Friday, February 10, 2017


Semacam benci, tapi ingin kembali!  Review novel "Sebelum Kamu Pergi" Dwitasari



Sinopsis:
Aku melepas pelukmu dengan harapan ini bukan yang terakhir. Namun, kamu tetap pergi. Air mataku yang jatuh satu per satu, tak pernah kamu gubris lagi. Begitu saja kamu putuskan untuk lari, tanpa peduli dengan segalanya yang sudah kita bangun sejauh ini. Sehebat apa dia hingga mengubahmu jadi lelaki yang tak lagi kukenali?

Kamu ciptakan perpisahan, tanpa menatap aku yang kesakitan. Kamu kuburkan semua kenangan, seakan aku tidak pernah kamu jadikan tujuan. Kamu bunuh semua harapan hingga membuat aku muak dan kelelahan.

Kapan hari itu akan datang? Saat pada akhirnya kamu akan berhenti mencari, kemudian menyadari bahwa akulah harusnya tempatmu kembali.
***

Terkadang, ekspektasi memang tidak sesuai dengan kenyataan. Sepertihalnya harapan, tidak salah memang jika selalu berharap, tapi jangan kecewa jika harapan juga tak sesuai kenyataan.

Dalam novel ketiga belasnya ini, Dwitasari mengajak kita kembali mengingat masa-masa patah hati. Masa-masa mencintai secinta-cintanya kemudian ditinggal pergi. Masa dimana rasa cintamu mencapai puncaknya dan kamu harus terjatuh jauh ke dalam jurang sedalam-dalamnya.
Masa dimana kamu ketika mulai mencintai lagi dan kamu kembali terjatuh ke dalamnya. Jatuh cinta yang mencintai dan jatuh sedalam-dalamnya. Terluka, perih, kecewa, sakit hati, segala perasaan hancur yang ada begitu merobohkan pertahanan diri.



Sehari ditinggal pergi, setahun terasa tak berarti. Menjalani hidup akan terasa berat tanpanya. Ketika setiap kisahmu selalu bersamanya, lalu kemudian tak ada dia di sisimu. Betapa kosong dan menyakitkannya hal itu. Semua yang terjadi bersama kini tak lagi sama.
Siapakah yang salah? Apakah mencintai merupakan suatu kejahatan? Apakah mencintaimu merupakan suatu kesalahan? Ketika aku mencintaimu dan kamu sudah memiliki kekasih. Akukah setan dalam hubunganmu? Akukah penghalang diantara dua hati yang seharusnya tetap bersatu?

Kau mencintaiku, aku mencintaimu. Tapi kondisi kita tak sejalan. Aku sedang patah hati dan kau sudah ada yang memiliki kemudian kita bersama. Siapa yang salah? Siapa yang tahu aku akan jatuh cinta kepadamu? Meski akau tahu luka adalah akhir dari kisah ini. Haruskah aku kembali menata hati ketika harus kembali patah hati untuk kedua kali. Haruskah aku menyusun serpihan itu sendiri meski sudah tak lagi bisa ku satukan lagi?

Tuh kan! Akunya kebawa baper wkwk! Tak terasa aku menjadi melankolis haha. kata-kataku di atas ungkin menggambarkan sedikit rasa di hati wkwkwk. *upss
Setelah membaca buku Dwitasari ini benar-benar membuatku teringat akan rasa yang telah lama mengering dan terkubur dalam-dalam. Ingatan itu muncul melalui kata lewat kata yang ia sampaikan. Setiap kata yang berhasil mencumbu kita kemudian terbuai akan kenangan masa lalu. Akan rasa sakit yang telah terkubur dalam-dalam. Ah perih! Tiba-tiba sesuatu yang aneh menjalar di hatiku.
            Setelah kamu pergi, kebodohan yang selalu ku lakukan. Benar-benar setelah kamu pergi duniaku terasa berubah. Eaeaeaaa.

“Begitu mudah kamu ajak aku terbang bersamamu, semudah itu juga kamu paksa aku jatuh lagi. Sudah banyak keindahan yang kita lihat di atas, lalu kamu paksa aku turun di padang gersang tanpa mata air. Aku berjalan sendirian di sana dan tidak menemukan kamu disampingku” –Hal 9
“Namun tidak dapat dimungkiri, perpisahan yang beralasan ataupun tidak beralasan sama-sama menimbulkan rasa sakit, bukan? Meskipun banyak orang bilang cinta itu tanpa alasan. Apakah berarti perpisahan juga harus terjadi tanpa alasan?”- Hal 36

Dwitasari benar-benar menggambarkan bagaimana terlukanya saat kepergian orang dicintai. Bagaimana sakitnya terjatuh ketika sedang berada dipuncak-puncaknya mencintai. Bagaimana rasanya menjadi orang “yang disembunyikan” dalam dua hati. Sungguh! Bahasa yang digunakan begitu mengalir dan asik. Sebuah novel yang bagiku surat cinta untuk dia yang meninggalkan. Apa kabar kamu setelah membaca ini?
Jujur saja, ini adalah novel kedua dari Dwitasari yang aku baca setelah “Raksasa Dari Jogja” yang telah aku baca sekitar dua tahun lalu. Dan kali ini, entah kenapa aku begitu excited ikutan Pre-Order novel ini. Mendapatkan Ttd ekslusif dan gelang unyu warna ungu yang begitu aku sukai hahai.
Awal membuka novel ini terkesan dengan Ttd.nya yang super unyu. Kemudian bertemu dengan seuntaian kalimat penggugah untuk membacanya.
 Dan ketika membuka halaman selanjutnya, kau akan menemukan selembar gambaran dengan full blue colour yang membuatku berdecak ‘Wow’ karena ternyata beberapa halaman dibubuhi ilustrasi gambar.



Dan setiap memasuki bab baru, Dwitasari menyuguhi quotes yang baper abis. Novel ini cocok untuk kalian yang sedang merindukan sosok orang yang pernah meninggalkan kalian. Untuk kalian yang ingin mengingat masa-masa “terbodoh” setelah dia pergi dari hidupmu. Membawamu terutama aku mengingat hal itu dan membuat sesuatu yang menjalar di hati. Pedih.



Dwitasari benar-benar membuat tokoh ‘kamu’ berlogat Bengkulu-Melayu seperti seseorang yang benar-benar membuatnya terluka. Belum lagi tokoh ‘Koko’ si mata sipit yang membuatku turut terpesona, tapi akhirnya kecewa karena tingkahnya. Kenapa harus mendua jika tak bisa bersama? Jika mereka saling mencintai dan memiliki kenapa harus sembunyi? Ah benar-benar hal itu membuatku juga terluka. Tapi apa daya nasib cinta semakin menggebu meski harus bersembunyi. Dan pada akhirnya tak akan bersama pula.
Kehilangan itu memang pedih. Tapi, novel ini juga mengingatkan bahwa kita harus berjuang kembali, bahwa hidup harus tetap berlanjut meski kamu merasa duniamu pergi setelah kepergiannya.
Toh yang ninggalin happy-happy aja, kenapa kamu terus mikirn dia? *ngomong sama diri sendiri* iya sih sulit, ga semudah yang diucap. Tapi pelajar dari novel ini untukku jangan pernah membuka hati baru jika luka lama belum benar-benar sembuh. Atau kalian akan kembali terjatuh untuk kedua kalinya. Dan itu lebih menyakitkan.

So, untuk kalian yang pengen tau banget apa aja yang ada di dalam novel ini. Capcuss di toko buku sebelum kehabisan! Novel ini baru beredar beberap ahari lalu. Dan aku baru mendapatkannya dua hari lalu.
Satu lagi, mungkin novel ini cocok untuk hadiah valentine si doi yang ninggalin kamu. Biar tau gimana rasnaya ditinggalin saat lagi cinta-cintanya. Wkwkwk.
Selamat berbaper ria dan semangat move on!


 

Business

Social

Follow Us Instagram @nurilaphasa