Tuesday, December 2, 2014

Review novel hafalan sholat Delisa

Hafalan Shalat Delisa



Judul                     : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang              : Tere Liye
Tebal Buku            : v + 248 halaman
Penerbit                : Republika
Cetakan                 : VI, Januari 2008
Harga                    : -
Ukuran                  : -
Cover                              : -
ISBN                    : -

Hai guys, pastinya ga asing lagi dengan judul di atas kan? Sudah tau filmnya juga dong? Tapi aku baru baca novelnya ketika slaah stau temen aku pinjem dari perpus. Banyak perbedaan antara film dan novelnya. Ya udah yuk, kita simakreview di bawha ini :D

Delisa, begitulah ummi, abi, kak Fatimah, kak Zahra, dan kak Aisyah memanggilnya. Ya, novel ini menceritakan tentan gadis kecil berusic enam tahun, yaitu Delisa. Keluarga Delisa tinggal di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Abi Delisa bernama Abi Usman dan ummi bernama ummi Salamah.

Suatu hari Delisa mendapatkan tugas menghafal bacaan sholat dari Ibu Guru Nur. Saat hari Minggu tanggal 26 desember 2004 nanti hafalan itu akan disetorkan. Ummi berjanji akan memberikan Delisa sebuah hadiah iak ia lulus dalam menghafal bacaan sholat itu. Begitupun abi akan membelikkan Delisa sebuah sepeda baru. Ummi delisa sudah menyiapkan kalung emas berliontin huruf D untuk Delisa. Hal itu membuat Delisa bersemangat untuk menghafal bacaan sholatnya.

Setelah bebberapa hari dengan susah payah delisa menghafal. Tepat hari Minggu tanggal 26 desember 2004 delisa menyetorkan hafalan bacaan sholatnya. Saat delisa fokus terhadap hafalannya tiba-tiba gemoa berkekuatan 8,9 Sr yang diserti tsunami melanda Aceh. Karena delisa ingin lulus dalam hafalan tersebut delisa tidak memperdulikan keadaan sekitar. Ketakutan melanda setiap insan manusia saat itu. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mu’alaf dan berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermu’alaf.

Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya.
Beberapa bulan setelah kejadian tsunami, Delisa memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.

Dengan usaha delisa akhirnya Delisa mampu menghafal bacaan sholatnya. Malam sebelumnya Delisa bermimpi bertemu ummi, ummi menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa mampu melakukan Sholat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun sepeda. Suatu ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat terkejut.

review
1.     Novel ini sangat komunikatif
2.    Menggambarkan kondisi nyata yang dimana membuat pembaca ikut berpikir dan masuk dalam cerita
3.    Cerita dapat dinikmati semua kalangan
4.    Terdapat banyak pesan yang disampaikan tidak menggurui
5.    Memiliki footnote yang berisi pelajaran yang dapat diambil pembaca dan mampu membuat pembaca ikut berpikir lebih dalam


No comments:

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa