yang tidak terlalu deras.
“gue berasa pengen mandi deh ngelihat
air sungai yang jernih gini,”ucap Cakka sambil mencelupkan kedua kakinya ke
dalam sungai.
“iya ya kka, kayaknya main arung jeram
disini seru deh”ucap Sivia.
Ify hanya mengangguk setuju mendengar
ucapan kedua temannya tersebut. Dia memperhatikan sekitar, benar-benar indah. Tidak
salah kalau mamanya mengusulkan tempat liburan seperti ini. Saat memperhatikan
sekitar, tiba-tiba saja pandangannya terpaku pada satu titik. Ify melihat
seorang laki-laki yang sedang menatapnya dari jauh. Ia seperti pernah melihat
laki-laki itu, tapi dimana ya? Laki-laki
itu berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. Laki-laki itu tersenyum.
‘DEG’ tiba-tiba saja jantung Ify
berdetak lebih cepat. Senyum itu...Senyuman yang sangat ia kenal. Senyuman yang
membuatnya tidak bisa tidur nyenyak semalam. Senyum yang tak akan pernah ia
lupakan. Siapa lagi pemilik senyum paling mempesona itu kalau bukan Rio. Segera
saja Ify beranjak dari duduknya dan menghampiri Rio.
“Hey...”sapa Ify sambil tersenyum.
Senyumnya semakin lebar ketika Rio membalasnya dengan senyuman yang paling
indah.
“Hey....”
“Kamu—kamu ngapain disini?”tanya Ify
sedikit gugup. Bagaimana ia tidak gugup, Rio memandangnya dengan senyum yang
tak pernah lepas dari bibirnya.
“Aku lagi jalan-jalan, dan ga sengaja
lihat kamu di sini”jawab Rio.
“Kamu tinggal di desa ini juga?”tanya Ify.
Rio hanya mengangguk.
Sivia yang menyadari bahwa Ify sudah
tidak ada disampingnya pun menatap sekeliling. Lalu dia melihat Ify yang tengah
berdiri cukup jauh dari tempatnya sambil sesekali berbicara, bahkan terkadang
juga tersenyum. Seperti berbicara dengan orang, tapi Sivia lihat disitu tidak
ada orang sama sekali.
“kka kka, lihat deh Ify, dia kok
ngomong sendiri sih”ucap Sivia sambil menunjuk Ify.
Cakka melihat arah yang ditunjuk Sivia,
“iya ya, ah tapi mana mungkin Ify bicara sendiri. Emangnya dia gila apa,”
“iya sih, tapi kok aneh gitu sih
kka”ucap Sivia.
“mungkin dia lagi ber-monolog atau baca
puisi. Loe kayak nggak tahu Ify aja, dia kan emang suka bikin hal-hal yang
berbau fiksi, dan khayalan”ucap Cakka.
“tapi kok dia ngejauh gitu, disini kan
juga bisa”ucap Sivia.
Mendengar ucapan Sivia, lama-lama Cakka
jadi gemes juga, “Siviaku yang cantik jelita! Ya jelaslah Ify pilih tempat yang
agak jauh, loe kan sering banget ngejek dia kalau lagi baca puisi”
Sivia yang seakan baru tersadar dari
sesuatu pun menepuk jidatnya, “oh iya ya, salah gue juga kali ya. Ya udah deh,
biarin aja”ucap Sivia lalu sibuk dengan dunianya.
Rio dan Ify sama-sama diam dan saling
menatap. Ify semakin gugup ketika Rio terus saja memandanginya sambil
tersenyum.
“Kamu lagi liburan ya?”tanya Rio.
“iy—iya, aku lagi liburan sama
temen-temenku. Tuh mereka lagi pada sibuk sendiri-sendiri”ucap Ify sambil
menunjuk ke arah Sivia dan yang lainnya.
“ohh.., kalau gitu aku pergi dulu ya.
Selamat bersenang-senang,,”ucap Rio lalu berbalik pergi.
“Rio tungg—“ucapan Ify terpotong ketika
mendengar teriakan dari shilla. Dia pun menatap temannya yang satu itu.
“IFY AYO SINI!! KITA FOTO-FOTO”
“IYA SEBENTAR!!”balas Ify. Lalu ia
kembali melihat ke arah perginya Rio, tidak ada. Cepat sekali laki-laki itu
pergi. Ify terus melirik ke sekitar, mencari keberadaan Rio.
“CEPETAN FY,,”terdengar teriakan lagi
yang kini berasal dari Sivia.
Ify menghembuskan nafasnya, sepertinya
dia memang tidak akan menemukan sosok Rio. Lalu dengan langkah gontai dia
berjalan menuju kearah teman-temannya. Yah setidaknya, hari ini dirinya dapat
bertemu dengan Rio. Dan yang membuat Ify bahagia adalah karena Rio ternyata
juga warga desa ini. Jadi ada kemungkinan besar bahwa Ify akan bertemu lagi
dengan lelaki yang berhasil mencuri perhatiannya tersebut. Ify semakin tidak
sabar menunggu waktu itu tiba. Tapi, bukankah desa ini cukup luas? Hanya
sedikit kemungkinan lelaki itu kembali bertemu dengannya.
Bersambung......
No comments:
Post a Comment