REVIEW NOVEL SINCE WE
MEET
Judul :
Since We Meet
Penulis : Pricillia
A.W
Penerbit :
Gradienmediatma
Tahun :
2013
ISBN :
978-602-208-116-6
|
Blurb
Ini kisah tetnagn Freiya, Timothy, Kelcia, Hanxel, Reisha,
dan Rainer. Mereka bertemu, berinteraksi, dan menjalin ikatan persahabatan
karena berasal dari sekolah yang sama dan diikat lekat dalam kehadiran grup
band yang mereka bangun bersama (Exxo Band) yang sedang mennapaki jenjang untuk
eksis.
Pergulatan hidup dan pergumulan
cint akemudian hadir di tnegha-tengah merea, menguji kekuatan ikatan
persahabatna yang telah mereka bangun. Dalam perjalanan in, mereka belajar
tentang makna hidup, makna memberi, makna saling memahami dan kesetiakawanan
untuk saling menegur dan meneguhkan.
Pada akhirnya, setiap orang
belajar untuk bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yan glebih dewasa dalam setiap
ospek. Bukan sekeadar mendapamaikan pergessekan antara persahabatan vs cinta
dan dinamika kedua.
Review
Freiya mencintai Arnos, Timothy mencintai Freiya,
Kelcia mencintai Timothy, Hansel
mencintai Kelcia, Rainer mecintai Reisha begitu dengan Reisha dekat dengan
Nickel. Ini tampak rumit. Ketika cinta slaing bersebelah tangan, lalu kemudian
terjadi cinta segitiga hingga ujung-ujungnya cinta dalam diam. Jika sebuah
persahabatan yang berpelik seperti itu tidak berlandaskan persahabatan yang
kuat. Aku yakin persahabatan itu akan hancur, yang ada mereka slaing
bermusuhan, tidak mau slaing sapa dam melupakan kenangan persahabatan bersama.
Tapi apa? Kak Pricillia mampu
membuat semua jadi indah. Tidak ada saling benci, tidak ada saling berantem,
meski ada yang nangis, tapi tetap tidak ada marah-marah atau permusuhan
tinju-tinjuan seperti halnya kisah-kisah cinta yang lain. Yang ada adalah
kedewasaan. Kedewasaan dalam mengahadapi masalah bersama dan maslaah diri
sendiri. Meski mereka masih terbilang bocah SMA. Tapi pemikiran-pemikiran
mereka memang seperti itu seharusnya.
Aku suka setiap karakternya.
Memiliki perbedaan masing-masing dengan tujuan yang sama salingh menegur dan
meneguhkan seperti kata blurb.
Aku suka cara Timot sabar menahan
diri suka Kelcia yang dewasa tanpa ada amarah serta memisahkan diri, suka
Reisha yang dewasa selalu mengerti dan pemerhati temant-temannya. Hansel yang
konyol namun tulus, Rainer yang kocak namun penyanaynag, serta Freiyayang
kepala batu namun tidak egois.
“Terkadang sebagian masa lalu kita terlalu menyakitkan, sehingga kita memilih untuk menghapusnya dan menganggap itu tak pernah terjadi. Tapi untuk apa? Itu tidak mungkin, kan. Lebih baik maju, melangkah. Sebab hidup cuma satu kali untuk ditapki” hal 72
Semua karakter itu sampai dengan
baik. Tersaji dalam tiap bab berbeda karena novel ini menggunakan POV
bergantian dari setiap tokoh. Meski harus ada sedikit perbedaan di setiap POV
part cowok agar tampak seprti seorang laki-laki yang mengutarakan pikirannya.
Alurnya tidak rumit, malah
terkesan tersaji secara mengalir satu persatu dijabarkan dan ditumpahkan dengan
apik. Meski ada beberapa typ atau kesalahan menulis dan sedikit bingung ketika
perpindahan penyebutan, entah disengaja atau memang begitu adanya entahlah. Itu
tidak membuatku berhenti membacanya.
Banyak kalimat dan kata-kata
motivasi yang setidkanya membuatku mengiyakan saat membacanya. Tentang hati dna
juga tentang persahabatan. Meski ada beberapa paragraf gemuk yang menjemukan.
Tapi aku dapat mengambil inti dari paragraf tersebut.
“Sekarang pilihannya ada di pundak kita. Jangan mau menyerah pad amasa lalu. Uabhlah masa depan dengan menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya. Untuk apa menangisi apa yang sudah terlanjut terjdi? Berhentilah menatap lalu teharlah. Apalagi penyebabnya adalah cowok seperti Steven. Enggak banget! Dia itu engggak cukup berharga untuk mendapatkan ari mata lo!” – hal 72
Pasti bertanya-tanya bagaimana
kisah persahabtan itu terjalin dengan perasaan yang saling tertaut hingga
bertepuk sebelah tangan?
Yang jelas di sini, Nuri mendapat
pelajaran yang berarti. Bahwa persahabtan memang seharusnya begitu adanya,
tidak ada amarha yang bermakna hingga membuat hubungan itu retak, tidak ada
kebencian yang berarti hingga membuat memisahkan diri. Tidak. Semua butuh
pemikiran dewasa, bahwa apa yang terjadi dalam sebuah persahabatan memang harus
dibopong bersama-sama. Harus dihadapi bersama-sama meskipun itu adalah masalah
hati yang rentan membuat hubungan bubar.
Kak Pricillia keren! Amanahnya
tersampai, suka cara mereka menghadapi pergolakan batin masing-masing. Inilah
kisah seharusnya. Bahwa cinta dalam persahabatan itu bukan untuk menghilangkan
persahabatan itu sendiri. Bahwa cinta hadir untuk menyatukan dan mempererat
sebuah persahabatan, bukan emnghancurkan..
Alah!lo terlalu memandang kelebihan orang lain sehingga luput melihat
kelebihan diri lo sendiri. Lo punya banyak keistimewan, tapi karena lo silau
sama milik orang lain, lo abaikan kelebihan lo sendiri” – hal 124