Friday, October 20, 2017



REVIEW NOVEL SINCE WE MEET

            Judul                : Since We Meet
Penulis   : Pricillia A.W
Penerbit            : Gradienmediatma
Tahun               : 2013
ISBN               : 978-602-208-116-6



Blurb 

Ini kisah tetnagn Freiya, Timothy, Kelcia, Hanxel, Reisha, dan Rainer. Mereka bertemu, berinteraksi, dan menjalin ikatan persahabatan karena berasal dari sekolah yang sama dan diikat lekat dalam kehadiran grup band yang mereka bangun bersama (Exxo Band) yang sedang mennapaki jenjang untuk eksis.

Pergulatan hidup dan pergumulan cint akemudian hadir di tnegha-tengah merea, menguji kekuatan ikatan persahabatna yang telah mereka bangun. Dalam perjalanan in, mereka belajar tentang makna hidup, makna memberi, makna saling memahami dan kesetiakawanan untuk saling menegur dan meneguhkan.

Pada akhirnya, setiap orang belajar untuk bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yan glebih dewasa dalam setiap ospek. Bukan sekeadar mendapamaikan pergessekan antara persahabatan vs cinta dan dinamika kedua.

Review

Freiya mencintai Arnos, Timothy mencintai Freiya, Kelcia  mencintai Timothy, Hansel mencintai Kelcia, Rainer mecintai Reisha begitu dengan Reisha dekat dengan Nickel. Ini tampak rumit. Ketika cinta slaing bersebelah tangan, lalu kemudian terjadi cinta segitiga hingga ujung-ujungnya cinta dalam diam. Jika sebuah persahabatan yang berpelik seperti itu tidak berlandaskan persahabatan yang kuat. Aku yakin persahabatan itu akan hancur, yang ada mereka slaing bermusuhan, tidak mau slaing sapa dam melupakan kenangan persahabatan bersama.

Tapi apa? Kak Pricillia mampu membuat semua jadi indah. Tidak ada saling benci, tidak ada saling berantem, meski ada yang nangis, tapi tetap tidak ada marah-marah atau permusuhan tinju-tinjuan seperti halnya kisah-kisah cinta yang lain. Yang ada adalah kedewasaan. Kedewasaan dalam mengahadapi masalah bersama dan maslaah diri sendiri. Meski mereka masih terbilang bocah SMA. Tapi pemikiran-pemikiran mereka memang seperti itu seharusnya.

Aku suka setiap karakternya. Memiliki perbedaan masing-masing dengan tujuan yang sama salingh menegur dan meneguhkan seperti kata blurb.

Aku suka cara Timot sabar menahan diri suka Kelcia yang dewasa tanpa ada amarah serta memisahkan diri, suka Reisha yang dewasa selalu mengerti dan pemerhati temant-temannya. Hansel yang konyol namun tulus, Rainer yang kocak namun penyanaynag, serta Freiyayang kepala batu namun tidak egois.


“Terkadang sebagian masa lalu kita terlalu menyakitkan, sehingga kita memilih untuk menghapusnya dan menganggap itu tak pernah terjadi. Tapi untuk apa? Itu tidak mungkin, kan. Lebih baik maju, melangkah. Sebab hidup cuma satu kali untuk ditapki” hal 72


Semua karakter itu sampai dengan baik. Tersaji dalam tiap bab berbeda karena novel ini menggunakan POV bergantian dari setiap tokoh. Meski harus ada sedikit perbedaan di setiap POV part cowok agar tampak seprti seorang laki-laki yang mengutarakan pikirannya.

Alurnya tidak rumit, malah terkesan tersaji secara mengalir satu persatu dijabarkan dan ditumpahkan dengan apik. Meski ada beberapa typ atau kesalahan menulis dan sedikit bingung ketika perpindahan penyebutan, entah disengaja atau memang begitu adanya entahlah. Itu tidak membuatku berhenti membacanya.

Banyak kalimat dan kata-kata motivasi yang setidkanya membuatku mengiyakan saat membacanya. Tentang hati dna juga tentang persahabatan. Meski ada beberapa paragraf gemuk yang menjemukan. Tapi aku dapat mengambil inti dari paragraf tersebut.


“Sekarang pilihannya ada di pundak kita. Jangan mau menyerah pad amasa lalu. Uabhlah masa depan dengan menjalani hari  ini dengan sebaik-baiknya. Untuk apa menangisi apa yang sudah terlanjut terjdi? Berhentilah menatap lalu teharlah. Apalagi penyebabnya adalah cowok seperti Steven. Enggak banget! Dia itu engggak cukup berharga untuk mendapatkan ari mata lo!” – hal 72


Pasti bertanya-tanya bagaimana kisah persahabtan itu terjalin dengan perasaan yang saling tertaut hingga bertepuk sebelah tangan?

Yang jelas di sini, Nuri mendapat pelajaran yang berarti. Bahwa persahabtan memang seharusnya begitu adanya, tidak ada amarha yang bermakna hingga membuat hubungan itu retak, tidak ada kebencian yang berarti hingga membuat memisahkan diri. Tidak. Semua butuh pemikiran dewasa, bahwa apa yang terjadi dalam sebuah persahabatan memang harus dibopong bersama-sama. Harus dihadapi bersama-sama meskipun itu adalah masalah hati yang rentan membuat hubungan bubar.

Kak Pricillia keren! Amanahnya tersampai, suka cara mereka menghadapi pergolakan batin masing-masing. Inilah kisah seharusnya. Bahwa cinta dalam persahabatan itu bukan untuk menghilangkan persahabatan itu sendiri. Bahwa cinta hadir untuk menyatukan dan mempererat sebuah persahabatan, bukan emnghancurkan..

Alah!lo terlalu memandang kelebihan orang lain sehingga luput melihat kelebihan diri lo sendiri. Lo punya banyak keistimewan, tapi karena lo silau sama milik orang lain, lo abaikan kelebihan lo sendiri” – hal 124

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa