Hafalan Shalat Delisa
Judul :
Hafalan Shalat Delisa
Pengarang :
Tere Liye
Tebal Buku :
v + 248 halaman
Penerbit :
Republika
Cetakan :
VI, Januari 2008
Harga : -
Ukuran : -
Cover : -
ISBN : -
Hai guys, pastinya ga asing lagi dengan judul di
atas kan? Sudah tau filmnya juga dong? Tapi aku baru baca novelnya ketika slaah
stau temen aku pinjem dari perpus. Banyak perbedaan antara film dan novelnya.
Ya udah yuk, kita simakreview di bawha ini :D
Delisa, begitulah ummi, abi, kak Fatimah, kak
Zahra, dan kak Aisyah memanggilnya. Ya, novel ini menceritakan tentan gadis
kecil berusic enam tahun, yaitu Delisa. Keluarga Delisa tinggal di Aceh,
tepatnya di Lhok Nga. Abi Delisa bernama Abi Usman dan ummi bernama ummi
Salamah.
Suatu hari Delisa mendapatkan tugas menghafal
bacaan sholat dari Ibu Guru Nur. Saat hari Minggu tanggal 26 desember 2004
nanti hafalan itu akan disetorkan. Ummi berjanji akan memberikan Delisa sebuah
hadiah iak ia lulus dalam menghafal bacaan sholat itu. Begitupun abi akan membelikkan
Delisa sebuah sepeda baru. Ummi delisa sudah menyiapkan kalung emas berliontin
huruf D untuk Delisa. Hal itu membuat Delisa bersemangat untuk menghafal bacaan
sholatnya.
Setelah bebberapa hari dengan susah payah delisa
menghafal. Tepat hari Minggu tanggal 26 desember 2004 delisa menyetorkan
hafalan bacaan sholatnya. Saat delisa fokus terhadap hafalannya tiba-tiba gemoa
berkekuatan 8,9 Sr yang diserti tsunami melanda Aceh. Karena delisa ingin lulus
dalam hafalan tersebut delisa tidak memperdulikan keadaan sekitar. Ketakutan
melanda setiap insan manusia saat itu. Ketika hendak
sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan
Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan
kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika
tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mu’alaf dan
berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu
memberikan hidayah pada Smith untuk bermu’alaf.
Beberapa waktu
lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak
sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat
tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran
dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus diamputasi. Delisa menerima
tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya
berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya.
Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima
semuanya.
Beberapa bulan
setelah kejadian tsunami, Delisa memulai kembali kehidupan dari awal bersama
abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun
asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang
kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa bulan
kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga
sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah, tampak
lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya.
Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di
janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.
Dengan usaha delisa
akhirnya Delisa mampu menghafal bacaan sholatnya. Malam sebelumnya Delisa
bermimpi bertemu ummi, ummi menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk
menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa
Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa mampu melakukan Sholat Asharnya
dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik.
Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung,
ataupun sepeda. Suatu ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai,
Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu
menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa menemukan kalung D untuk Delisa
dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah
tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat terkejut.
1.
Novel ini sangat komunikatif
2.
Menggambarkan kondisi nyata yang dimana membuat
pembaca ikut berpikir dan masuk dalam cerita
3.
Cerita dapat dinikmati semua kalangan
4.
Terdapat banyak pesan yang disampaikan tidak
menggurui
5.
Memiliki footnote yang berisi pelajaran yang dapat
diambil pembaca dan mampu membuat pembaca ikut berpikir lebih dalam
No comments:
Post a Comment