Friday, February 13, 2015

cerbung Shackle part 1

eghem eghem test test.. kali ini ada project baru. cerbung baru all about icil :D
entah ini mau disambung lagi atau tidak tunggu nanti. yg terpenting di hari yg menurut kalian spesial tapi tdiak untuk admin. kan admin islam hehe, ada new cerbung. entah bagaimana alur cerita ini hehe.

maapkan segala bentuk Typo yg ga beraturan :D
cekidooott >>

CERBUNG SHACKLE PART 1

bisa kalian lihat juga cerbung ini dicatatan facebook nya :)

author : FB : Hidayah Nurila Phasa dan Fina Atikasari

tokoh-tokohnya :

Ify,Rio,Cakka, Alvin,Agni,Sivia, Shilla,Gabriel dll :p


CERBUNG SHACKLE PART 1


Part 1

“gimana nih ada rencana liburan untuk semester ini gak?” tanya Shilla kepada beberapa gadis dihadapannya yang sedang duduk bersila dan asik dengan dunianya sendiri.
“ah, harus ada. Liburan kali ini kan cukup panjang”sahut Sivia dalam kondisi masih sibuk dengan iphonenya.
“iya sih, pokoknya kali ini harus beda, bosen ah kalo cuman main ke pantai dan habisin duit ke mall”ucap Shilla.
          Dari dalam rumah, Ify keluar dengan membawa nampan berisikan penuh juice untuk kedua gadis yang asik di gazebo rumahnya. Langkah kaki gadis ini terlihat lambat karena takut minuman di nampannya tumpah.
“lagi ngomongin apa’an sih?” tanya Ify sesampainya di gazebo.
“ini Fy, lagi bahas liburan semester ini. Kan ga asik kalo tanpa liburan” jawab Shilla
Ify mengangguk paham. “terus?”
“ya itu, kita bingung mau kemana”sahut Sivia

Lagi asik-asiknya membahas liburan semester, datanglah dua orang laki-laki yang menghampiri mereka. Satu berkulit putih dengan potongan rambut pendek, dan yang satu laki-laki berkulit sawo matang dengan tubuh yang lebih tinggi.
“nah tuh, CSK baru dateng. Janjian jam berapa, datengnya jam berapa”kata Sivia
“eh tunggu, CSK? Gue baru denger istilah itu. Emang CSK itu apa ?”Tanya Ify sambil menatap ke arah dua lelaki yang berjalan ke arah mereka.
“aduh Fy, loe mah terlalu sibuk sama buku-buku berbau fiksi sih, makanya dong sekali-kali update. CSK itu alias Cowok Sok Keren. Lihat tuh gayanya yang gak banget”jawab Shilla
Ify tertawa kecil. “aku taunya mah PSK hehe”ucap Ify nyengir.
“hayo..pasti lagi  ngomongin kita ya? Biasa aja kali kalo lihat cowok keren”ucap lelaki berkulit putih dengan tatanan rambut pendek –Cakka-.
“nah kan Fy, bener-bener CSK”celetuk Shilla.
“wah jus alpukat” ucap lelaki bertubuh tinggi –Gabriel- menyambar minuman Sivia.
“Yel!! Itu kan punya gue!” protes Sivia tidak terima. Namun lelaki itu dengan santainya menghabiskan minuman milik Sivia.
“udah-udah Vi, gue buatin lagi. Sekalian CSK kita haha” ucap Ify seraya pergi dari Gazebo.

Gabriel terkekeh geli melihat Sivia cemberut, membuat pipinya yang chubby semakin terlihat chubby. Setiap kali kedua insan ini bertemu, selalu saja ada hal yang dipermasalahkan, padahal hanya sebuah hal sepele. Hmm sepertinya, ada sesuatu yang tersimpan diantara mereka :D

Ify kembali dengan beberapa jus alpukat di nampannya. Cakka dengan segera menyambar salah satu dari gelas itu.
Saat Sivia hendak meraih segelas jus, tiba-tiba saja gelas itu disambar duluan oleh Gabriel.
“Yel!!” teriak Sivia. Lagi, Gabriel selalu membuatnya kesal.
“Gabriel, itu kan punya Sivia. Kalo mau lagi ambil di dalem” ucap Ify menengahi. Ah gadis ini, walaupun badannya lebih kecil dari yang lain, tetapi ia terlihat paling bijak diantara semuanya.
Sivia tertawa melihat wajah cemberut Gabriel ketika mendengar Ify membelanya.
“eh udah udah, jangan pada bercanda. Ini gimana? Jadi liburan gak?” sahut Shilla tampak serius.
Mendengar pertanyaan shilla, semua jadi berpikir keras. Memikirkan rencana liburan mereka.
“Kalian ada ide nggak? kemana kek, asal jangan di pantai sama mall. Kalau bisa sih di luar kota, biar lebih seru”ucap shilla. “loe ada ide nggak, vi?”tanya shilla.
“gimana kalau ke puncak?”usul Sivia.
“mendingan jangan deh, udah terlalu biasa. Lagian kalau kita ke situ, pasti jalan menuju ke sana macet. Nggak seru kan kalau liburan kita ini diwarnai dengan kemacetan”ucap Cakka.
          “gue setuju sama Cakka. Gue pengen liburan kita kali ini tuh bener-bener buat kita happy, fresh, dan tanpa halangan apapun. Kita butuh udara segar dan suasana tenang untuk liburan kali ini,”ucap Ify.
          Semua yang ada disitu pun setuju dengan ucapan Ify. Liburan mereka kali ini harus bener-bener happy, tanpa halangan apapun. Setelah mengahadapi ulangan kenaikan kelas, otak mereka perlu di refresh dengan hal-hal yang baru, indah, dan tenang.
          “Aha....gue tahu”ucap Cakka tiba-tiba. Membuat semua yang ada di situ menoleh kearahnya dengan tatapan ingin tahu.
          “gimana kalau kita pergi ke Ancol,”ucap Cakka yang langsung mendapat jitakan mulus dikepalanya dari Gabriel.
          Ify memutar bola matanya sebal, “serius kali kka, bercanda mulu loe”
          “habisnya gue juga nggak tahu mau pergi kemana. Satu-satunya tempat yang sejuk kan puncak, emang kalian tahu tempat sejuk selain itu?”tanya Cakka.
          Semuanya menggeleng lemas, tak tahu lagi tempat sejuk selain puncak. Sepertinya mereka kehabisan referensi tempat liburan.
          Disaat mereka berlima hampir putus asa memikirkan tempat liburan, tiba-tiba saja Bu Gina-mama Ify-, datang seperti seseorang yang memberi tahu ada sebuah mata air di hamparan gurun pasir.
          “gimana kalau kalian pergi ke Villa milik kami?”usul Bu Gina yang tiba-tiba saja muncul entah darimana.
          Ify sedikit tersentak kaget ketika melihat mamanya yang sudah berada di sampingnya, “Mama! Ngagetin banget sih, sejak kapan mama duduk di samping Ify ?”
          Bu Gina tersenyum geli melihat wajah lucu anaknya, “sudah 10 menit mama duduk disini, tapi nggak ada satu pun dari kalian yang menyadari keberadaan mama”
          “hehe...maaf tante, habisnya kita lagi pusing pikirin tempat liburan kita kali ini”ucap Sivia.
          “Mama boleh usul nggak?”tanya Bu Gina.
          Semuanya mengangguk setuju sambil menanti ucapan Bu Gina dengan penuh minat.
          “kalian pergi ke villa keluarga kami aja,”ucap Bu Gina.
          Ify memandang mamanya dengan dahi berkerut, “Emang kita punya Villa ya, Ma ?”
          “punya sayang, letaknya memang di desa dan agak terpencil. Tapi tante yakin kalian semua pasti suka, tempat disana sejuk, tenang, jauh dari keramaian dan kemacetan kota. Desanya masih asri, orang-orangnya juga ramah”jawab Bu Gina.
          “Mau banget tante, mau banget. Gimana menurut kalian ?”tanya shilla.
          “gue sih juga setuju, liburan kita pasti seru kalau disana”ucap Sivia.
          “Ah sekarang Ify ingat, beberapa meter dari Villa itu ada sungai kan, Ma?”tanya Ify memastikan. Bu Gina mengangguk.
          “jadi gimana nih guys, udah pada setuju kan kalau liburan kita kali ini ke Villa milik keluarga Ify?”tanya Shilla.
          “gue sih setuju-setuju aja,”jawab Gabriel.
          “gue juga setuju, siapa tahu aja disana gue menemukan belahan jiwa gue”ucap Cakka mengandai-andai yang langsung mendapat sorakan keras dari teman-temannya.
          “Whuuu....ya gitu deh kalau punya temen yang abis putus cinta”ucap Sivia.
          “lho kok gitu, siapa tahu aja kembang desa disana kepincut sama gue. Orang siapa yang tahu, ya nggak tante?”
          Bu Gina tersenyum mendengar penuturan Cakka, “Kamu ini ada-ada saja, yah tante do’akan kamu mendapat jodoh disana”
          “Aminnn...”ucap Cakka mengamini.
          Bu Gina berdiri dari duduknya, “Nah sekarang udah pada tahu kan mau liburan kemana. Kalau gitu kalian buat aja rencananya kayak gimana, Tante mau masuk ke dalam dulu”
          “Siapp tante/siapp Ma....”seru mereka.
          Setelah kepergian Bu Gina, mereka semua sibuk memikirkan rencana masing-masing saat liburan nanti. Sivia yang memang suka sekali travelling, bila sudah tiba nanti dirinya akan mengelilingi desa sambil berjelajah alam. Sedangkan shilla dan Gabriel, karena mereka berdua suka dengan dunia fotografi, saat tiba nanti mereka akan melakukan hunting foto sepuas hati. Beda lagi dengan Sivia, shilla, dan Gabriel. Saat tiba nanti, Cakka ingin mencari sungai di sekitar villa tersebut dan menunggu mencari bidadari disana, seperti kisah Jaka Tarub. Jika Jaka tarub mengambil selendang para bidadari, Cakka malah ingin mengambil sendal mereka. Jadi menurutnya, kisah cintanya nanti adalah perpaduan antara Kisah Jaka Tarub dan Cinderella. Sungguh mengagumkan -___-
          Ify sendiri tidak membuat rencana apapun, dia hanya ingin menikmati liburan ini dengan santai dan tenang. Karena menurutnya, hal-hal yang tidak direncanakan akan lebih menarik dan penuh kejutan.
*****
Bel pulang sekolah kali ini terdengar begitu indah. Bel kali ini seolah menjadi alarm tersendiri bagi Ify, Sivia, Shilla, Gabriel dan juga Cakka. Karena kelima remaja itu akan segera pergi ke Villa Ify. Yup, Libur telah tiba, libur telah tiba Hore! Hore! Hore!
“saatnya kita liburan!”seru Sivia kegirangan.
Mereka berlima sekarang bisa bernafas lega. Bertempur dengan soal-soal UAS dalam seminggu cukup membuat otak mereka seakan-akan ingin meledak seperti bom waktu. Jika saja ada ulangan tambahan, jangan harap tahun depan ada murid yang sekolah disini. Mereka semua ini kan murid, bukan robot. Jika dipaksa, mungkin otak kelima remaja itu akan benar-benar meledak seperti balon.
“sekarang kita pulang. Ambil semua barang-barang dan Lets Go!” seru Gabriel sambil berlari di ikuti yang lain.
Persiapan sudah siap. Barang-barang pribadi seperti baju, sendal, sepatu, dan novel sudah tertata rapi di dalam koper milik Ify. Tak jauh beda dengan Ify, Sivia dan shilla pun juga begitu. Bahkan Sivia hampir membawa 2 buah koper bila tidak diingatkan oleh Ify. Mereka ini akan liburan, bukan pindah rumah, jadi tidak perlu membawa barang terlalu banyak hingga dua koper.
Semuanya sudah siap, tapi masih ada satu hal yang belum. Kedatangan CSK. Padahal mereka sudah janji untuk berkumpul di rumah Ify, tapi hingga 10 menit berselang CSK juga belum datang. CSK ini memang aneh, mereka kan cowok tapi kenapa lebih rempong dari cewek? Sampai bikin para cewek menunggu. Lagi-lagi cewek yang harus menunggu. Ish..ish...kapan sih mereka peka? *eh -__-
Disaat wajah ketiga cewek ini sudah bener-bener nggak sedap dipandang, barulah kedua cowok tersebut datang dengan wajah tak berdosa. Seakan tidak tahu apa kesalahan yang mereka perbuat, mereka berjalan santai menghampiri cewek-cewek dengan sebuah cengiran di bibir mereka.
“kalian tuh kalo rempong kebangetan!”sembur Sivia.
“tau tuh! Kita yang cewek aja gak serempong itu! Capek tahu nungguin kalian berdua”sahut Shilla.
“gara-gara kalian kita telat 10 menit dari jadwal keberangkatan!”tambah Ify.
Semua menoleh ke arah Ify dan tertawa. “Loe tuh ya Fy, kek gini aja loe peritungin. Disiplin banget sih neng”canda Gabriel.
“ye, kan kalo kita tepat waktu semua akan berjalan sesuai rencana”balas Ify.
Tanpa banyak bicara lagi, dan tidak ingin merusak suasana dengan pertengkaran kecil seperti ini, mereka semua pun masuk ke dalam mobil. Awalnya mereka berlima berniat untuk berangkat sendiri dengan Gabriel yang bersedia menjadi supir, tapi karena mama Ify terlalu khawatir dengan keselamatan mereka karena perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka semua pun ditemani dengan supir pribadi keluarga Ify.
Meski ada dua laki-laki yang akan menjaga ketiga gadis itu, tapi tetap saja mereka masih butuh pengawasan dari orang dewasa.
Untuk membunuh rasa bosan selama perjalanan, mereka pun bermain berbagai permainan. Mulai dari ABC lima dasar, ToD yang dilakukan dengan hompimpa, dan bernyanyi mulai dari suara yang fals banget sampai yang indah banget karena perpaduan dari kelima suara tersebut.
Dari kaca tengah mobil, mang kadir terkadang juga ikut tertawa melihat tingkah koyol kelima remaja tersebut. Ada saja hal-hal yang mereka lakukan. Cakka, salah satu teman majikannya itu sering sekali menjadi bahan bullying teman-temannya.
Tak terasa sudah lima jam mereka menghabiskan perjalanan. Hari sudah semakin larut, Ify menatap sekelilingnya, keempat temannya sudah tertidur pulas di sampingnya dan di kursi belakang. Ify merenggangkan ototnya, sebenarnya ia juga lelah tapi dirinya tidak bisa tidur. Ify mengerjap-ngerjapkan matanya lalu memandang ke arah supirnya. Sekarang di sini yang masih terjaga hanyalah dirinya dan mang kadir.
“Mang kadir, kira-kira di sekitar sini ada toko yang masih buka nggak?”tanya Ify.
Mang kadir memandang jauh ke arah jalan yang ada di depannya, “kayaknya ada, neng”
“mang, kita berhenti di toko itu dulu sebentar ya” ucap Ify
“baik neng” jawab pak sopir.
Mobil pun menepi ke kiri. Ify lantas turun dari mobil dan berjalan ke arah toko tersebut. Suasana malam sepi dan sedikit menyeramkan. Angin malam terasa bergitu dingin, terdengar nyanyian beberapa binatang malam, awan begitu gelap hingga menutupi cahaya rembulan. Makin lengkap sudah suasana mengerikan disini.
Ify melihat ke arah jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebenarnya ia sedikit heran dengan toko yang masih buka di tengah malam seperti ini, padahal kondisi jalan pada malam hari terlihat sepi. Tak ada satupun kendaraan yang lewat. Tapi Ify segera menepis pikiran tersebut, mungkin saja pemilik toko ini memang sengaja buka di tengah malam untuk mengantisipasi pengendara yang sedang memerlukan sesuatu untuk sekedar minum atau membeli makanan ringan seperti Ify saat ini. Ify tidak ingin memikirkan hal itu lebih jauh, saat ini yang ia butuhkan hanya minum dan istirahat.
“mas, air mineralnya satu” ucap Ify pada seorang lelaki di balik meja etalase. Lelaki itu memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Ify, memiliki tubuh tegap serta berambut pendek. Baju biru yang dikenakannya sangat cocok dengan kulit sawo matangnya.
Lelaki itu mengambilkan sebotol minuman dan memberikannya pada Ify.
“terimakasih”ucap Ify sambil mengambil minuman itu. Laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum lalu pergi entah kemana.
Tiba-tiba saja angin berhembus, membuat bulu kuduk Ify meremang. Ia merapatkan jaket yang dikenakannya lalu meminum air mineral itu seteguk demi seteguk.
Ify tidak beranjak dari tempatnya, gadis itu malah asyik duduk di depan toko. Ia ingin beristirahat sejenak sambil menikmati hembusan angin malam yang sejuk namun menyiratkan kesan menyeramkan.
Setelah beberapa menit berselang setelah lelaki itu pergi dari sana, hanya ada Ify seorang yang duduk di kursi kayu panjang sambil memainkan ponselnya.
Mang kadir menghampiri Ify yang masih duduk di depan toko,“neng, ayo kita lanjutkan perjalanannya”ajak mang kadir.
“tunggu dulu mang, kita istirahat sebentar. Mang kadir pasti capek, sini mang duduk dulu. Mamang mau minum?”tawar Ify.
Mang kadir menggeleng. Ia merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Tiba-tiba saja ia merasa merinding.
“lebih baik kita pergi sekarang”ucapnya.
Ify mendesah, ia mencari-cari lelaki itu karena ingin membayar minuman tersebut. Ia merasa heran, laki-laki itu pergi sebelum Ify membayar. Karena merasa bertanggung jawab atas minuman yang dibelinya, Ify pun mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dan menaruhnya di atas etalase, tak lupa ia menindihnya dengan botol air mineral yang lain agar tidak tertiup angin.
 Setelah itu Ify pun masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya Ify ingin tidur, tapi dirinya tidak bisa. Entah kenapa tiba-tiba saja dirinya kepikiran dengan laki-laki itu. Ia masih sedikit heran dengan sikap laki-laki itu. Kenapa dia meninggalkan pelanggannya sendirian? Apakah dia tidak takut kalau pelanggannya itu kabur dan tidak membayar makanan atau minuman mereka? Meskipun Ify akan tetap membayar walaupun ada atau tidaknya laki-laki itu.
Lamunan Ify buyar begitu merasa ada pergerakan di sampingnya dan melihat Sivia bangun dari tidurnya.
“udah sampai mana nih?”tanya Sivia sambil meregangkan otot-ototnya.
“gak tau Vi, tapi kata Mang kadir sebentar lagi kita sampai” jawab Ify.
“loe gak tidur, Fy?” tanya Sivia. Lalu pandangannya beralih pada air mineral ditangan Ify,“habis berhenti beli minum ya?”.
Ify mengangguk, lalu kembali menatap keluar jendela mobil.
“kenapa gak bangunin gue sih, Fy? Kan gue bisa beli camilan” protes Sivia.
“loe tidurnya pulas banget. Gue gak tega banguninnya”jawab Ify. Sivia menguap lebar lalu kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda.
Mang kadir tampak mencuri-curi pandang lewat kaca mobil. Pikirannya penuh dengan pertanyaan.
“emm...neng Ify”panggil mang kadir.
“ya?”
“tadi udah dibayar minumannya?”tanya mang kadir kemudian.
“sudah mang, tadi Ify taruh di atas etalase”jawab Ify.
“lho neng Ify ambil minumannya sendiri? Emangnya nggak ada penjualnya ya?”tanya mang kadir.
“ada kok mang, tapi setelah ngambilin Ify minum, si penjualnya itu pergi keluar. Tahu deh kemana,”ucap Ify.
“keluar? Perasaan dari tadi mamang gak lihat ada orang keluar dari toko itu neng. Mang kadir hanya lihat neng Ify duduk sambil minum”
“mungkin mang kadir gak liat orangnya, tadi yang ngambilin minuman Ify seorang lelaki. Tubuhnya tinggi dan pakai baju biru”
“neng Ify jangan ngada-ngada. Pandangan mang kadir tidak lepas dari toko itu. Maka dari itu saat melihat neng Ify duduk sendirian disana, mamang langsung menghampiri eneng”
“tapi serius mang, bahkan Ify ngelihat orang itu senyum sama if—”
Ciitt!!! Tiba-tiba saja mang kadir ngerem mendadak. Membuat suara decitan ban mobil yang bergesakan dengan aspal. Semua yang ada dimobil pun terbangun. Sivia yang baru saja kembali tidur pun mengomel karena terganggu.
“ada apa mang?”tanya Gabriel.
“sepertinya tadi ada orang menyeberang,”jawab mang kadir.
“yang bener mang ? coba mamang cek dulu, orangnya kena tabrak atau enggak”ucap Cakka.
“sebentar, mamang cek dulu”ucap mang kadir.
Mang kadirpun keluar dari mobil, melihat kondisi di luar. Tidak ada apa-apa, bahkan bagian depan mobil tidak ada yang lecet. Mamang memandang sekitar, jika memang tadi ada orang yang menyeberang, setidaknya orang itu masih terlihat disekitar sini. Orang itu tidak akan menghilang secepat itu. Tak lama mang kadir kembali ke dalam mobil.
“gimana mang?”tanya Ify.
“nggak ada apa-apa,”jawab mang kadir.
“lalu orangnya ?”tanya Gabriel.
“orangnya juga nggak ada, tapi tadi perasaan mamang ada orang nyebrang. Makanya mang kadir ngerem mendadak” jawab mang kadir.
Shilla yang sempat bangun kembali tertidur, begitupun dengan Sivia.
“ya udah, mamang hati-hati aja. Mungkin mang kadir lelah. Apa mau saya gantiin?”tawar Gabriel
“tidak perlu, den Gabriel kembali tidur saja. Ma’af sudah mengganggu” ucap mang kadir menolak.
*****
Shilla mengerjap-ngerjapkan matanya lalu melirik jam tangannya, masih pukul 01.00, gadis itu terbangun karena merasakan mobil yang tidak lagi bergerak. Dia mengira bahwa mereka sudah sampai, ternyata belum. Ia melihat teman-temannya masih tertidur pulas, lalu ia mengalihkan pandangannya ke balik kemudi. Tetapi Mang kadir tidak ada di tempat. Shilla melihat keluar mobil, ternyata Mang kadir sedang berbicara kepada seorang lelaki. Tak lama kemudian mang kadir masuk ke dalam mobil.
“ada apa, mang?”tanya Shilla.
“oh non shilla udah bangun. Tadi mamang habis tanya jalan menuju villa sama orang sekitar sini”jawab mang kadir.
“masih lama mang?”tanya Shilla.
“sebentar lagi kita sampai, hanya tinggal beberapa meter ke depan” jawab mang kadir.
Mendengar hal itu shilla membangunkan teman-temannya. Seperti biasa, Sivia terlalu sulit untuk di bangunkan. Tapi mendengar bahwa rombongan akan segera sampai ia mulai membuka matanya.
Tak berapa lama mobil pun memasuki kawasan sebuah desa yang lumayan jauh dari kota. Sebuah bangunan mewah dengan halaman yang sangat luas terlihat jelas di depan mereka.
Setelah mobil berhenti, semua pun turun dari mobil. Shilla, Sivia, bahkan Ify, tampak tak percaya dengan bangunan yang mereka lihat. Bangunan villa ini tampak besar dan indah bak istana. Saking terpesonanya dengan bangunan villa, mereka bertiga tidak memperdulikan Gabriel dan Cakka yang sedang mengeluarkan barang-barang dari bagasi dengan dibantu oleh mang kadir.
“fy, gila. Villa loe besar banget”ucap shilla penuh rasa kagum
“ini beneran kan fy? Ga bohong, kan?”tanya Sivia.
“gue nggak nyangka kalau villanya sebesar ini”ucap Ify.
“Bagus sih, bagus banget malah. Tapi kok agak serem, ya”ucap Sivia.
“entahlah, gue terakhir kali kesini waktu masih kecil, jadi nggak inget sepenuhnya. Bener juga loe vi, tapi mungkin karena hari masih gelap kali ya, jadi kelihatan serem”ucap Ify.
Disaat mereka bertiga tengah asyik mengagumi villa, terdengar suara keras dari belakang yang berasal dari Gabriel.
 “woy! Banyak ngomong! Bantu angkat napa. Berat banget sih koper kalian. Apalagi punya Sivia, loe mau liburan atau pindah rumah?”teriak Gabriel terlihat keberatan saat membawa koper milik Sivia.
“ye, kan cewek. Barang-barangnya lebih banyak!”ucap Sivia membela diri.
Cakka menjitak kepala Gabriel. “apa sih, kka?”
“loe juga gak usah banyak omong, barang loe sendiri juga banyak. Jadi sebenarnya yang mau pindahan loe apa Sivia?”ucap Cakka. Lalu tiba-tiba ia memandang Sivia dan Gabriel dengan pandangan terkejut, “Atau jangan-jangan kalian berdua? Oh my god”
Kali ini giliran Cakka yang mendapat jitakan dari Gabriel+cubitan di lengannya dari Sivia.
“kalian berdua ini ya benar-benar—“
“sudah-sudah, sebaiknya kita segera masuk kedalam, udara diluar dingin. Mamang akan bantu bawa barang-barang kalian”ucap mang kadir menengahi.
Mereka berlima pun setuju dengan mang kadir, lalu mereka pun masuk kedalam Villa. Mang kadir memutar knop pintu, lalu mempersilakan majikan dan teman-temannya itu masuk. Mang kadir menyalakan lampu agar ruangan terasa lebih terang.
Udara malam yang dingin berhembus masuk melalui pintu yang masih terbuka. Mang kadir segera menutup pintu agar mereka semua tidak kedinginan.
“buruan ke kamar yuk, gue masih ngantuk” ucap Sivia.
Yang lain pun mengangguk. Mereka sudah menentukkan kamar yang akan mereka tempati. Laki-laki akan tidur di lantai bawah, sedangkan para gadis tidur di lantai atas.
Begitu pintu kamar terbuka dan melihat ranjang dengan ukuran King Size, Sivia langsung saja melompat ke atas ranjang dan tertidur. Kamar tidur ini memang besar, selain tempat tidur yang berukuran King, ada juga sebuah lemari besar berwarna putih di sudut ruangan, bed lamp yang tertata rapi di sisi kanan tempat tidur. Dan juga kamar mandi dalam yang kelihatannya cukup besar. Semua terlihat lengkap dan terawat.
Shilla yang memang tidak jauh beda dengan Sivia yang suka tidur, ketika melihat ranjang ia langsung ikutan tidur disisi Sivia. Selain suka tidur, mereka juga susah untuk dibangunkan -__-. Ify masih enggan untuk  kembali tidur. Ia masih ingin melihat-lihat suasana Villa keluarganya ini.
Disaat Ify tengah melihat-lihat kamarnya, tiba-tiba saja ia teringat akan ponselnya. Ia segera mengambil tasnya dan mencarinya, tapi tidak ada. Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah dan akan mencarinya di mobil. Mungkin saja ponselnya tertinggal disana.
Saat akan keluar villa, Ify bertemu gabirel yang sedang mengangkat kopernya untuk dibawa masuk ke dalam kamarnya.
“belum tidur, Fy?”tanya Gabriel.
“ponsel gue ketinggalan di mobil,”jawab Ify lalu melangkah keluar villa.
Ify meminta mang kadir membuka pintu mobil, lalu ia pun mulai mencarinya.
“emang ponsel neng Ify kayak gimana?”tanya mang kadir.
“Iphone dengan garskin bergambar kuda poni mang,”ucap Ify masih sambil terus mencari ponselnya.
“sini mamang bantu cari,”ucap mang kadir lalu masuk ke dalam mobil dan mencari ponsel Ify.
“gimana mang? Ketemu nggak?”tanya Ify gelisah.
“sebentar neng, masih mamang cari”ucap mang kadir.
Ify meremas-remas jarinya resah. Ia tidak mau ponselnya sampai hilang, itu adalah salah satu benda kesayangan Ify. Udara malam makin terasa dingin, membuat bulu kuduk Ify meremang, dan Ify lupa membawa jaket saat pergi keluar.
Ify kembali mengingat-ngingat dimana ponselnya berada. Tiba-tiba saja dirinya teringat akan sesuatu.
“astaga! Jangan-jangan ketinggalan di toko tadi”gumam Ify. “duh gimana nih, nggak mungkin kan kalau gue minta anter mang kadir buat balik kesana. Malam udah semakin larut dan sebentar lagi pagi, mang kadir pasti juga capek”
Ify mondar-mandir di samping mobil dengan tangan yang terus diremas-remas. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya dari belakang.
Ify tersentak kaget lalu melihat siapa yang telah menepuk pundaknya. Ia melihat seorang laki-laki tengah tersenyum kearahnya, melihat mata teduh laki-laki itu, entah kenapa tiba-tiba saja seluruh kepanikan Ify hilang sudah.
Ify melihat laki-laki itu menyodorkan sesuatu kearahnya, “Ini ponsel kamu”
Ify melihat ponsel tersebut. Benar, itu memang ponselnya, ponsel dengan garskin bergambar kuda poni.
“Alhamdulillah akhirnya ketemu juga. Makasih ya,,”ucap Ify.
Laki-laki itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Ify, lalu ia hendak pergi sebelum Ify mencegahnya.
“eh tunggu dulu, kamu...kamu bukannya yang di toko tadi ya?”tanya Ify.
Laki-laki itu mengangguk, “Saya Rio”ucap Rio-lelaki itu- sembari tersenyum.
‘Oh my god! Senyumnya indah banget meski di keadaan gelap kayak gini’ batin Ify.
          Melihat Ify yang hanya diam, Rio pun berbalik pergi meninggalkannya.
          Seketika Ify sadar ketika Rio bergerak pergi, “Hey...aku—aku Ify, sekali lagi terima kasih ya”
          Rio menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Ify, dirinya hanya mengangguk dan lagi-lagi hanya tersenyum. Lalu tanpa mengucapkan apapun, Rio pun melanjutkan langkahnya.
Ify masih menatap punggung laki-laki itu. Masih terpesona dengan senyuman itu. Senyuman seseorang yang baru dikenalnya.
“neng ponselnya tidak ada di dalam”ucap mang kadir yang berdiri di samping Ify.
Ify tidak mersepon. Ia masih terpaku menatap arah dimana Rio pergi.
“neng Ify?”suara mang kadir sedikit meninggi.
“Ah iya—iya mang ada apa?”ucap Ify gelagapan.
Mang kadir mengulangi ucapannya, “ponsel neng Ify tidak ada di dalam”
“oh ponsel, nih sudah ketemu. Ternyata ketinggalan di toko tadi, terus orangnya nganter kesini”jawab Ify.
          Mang kadir celingukan melihat sekelilingnya. Tidak ada siapapun disana. Dan mang kadir juga sedikit tidak yakin dengan apa yang diucapkan majikannya ini. Kalau memang ponsel itu diantar oleh sang penjual, mang kadir rasa itu tidak mungkin. Jarak antara villa dengan toko tadi cukup jauh, dan sekarang sudah malam. Orang waras pun tidak akan mau bila disuruh ngantar ponsel kepemiliknya. Apalagi majikannya ini tidak kenal dengan penjual itu. Dan anehnya lagi, darimana penjual itu tahu kalau majikannya ada disini?
“baiklah, lebih baik neng Ify segera masuk ke dalam. Ini sudah terlalu malam”ucap mang kadir tidak mau memikirkan ucapan majikannya ini yang memang belakangan agak sedikit aneh.
Ify mengangguk kemudian masuk kembali ke dalam villa dan menuju kamarnya. Ify memilih berbaring di ranjang tanpa berniat untuk tidur. Ia tidak bisa tidur. Pikirannya sekarang penuh dengan laki-laki yang baru saja dikenalnya. RIO. Laki-laki dengan senyuman paling mempesona, dengan tatapan yang begitu meneduhkan setiap jiwa yang melihatnya.
“Rio...”gumam Ify sambil memandangi ponselnya. Ponsel yang menjadi saksi bisu perkenalannya dengan Rio.
*****
Semburat cahaya matahari mulai menyinari seluruh ruangan melalui celah jendela. Pagi—ah bukan pagi, ini sudah siang. Bagaimana tidak, sekarang sudah jam 11 siang dan ketiga gadis cantik nan mempesona itu masih tidur. Oh my god -__-
Sivia merasa terganggu akan hal itu, bukannya segera bangun malah menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutupi wajahnya. Tak jauh beda dengan Sivia, shilla juga masih bergelut dengan selimut dan sesekali mulutnya mengeluarkan gumaman tak jelas dengan mata masih terpejam.
Sedangkan Ify sendiri yang biasanya paling rajin bangun pagi, hari ini juga masih terjaga dalam tidurnya. Mungkin mereka masih merasa lelah akibat perjalanan jauh yang mereka habiskan kemarin. Tapi beda lagi dengan Ify, semalaman ia tidak bisa tidur karena masih terpikirkan tentang sosok Rio, lelaki misterius yang diam-diam berhasil mencuri perhatiannya. Semalam, ia masih terus memperhatikan ponsel yang ada digenggamannya, melamunkannya hinga ia tertidur.
Terdengar ketukan dari pintu kamar. Ketukan pertama memang pelan, tapi lama kelamaan ketukan pintu itu berubah menjadi gedoran keras. Siapa lagi kalau bukan Gabriel dan Cakka yang menggedor sambil berteriak di depan kamar.
“Woy!! Udah siang nih, mau sampai kapan kalian tidur? Masa dihari pertaman liburan kalian manfaatin buat tidur sih! Buruan bangun!!”teriak Gabriel.
“woy kebakaran-kebakaran!!”teriak Cakka tak kalah keras.
Gabriel menjitak lelaki disampingnya itu, “percuma teriak sampai pita suara kita putus, mereka nggak bakalan bangun”
Cakka terus saja menggedor-gedor pintu sambil berteriak-teriak nggak jelas. “Woyy ba—“
“DIAM!!”
“JANGAN BERISIK!!”
“DASAR GILA!!”
Gabriel dan Cakka saling pandang lalu tertawa mendengar umpatan dari ketiga gadis tersebut.
“kita gak akan diam sebelum kalian bertiga bangun. Cepetan bangun!! Masakin kita makanan, kita laper!!”teriak Cakka.
“gadis apaan yang jam segini belum bangun, dasar pemalas!”sahut Gabriel.
Lalu mereka berdua kembali menggedor-gedor pintu. Mereka menghentikan aksi anarkis mereka ketika mendengar bunyi anak kunci diputar. Gabriel dan Cakka segera melangkah mundur ketika merasa bahwa pintu akan dibuka.
Saat pintu dibuka.... bukk!!bukk!!bukk!!
Terlemparlah 3 buah bantal tepat mengenai wajah Gabriel dan Cakka. Satu untuk Cakka, satu untuk Gabriel, dan satu guling besar untuk mereka berdua.
Setelah puas membuat CSK diam, ketiga gadis tersebut kembali masuk ke dalam kamar.
“kita tunggu kalian di bawah dalam waktu 15 menit lagi, cepetan turun!”ucap Gabriel lalu berjalan ke lantai bawah.
“kalau kalian nggak turun, gue bakal bakar nih villa”tambah Cakka yang memang tidak masuk akal. Lalu ia pun menyusul Gabriel.
Ify, Sivia, dan shilla segera menyambar handuk masing-masing dan masuk ke dalam kamar mandi. Mereka memang berniat untuk mandi bersama mengingat waktu yang diberikan CSK sangat sedikit.
15 menit berselang, Ify, Sivia, dan Shila sudah turun ke bawah. Di bawah mereka melihat Gabriel dan Cakka sedang duduk termangu di depan meja makan. Wajah mereka berdua seperti anak hilang yang sudah tidak diberi makan selama berhari-hari.
“kenapa dengan muka kalian? Kusut amat,”ucap Sivia lalu ikutan duduk di meja makan, disusul dengan Ify dan shilla.
“gara-gara nunggu kalian kita jadi kelaparan tahu nggak,”ucap Gabriel.
“lihat nih perut gue jadi kecil gini kan,”ucap Cakka sambil menunjuk perutnya yang ‘kecil’.
Shilla mengangkat sebelah alisnya saat melihat perut Cakka, “perut segede semangka gitu loe bilang kecil? Itu perut atau kantong makanan?”ucap shilla membuat Cakka cemberut.
“iya-iya maaf kalau kita bangun siang, abisnya capek banget sih”ucap Ify lalu ia berjalan menuju dapur dan membuka lemari es.
Setelah mendapat beberapa bahan, Ify pun mulai memasak nasi goreng dengan dibantu Sivia.
Shilla melihat kesekeliling, “Mang kadir kemana?”
“udah balik ke jakarta,”jawab Gabriel.
“lho kok balik ke jakarta sih, terus entar yang ngantar kita kemana-mana siapa kalau mobilnya dibawa sama mamang?”tanya shilla.
“penjaga villa ini yang bakal ngantar kita, mereka juga udah nyiapin mobil kalau-kalau kita mau pergi ke suatu tempat”jawab Ify.
Shila hanya mengangguk paham. Tak lama kemudian makanan pun jadi, mereka makan dalam diam.
“setelah ini kita mau kemana?”tanya Cakka setelah memakan habis nasi gorengnya tanpa ada sisa sedikitpun.
“gue sih pengennya hunting foto, gimana menurut kalian? sekalian jalan-jalan juga kan, lihat keadaan sekeliling di desa ini”ucap Gabriel. Yang lain hanya mengangguk setuju lalu mulai membereskan meja makan dan bersiap-siap.
Setelah membawa perlengkapan seperti kamera, ponsel, dan jaket. Mereka semua berada di teras villa, menunggu seseorang yang akan mengantar mereka pergi hunting foto.
“Selamat Siang....”sapa seorang gadis dengan tampilan sederhana, celana trinning dengan t-shirt warna coklat dibalut jaket. Gadis manis yang mempunyai kulit sawo matang dengan rambut yang dikuncir kuda.
“Siapa ya?”tanya Ify.
“saya Agni, saya disuruh bapak buat nemenin kalian jalan-jalan”jawab Agni-gadis tersebut-.
“oh loe anaknya penjaga villa ini,”ucap Ify lalu menyodorkan tangannya, “Gue Ify, pemilik villa ini. Dan mereka semua temen-temen gue,”
Satu persatu mereka memperkenalkan diri kepada Agni, dalam waktu singkat mereka semua sudah mulai akrab dengan Agni.
“jadi kalian semua mau pergi kemana?”tanya Agni.
“kita butuh tempat untuk hunting foto, loe tahu tempat yang bagus nggak buat hunting foto?”tanya Gabriel.
“disini ada beberapa tempat yang bagus, ada sungai, kebun teh, area persawahan, dan juga ada hutan”ucap Agni.
Shilla langsung tertarik ketika mendengar kata ‘kebun teh’, “gimana kalau kita ke kebun teh aja, pasti bagus banget”
“tapi jaraknya sangat jauh dari sini, sekitar 3 kilometer”ucap Agni.
“kita kan bisa naik mobil, disini disediain mobil kan?”tanya Sivia.
Agni mengangguk, “memang ada, tapi mobilnya masih dibengkel. Karena jarang dipake jadi beberapa mesinnya ada yang rusak”
“ya udah Ag, dari ke empat tempat yang loe sebutin tadi mana yang jaraknya paling deket dan bisa kita tempuh dengan jalan kaki”ucap Ify.
“sungai, hanya beberapa meter dari sini”ucap Agni.
“Nah sekarang udah bisa tentuin kalau hari ini kita bakal pergi ke sungai. Jadi sekarang tunggu apalagi, ayo pergi..”ucap Cakka lalu berjalan mendahului.
Agni berjalan di depan karena memang hanya dia yang tahu letak sungai tersebut. Memang sih Ify pernah kesini, tapi kan itu sudah lama sekali. Seingat Ify, dulu desa ini masih jauh dari kata modern, jalannya saja banyak yang lubang, masih tanah, tidak seperti sekarang yang sudah diaspal. Jelas saja Ify tidak ingat karena banyaknya perubahan yang terjadi.
Selama perjalanan, Gabriel dan shilla tak henti-hentinya memotret. Pemandangannya bagus sekali. Mereka memotret beberapa kegiatan warga di desa ini, seperti anak-anak yang bermain lompat tali, para petani yang sedang berkerja disawah, dan masih banyak lagi. Dan sesekali mereka harus menghentikan perjalanan karena hal itu. Tak perlu menyewa jasa model untuk mengabadikan ini, mereka berdua mempunyai model sendiri, yaitu Sivia dan Ify.
Cakka yang biasanya memang suka narsis kalau sudah di depan kamera, entah kenapa hari ini ia malas untuk berfoto. Dirinya pun akhirnya menyusul Agni yang ada di depan, sedang duduk di bawah pohon sambil menunggu yang lainnya selesai berfoto.
“Gue boleh duduk sini?”tanya Cakka berbasa-basi, karena sebelum Agni memberi izin Cakka sudah duduk disampingnya.
Agni hanya menanggapinya dengan senyuman.
“Loe asli sini?”tanya Cakka membuka obrolan. Agni hanya mengangguk.
“Anak tunggal?”tanya Cakka lagi.
“enggak, dua bersaudara”jawab Agni.
“terus kakak loe kemana? Kenapa nggak ikut sekalian. Makin rame kan makin seru,”ucap Cakka.
Agni menggeleng lemah, “Kakak Agni orangnya nggak pandai bergaul, nggak suka tempat yang rame. Kakak Agni lebih suka menyendiri,”
Entah matanya yang masih mengantuk atau apa, Cakka bisa melihat perubahan wajah Agni saat menceritakan sang kakak. Ekspresi muka yang...entah seperti apa Cakka tidak bisa menjelaskan. Seperti ada gurat kesedihan yang terpancar dimata Agni.
“Emangnya—“
“Ag, jaraknya masih jauh nggak?”tanya Sivia memotong ucapan Cakka.
Agni segera berdiri dari duduknya, “udah, sebentar lagi juga sampai. Ayo kita jalan lagi,”ucap Agni lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Cakka yang masih duduk di bawah pohon.
Cakka menatap punggung Agni dengan penasaran, seperti ada sesuatu yang disembunyikan gadis tersebut. Tapi entahlah, mungkin hanya perasaannya saja. Dia kan baru hari ini bertemu Agni, jadi dia tidak bisa menyimpulkan sesuatu lebih jauh.
“Hey kka, yakin mau duduk disitu terus?!”teriak Gabriel saat menyadari Cakka tidak berjalan disampingnya.
Cakka segera menyusul rombongan dan mencoba mengalihkan pikirannya tentang Agni. Dia meminjam kamera Gabriel dan melihat hasil foto-fotonya.
*****
Setelah sampai di sungai, Gabriel dan shilla benar-benar tidak bisa lepas dari kamera. Mata lensanya terus membidik ke arah pemandangan yang menurut mereka indah. Sedangkan Ify, Sivia, dan Cakka, mereka asyik menikmati keindahan sungai dan sekitar sembari duduk di atas batu besar yang ada di pinggir sungai. Sungai disini benar-benar jernih, bebas dari limbah apapun. Bahkan saking jernihnya, kita bisa melihat beberapa ikan yang asyik berenang mengikuti arus sungai yang tidak terlalu deras.
“gue berasa pengen mandi deh ngelihat air sungai yang jernih gini,”ucap Cakka sambil mencelupkan kedua kakinya ke dalam sungai.
“iya ya kka, kayaknya main arung jeram disini seru deh”ucap Sivia.
Ify hanya mengangguk setuju mendengar ucapan kedua temannya tersebut. Dia memperhatikan sekitar, benar-benar indah. Tidak salah kalau mamanya mengusulkan tempat liburan seperti ini. Saat memperhatikan sekitar, tiba-tiba saja pandangannya terpaku pada satu titik. Ify melihat seorang laki-laki yang sedang menatapnya dari jauh. Ia seperti pernah melihat laki-laki itu, tapi dimana ya?  Laki-laki itu berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. Laki-laki itu tersenyum.
‘DEG’ tiba-tiba saja jantung Ify berdetak lebih cepat. Senyum itu...Senyuman yang sangat ia kenal. Senyuman yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak semalam. Senyum yang tak akan pernah ia lupakan. Siapa lagi pemilik senyum paling mempesona itu kalau bukan Rio. Segera saja Ify beranjak dari duduknya dan menghampiri Rio.
“Hey...”sapa Ify sambil tersenyum. Senyumnya semakin lebar ketika Rio membalasnya dengan senyuman yang paling indah.
“Hey....”
“Kamu—kamu ngapain disini?”tanya Ify sedikit gugup. Bagaimana ia tidak gugup, Rio memandangnya dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.
“Aku lagi jalan-jalan, dan ga sengaja lihat kamu di sini”jawab Rio.
“Kamu tinggal di desa ini juga?”tanya Ify.
Rio hanya mengangguk.
Sivia yang menyadari bahwa Ify sudah tidak ada disampingnya pun menatap sekeliling. Lalu dia melihat Ify yang tengah berdiri cukup jauh dari tempatnya sambil sesekali berbicara, bahkan terkadang juga tersenyum. Seperti berbicara dengan orang, tapi Sivia lihat disitu tidak ada orang sama sekali.
“kka kka, lihat deh Ify, dia kok ngomong sendiri sih”ucap Sivia sambil menunjuk Ify.
Cakka melihat arah yang ditunjuk Sivia, “iya ya, ah tapi mana mungkin Ify bicara sendiri. Emangnya dia gila apa,”
“iya sih, tapi kok aneh gitu sih kka”ucap Sivia.
“mungkin dia lagi ber-monolog atau baca puisi. Loe kayak nggak tahu Ify aja, dia kan emang suka bikin hal-hal yang berbau fiksi, dan khayalan”ucap Cakka.
“tapi kok dia ngejauh gitu, disini kan juga bisa”ucap Sivia.
Mendengar ucapan Sivia, lama-lama Cakka jadi gemes juga, “Siviaku yang cantik jelita! Ya jelaslah Ify pilih tempat yang agak jauh, loe kan sering banget ngejek dia kalau lagi baca puisi”
Sivia yang seakan baru tersadar dari sesuatu pun menepuk jidatnya, “oh iya ya, salah gue juga kali ya. Ya udah deh, biarin aja”ucap Sivia lalu sibuk dengan dunianya.
Rio dan Ify sama-sama diam dan saling menatap. Ify semakin gugup ketika Rio terus saja memandanginya sambil tersenyum.
“Kamu lagi liburan ya?”tanya Rio.
“iy—iya, aku lagi liburan sama temen-temenku. Tuh mereka lagi pada sibuk sendiri-sendiri”ucap Ify sambil menunjuk ke arah Sivia dan yang lainnya.
“ohh.., kalau gitu aku pergi dulu ya. Selamat bersenang-senang,,”ucap Rio lalu berbalik pergi.
“Rio tungg—“ucapan Ify terpotong ketika mendengar teriakan dari shilla. Dia pun menatap temannya yang satu itu.
“IFY AYO SINI!! KITA FOTO-FOTO”
“IYA SEBENTAR!!”balas Ify. Lalu ia kembali melihat ke arah perginya Rio, tidak ada. Cepat sekali laki-laki itu pergi. Ify terus melirik ke sekitar, mencari keberadaan Rio.
“CEPETAN FY,,”terdengar teriakan lagi yang kini berasal dari Sivia.
Ify menghembuskan nafasnya, sepertinya dia memang tidak akan menemukan sosok Rio. Lalu dengan langkah gontai dia berjalan menuju kearah teman-temannya. Yah setidaknya, hari ini dirinya dapat bertemu dengan Rio. Dan yang membuat Ify bahagia adalah karena Rio ternyata juga warga desa ini. Jadi ada kemungkinan besar bahwa Ify akan bertemu lagi dengan lelaki yang berhasil mencuri perhatiannya tersebut. Ify semakin tidak sabar menunggu waktu itu tiba. Tapi, bukankah desa ini cukup luas? Hanya sedikit kemungkinan lelaki itu kembali bertemu dengannya.


Bersambung......

No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa